Pastilah mereka termasuk manusia langka. Susah dicari dimana adanya. Siapa orangnya.
Sementara yang mudah ditemui, tak perlu dicari. Berjibun dimana mana. Mereka berebut mencari kesempatan. Berhaji gratis apalagi dengan fasilitas negara. Terkadang tidak memikirkan keselamatan orang lain.
Masih ingat Surya Darma Ali ? Menteri Agama itu harus masuk bui antara lain karena memberikan sisa kuota haji secara gratis kepada sejumlah anggota DPR.
SDA harus mendekam dibalik jeruji selama  10 tahun. Memang dosa ketua PPP itu cukup banyak. Menyalah gunakan Dana Operasi Menteri serta penyelewengan dana haji di Saudi Arabia.
Lalu siapa manusia langka yang menolak naik haji dengan fasilitas Negara itu ? Dalam literasi saya hanya ada 3 orang saja. Mohammad Hatta, Hugeng Imam Santoso dan Kaharuddin Datuk Rangkayo Basa.
MOHAMMAD HATTA:
Putra kedua pasangan suami istri Djamal dan Siti Saleha itu terlahir dengan nama asli Mohammad Athar tanggal 12 Agustus 1902 di Batuampar Payakumbuh Sumatera Barat. Namun ketika Athar berusia 2 tahun, ayahnya wafat. Ibunya menikah lagi dengan Haji Ning saudagar dari Palembang. Dari pernikahan dengan bapak sambungnya itu, Hatta alias Athar mendapatkan 4 adik. Mereka dididik dalam lingkungan keluarga yang sangat Islami.
Ketika dewasa Hatta bersekolah di Universitas Erasmus Roterdam. Ketika itu dia mulai tertarik dunia politik. Ia bergabung dengan teman sesama aktivis antara lain Ali Sastroamidjojo, Nasir Datuk Pamuncak dan Majid. Karena aktivitasnya yang menentang pemerintah Belanda, mereka ditangkap dan dipenjara di Roterdam.
Pulang ke tanah air sekitar 1933, dia menerjunkan diri ke dalam politik nasional menuju kemerdekaan. Belanda marah. Dia dan Mohammad Syahrir ditangkap dan dibuang ke Digu, Papua. Kemudian dipindahkan ke Banda Neira Maluku.
Kembali ke Jakarta bergabung dengan para pejuang lain termasuk Bung Karno. Tanggal 17 Agustus 1945 mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Lalu mereka menjadi pasangan Dwi Tunggal.
Bung Hatta yang telah menjadi wakil presiden, tahun 1952 berniat menunaikan ibadah haji bersama istrinya ibu Rahmi.
Presiden Soekarno yang mendengar rencana itu telah memerintahkan staf kepresidenan untuk menyiapkan pesawat khusus dengan segala perbekalan yang diperlukan. Menururut aturan, Wapres berhak mendapatkan fasilitas negara.Â
Tetapi bung Hatta menolak semua itu. Kepada bung Karno, ia mengatakan bahwa ibadah haji itu melekat pada diri pribadi seorang muslim, bukan pada Jabatan. Saya, kata bung Hatta, ingin ibadah secara pribadi dengan istri bersama dengan para jemaah lain. Maka berangkatlah bung Hatta sebagai jemaah biasa bercampur dengan para calon haji lain. Biayanya diambil dari tabungan hasil menulis buku.
Kesederhanaan dan kejujuran bung Hatta tercermin setelah pensiun. Sebagai bekas wakil presiden, dia sampai kesulitan membayar tagihan listrik dan air di rumahnya. Keadaan itu terdengar oleh Ali Sadikin. Gubernur Jakarta itu mengangkat Bung Hatta sebagai warga kehormatan DKI dan dibebaskan dari rekening listrik air dan telepon.
Saking susahnya, mantan wakil presiden dan pejuang kemerdekaan itu, konon ada keinginan untuk membeli sepatu Bally tapi tak tercapai sampai beliau tutup usia.
HUGENG IMAM SANTOSO:
Kata Gus Dur, di Indonesia ini hanya ada 3 polisi yang jujur. Polisi tidur, patung polisi dan Hugeng. Presiden RI Â ke IV yang senang berjoke joke itu tak salah. Yang dia maksud adalah Jendral Polisi Hugeng Imam Santoso, Kapolri 1968-1971. Jujur dan sederhana. Ia anti korupsi jauh sebelum ada KPK. Ia juga anti penyuapan.Â
Waktu jadi Kasatreskrim di Medan, ia melempar perabot mewah yang dikirim bandar judi. Ia juga membongkar kasus penyelundupan mobil mewah oleh Roby Cahyadi. Gak tahunya itu orang dekatnya keluarga Cendana. Akibatnya ia dicopot dari jabatan Kapolri. Memang ditawari jadi Dubes di sebuah negara di Eropa. Tapi polisi kerempeng itu menolak dan lebih senang ambil pensiun. Padahal usianya baru 49.
Setelah pensiun dia gak punya apa apa. Mobil tidak punya. Rumah yang di Menteng adalah bekas rumah dinas Kapolri yang dihibahkan Kapolri penggantinya.
Waktu masih dinas ia menolak pengawalan. Kalau mau mati, mati saja katanya. Ia juga nolak fasilitas jabatan untuk naik haji. Padahal kalau mau, ia bisa. Itu yang biasa dilakukan Kapolri lain. Bahkan Hugeng juga menolak ajakan berhaji bareng Kapolri Jenderal Sucipto. Pensiunnya kecil. Menurut cucunya Aditya pensiun normalnya baru keluar tahun 2001 Rp. 1.170.000. Hugeng baru bisa naik haji tahun 1994,23 tahun setelah pensiun. Â Biayanya hasil penjualan lukisan. Dia memang hobi melukis dan musik Hawaiian.
BRIGJEN POL KAHARUDDIN:
Mantan Gubernur pertama Sumatra Barat itu nama lengkapnya Kaharuddin Datuk Rangkayo Basa. Ia menjadi Gubernur tahun 1958. Sejak tahun 1945 sampai 1959 Sumbar itu berstatus karesidenan. Baru pada 1958 menjadi provinsi. Dan Brigjen Pol Kaharuddin ditunjuk menjadi gubernur pertama.
Setelah pension, ia juga menolak ajakan Kapolri naik haji dengan rombongan Kapolri. Begitu juga ia menolak ketika datang 3 mantan anak buah ketika masih jadi Gubernur dan berjanji akan menghajikan mantan bosnya itu.Â
Kahar tak langsung menerima. Ia tak mau mereka memakai uang negara untuk membiayai haji boss. Setelah diyakinkan bahwa mereka bertiga (Bupati Tanah datar, Bupati Pasaman dan Walikota Padang) akan iuran dari gaji masing masing, baru dia mau. Itupun waktu pelaksanaan  uangnya hanya cukup untuk satu orang saja. Karena ingin berangkat dengan istri terpaksa ia menjual tanah keluarga.
Subhanallah.- ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI