Fisioterapi dan Terapi Wicara III
Pada artikel sebelumnya aku sudah menjalani 2 Paket Terapi. Jadwal kontrol ke Dokter Saraf selanjutnya tanggal 9 Desember 2022. Saat ketemu Dokter Saraf, dia tambah antusias, katanya suara aku sudah keluar 70%, sudah semakin jelas. Dan beliau menyarankan aku terapi lagi satu paket, biar suaranya makin keluar. Baiklah kita mulai lagi Paket Terapi III. Untuk obat dan vitamin aku masih dapat resep yang sama. Dan kontrol selanjutnya dijadwalkan sesudah terapi selesai .
Ketemuan lagi deh dengan Dokter Rehabilitasi Medik (RM) tanggal 15 Desember 2022. Dokternya langsung senyum-senyum sambil ngomong, Dokter Sarafnya senang banget ya, sampai disuruh bolak balik terapi.Â
Kemudian aku dites berhitung dalam sekali tarikan nafas. Aku cuma bisa berhitung dari 1 sampai 13, saat angka 14 sudah seperti berbisik, kehabisan nafas. Menurut Dokter RM, orang normalnya bisa berhitung dalam satu kali tarikan, sampai 20 - 25.
Wah berarti aku masih jauh dari orang normal. Jadi PR aku dari Dokter RM, harus latihan berhitung. Kemudian Dokter RM kasih jadwal terapi aku kali ini lebih singkat, 2x Fisioterapi dan 4x Terapi Wicara (TW). Fisioterapi tetap sama dengan yang sebelumnya.
Kalau TW, pasti ada aja ilmu baru yang aku dapat. Terapisnya pas dengar aku ngomong, seneng banget, karena sudah jauh kemajuannya.
Pada edisi paket yang ketiga ini, aku menyadari saat aku ngaji, aku gak bisa ngomong "d". Jadi kalau ngomong "dal - dho", kayak berbisik. Akhirnya aku disuruh menyebutkan abjad dari a-z. Ternyata aku kurang jelas saat ngomong huruf " d - i -u".
Menurut terapisnya berarti lidah aku kaku. Biasanya orang dengan kondisi seperti aku, paling kesusahan ngomong "r", sedang aku paling susah ngomong "d". Â Saat kita ngomong "d" lidah kita menyentuh langit-langit. Sedang kalau "i" menyentuh gigi bagian atas. Kalau "u" karena udara yang dikeluarkan banyak. Aku susahnya kalau huruf "u" ada di awal kata.Â
Sebenarnya bukan susah mengucapkan tapi saat bicara dengan huruf "d i  u" jadi seperti berbisik. Selanjutnya Terapis nyoba menarik lidah aku dengan kain kasa, dan memeang lidah aku kaku. Dia pun menyuruh aku ngetes narik lidahku sendiri dan bandingkan dengan lidah suamiku. Dan memang lidah aku terasa lebih kaku.
Aku pun diajarin senam lidah, sampai dikasih kasa kecil-kecil 1 pack sama Terapisnya. Kata kalau lagi santai sering-sering saja tarik lidah ke kiri, ke kanan, ke atas dan ke bawah. Alhamdulillah, setelah rutin dilatih di rumah, hanya dalam seminggu, aku sudah bisa ngomong "d i u".Â