Mohon tunggu...
D3 KeperawatanUMM
D3 KeperawatanUMM Mohon Tunggu... Perawat - Dosen

Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang pertama kali berdiri sejak 05 Oktober 1993 berdasarkan SK Kapusdiknakes No: HK.00.06.1.1.3663 dengan Akreditasi A yang berlaku pada 2019 sampai dengan 2024 (SK LAM-PTKes: 0538/LAM-PTKes/Akr/Dip/IX/2019).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keperawatan UMM Hadirkan Professor dari Thailand

2 Maret 2024   08:35 Diperbarui: 2 Maret 2024   09:38 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penghargaan peserta acara Visiting Profesor (Dokpri)

Menurut Edi Purwanto, S.Kep.Ns.MNg, Kaprodi Keperawatan, kunjungan profesor ini telah direncanakan di program keperawatan penyakit yang tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan stroke.
Memang, kami berasal dari Universitas Prince of Sonkla Thailand. Selama tiga hari ke depan, Prof. DR. Karnsunaphat Balthip akan berbagi di UMM tentang anxity dan komunitas perawatan. Kami berharap Universitas Songkla dan UMM bekerja sama dalam penelitian dan pengabdian masyarakat. Sebaliknya, kami juga akan hadir untuk pertukaran mahasiswa, kata dia. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 250 mahasiswa D3 Keperawatan dari angkatan 2023 dan 2022, serta S1 Keperawatan semester 6, 33 dosen secara luring, dan 120 anggota daring dari Asosiasi Pendidikan Ners Muhammadiyah Asia se-Indonesia (AIPNEMA). 

Pemateri Visiting Professor di Keperawatan UMM (Dokpri)
Pemateri Visiting Professor di Keperawatan UMM (Dokpri)
Kunjungan atau visiting ini berlangsung selama tiga hari, dimulai Kamis (29/2) dan berlangsung hingga Jumat (2/3/2024). 250 mahasiswa semester enam yang mengikuti mata kuliah keperawatan komunitas mengikutinya.
Disebutkan bahwa penyakit tidak menular (NCDs) adalah salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Seorang profesor dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Prince of Songkla (PSU) di Thailand, Prof. Dr. Karnsunaphat Balthip, mengatakan bahwa PTM adalah salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Setiap tahun, penyakit menular (NCD) membunuh 41 juta orang, yang merupakan 74 persen dari seluruh kematian di seluruh dunia.

Penyakit tidak menular (NCDs), juga disebut sebagai penyakit tidak menular, tidak disebabkan oleh infeksi dan tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain. Penyakit ini seringkali berkembang secara bertahap dan memerlukan waktu lama untuk berkembang menjadi gejala yang parah. Gaya hidup tidak sehat (seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, pola makan yang tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik), faktor genetik, dan lingkungan yang tidak sehat adalah beberapa faktor risiko penyakit tidak menular. Pendidikan masyarakat, mendorong gaya hidup sehat, deteksi dini, dan manajemen penyakit seringkali merupakan bagian dari penanggulangan dan pencegahan penyakit tidak menular. 

Penghargaan peserta acara Visiting Profesor (Dokpri)
Penghargaan peserta acara Visiting Profesor (Dokpri)

Dia juga menyatakan bahwa sebelum usia 70 tahun, 17 juta orang meninggal karena penyakit jantung dan paru-paru (NCD). Selain itu, dia menunjukkan bahwa empat penyakit tidak menular yang paling sering menyebabkan kematian dini adalah penyakit kardiovaskular atau jantung sebanyak 17,9 juta kasus, kanker sebanyak 9,3 juta kasus, penyakit pernapasan kronis sebanyak 4,1 juta kasus, dan diabetes sebanyak 2 juta kasus.
Selain itu, dia menunjukkan faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat PTM, termasuk konsumsi tembakau dan kurangnya aktivitas fisik. "Selanjutnya, konsumsi alkohol yang berlebihan, pola makan yang tidak sehat, serta polusi udara semuanya meningkatkan risiko," terangnya.
Terakhir, Prof. Karnsunaphat memberikan penjelasan tentang bagian penting dari respons NCD. Pertama, deteksi dini, pengobatan PTM, dan perawatan paliatif.

Amelia Intan D. mahasiswa D3 Keperawatan angkatan 2022 memanfaatkan momen tersebut dengan bertanya kepada Miss Ooo (Panggilan akrab Prof Karnsunaphat) "What strategies are effective in providing holistic support to single-parent childbearing families, particularly in addressing the dual roles of caregiver and breadwinner, and mitigating the risk of burnout and mental health challenges?.. Kegiatan tersebut juga menjadi ajang mahasiswa D3 Keperawatan dalam mengaplikasikan kemampuan bahasa Inggrisnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun