Mohon tunggu...
D Asikin
D Asikin Mohon Tunggu... Wiraswasta - hobi menulis

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mereka Menolak Naik Haji dengan Fasilitas Negara

14 Juni 2022   08:31 Diperbarui: 14 Juni 2022   08:59 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Presiden Soekarno yang mendengar rencana itu telah memerintahkan staf kepresidenan untuk menyiapkan pesawat khusus dengan segala perbekalan yang diperlukan. Menururut aturan, Wapres berhak mendapatkan fasilitas negara. 

Tetapi bung Hatta menolak semua itu. Kepada bung Karno, ia mengatakan bahwa ibadah haji itu melekat pada diri pribadi seorang muslim, bukan pada Jabatan. Saya, kata bung Hatta, ingin ibadah secara pribadi dengan istri bersama dengan para jemaah lain. Maka berangkatlah bung Hatta sebagai jemaah biasa bercampur dengan para calon haji lain. Biayanya diambil dari tabungan hasil menulis buku.

Kesederhanaan dan kejujuran bung Hatta tercermin setelah pensiun. Sebagai bekas wakil presiden, dia sampai kesulitan membayar tagihan listrik dan air di rumahnya. Keadaan itu terdengar oleh Ali Sadikin. Gubernur Jakarta itu mengangkat Bung Hatta sebagai warga kehormatan DKI dan dibebaskan dari rekening listrik air dan telepon.

Saking susahnya, mantan wakil presiden dan pejuang kemerdekaan itu, konon ada keinginan untuk membeli sepatu Bally tapi tak tercapai sampai beliau tutup usia.

HUGENG IMAM SANTOSO:

Kata Gus Dur, di Indonesia ini hanya ada 3 polisi yang jujur. Polisi tidur, patung polisi dan Hugeng. Presiden RI  ke IV yang senang berjoke joke itu tak salah. Yang dia maksud adalah Jendral Polisi Hugeng Imam Santoso, Kapolri 1968-1971. Jujur dan sederhana. Ia anti korupsi jauh sebelum ada KPK. Ia juga anti penyuapan. 

Waktu jadi Kasatreskrim di Medan, ia melempar perabot mewah yang dikirim bandar judi. Ia juga membongkar kasus penyelundupan mobil mewah oleh Roby Cahyadi. Gak tahunya itu orang dekatnya keluarga Cendana. Akibatnya ia dicopot dari jabatan Kapolri. Memang ditawari jadi Dubes di sebuah negara di Eropa. Tapi polisi kerempeng itu menolak dan lebih senang ambil pensiun. Padahal usianya baru 49.

Setelah pensiun dia gak punya apa apa. Mobil tidak punya. Rumah yang di Menteng adalah bekas rumah dinas Kapolri yang dihibahkan Kapolri penggantinya.

Waktu masih dinas ia menolak pengawalan. Kalau mau mati, mati saja katanya. Ia juga nolak fasilitas jabatan untuk naik haji. Padahal kalau mau, ia bisa. Itu yang biasa dilakukan Kapolri lain. Bahkan Hugeng juga menolak ajakan berhaji bareng Kapolri Jenderal Sucipto. Pensiunnya kecil. Menurut cucunya Aditya pensiun normalnya baru keluar tahun 2001 Rp. 1.170.000. Hugeng baru bisa naik haji tahun 1994,23 tahun setelah pensiun.  Biayanya hasil penjualan lukisan. Dia memang hobi melukis dan musik Hawaiian.

BRIGJEN POL KAHARUDDIN:

Mantan Gubernur pertama Sumatra Barat itu nama lengkapnya Kaharuddin Datuk Rangkayo Basa. Ia menjadi Gubernur tahun 1958. Sejak tahun 1945 sampai 1959 Sumbar itu berstatus karesidenan. Baru pada 1958 menjadi provinsi. Dan Brigjen Pol Kaharuddin ditunjuk menjadi gubernur pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun