Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Satu Kata Berharga itu "Pulih" (4)

29 Oktober 2024   14:47 Diperbarui: 26 November 2024   11:18 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lanjutan TB Paru

Di artikel sebelumnya aku sudah cerita sampai hasil tes darah dan tes dahak sudah ada. Tanggal 26 Juli 2021 ketemu lagi sama dokternya. Dan memang infeksinya sudah parah. Mulailah dikasih wejangan, apa yang harus dilakukan selama masa pengobatan.

Dikasih lembaran berisi anjuran konsumsi obat dan penunjangnya. Tentu obatnya adalah OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang terdiri 4 jenis. Aku gak dikasih OAT yang gabungan 4 jenis jadi 1 obat. Karena menurut dokter, obatnya keras, tiap obat bisa punya efek samping. Tergantung kondisi tubuh tiap pasien.

Anjuran dari Dokter. Maaf sudah lecek. (dok pribadi)
Anjuran dari Dokter. Maaf sudah lecek. (dok pribadi)

Dokternya sangat hati-hati, sampai-sampai harus dites satu per satu. Jadi hari pertama sampai hari ketiga, hanya minum obat 1 (TB Vit 6). Jika tidak ada efek samping seperti mual, muntah, pusing, gatal, penglihatan terganggu dan lainnya, berarti obat 1 aman. Dan aku gak ada masalah saat minum obat 1. Hari keempat sampai keenam minum obat 1 dan obat 2 (Ethambutol), juga gak ada masalah, lanjut obat 3. Hari ketujuh sampai kesembilan minum obat 1, obat 2 dan obat 3 (Pyrazinamide), Alhamdulillah aman. 

Hari kesepulah dan seterusnya minum obat 1, obat 2, obat 3 dan obat 4 (Rifampicin). Nah untuk obat 4, sudah diinfo oleh perawat, untuk jangan kaget, karena buang air akan berwarna merah. Juga obat 4 ini yang paling berat, jadi awal-awal pasti butuh penyesuaian, bisa agak pusing juga agak mual. Kalau seperti itu masih normal, kecuali sampai muntah-muntah parah atau efek lain yang tidak bisa ditahan, agar segera hubungi dokter.

Memang seminggu pertama setelah minum keempat jenis obat itu, aku suka pusing, yang sampai harus dibawa tidur dulu sebentar. Tapi setelah seminggu, Alhamdulillah sudah gak ada pusing-pusing.

Aku juga harus konsumsi vitamin Onoiwa dan D3, juga penambah nafsu makan Kurkumex, berhubung berat badan juga turun drastis, sebanyak 11 Kg dari 56 Kg ke 45 Kg. Menurut dokter, aku harus naikin berat badan, agar obatnya dapat bekerja lebih efektif. Selain yang diresepkan dokter, aku juga konsumsi suplemen Colostrum.

Kotak obat ini sangat efektif selama pengobatan TB (dok pribadi)
Kotak obat ini sangat efektif selama pengobatan TB (dok pribadi)

Agar gak lupa minum obat, mana ada yang harus diminum pagi, siang, atau malam, aku beli kotak obat. Jadi obat seminggu sekali, aku masukin ke kotak obat sesuai waktu minumnya dan harinya. Cara ini lumayan efektif, karena kita jadi tau obat sudah diminum atau belum. Selain itu saat ke kantor atau piknik, bisa dibawa sekotak aja, sesuai kebutuhan hari itu.

TB Paru ini menular lewat udara. Kalau Covid-19 menular lewat doplet yang terkontaminasi, disentuh oleh tangan kita, dan kita pegang makanan kemudian masuk mulut. Sedangkan kalau TB Paru, saat penderitanya batuk dan bersin, dopletnya akan terbawa ke udara selama berjam-jam, dan orang yang menghirup udara tersebut akan tertular.

Jadi dokternya menyarankan selama 2 bulan pertama pengobatan, jangan keluar-keluar rumah, kalau terpaksa keluar rumah, wajib pakai masker. Selama di rumah tiap batuk atau bersin tutup dengan handuk kecil dan saat buang dahak, langsung buang di wastafel atau closet, agar tidak meyebar kemana-mana. Jadilah berasa kek kang becak, kemana-mana selama di rumah, nyandang handuk.

Kenapa hanya selama 2 bulan pengobatan beresiko menularkan? Karena selama pengobatan pada dua bulan pertama itu obatnya menurunkan jumlah bakteri TB dan meminimalisir pengaruh bakteri. Sedangkan empat bulan selanjutnya itu membunuh sisa bakteri, mencegah kambuh dan memulihkan.

Sehingga aku pun memutuskan WFH (Work From Home) selama 3 bulan. Sengaja aku lebihin sebulan, biar sudah benar-benar aman. Dan ternyata setelah 3 bulan, sudah jarang sekali bahkan bisa dibilang sudah tidak batuk. Jadi aku gak nyebarin doplet di kantor.

Kemudian aku juga menanyakan soal Vaksin Covid-19, karena terlewat jadwal vaksin, apa aku boleh Vaksin selama pengobatan TB. Kata Dokternya boleh setelah 2 bulan pengobatan, dan dikasih surat keterangan kalau sedang pengobatan TB, untuk diserahkan ke petugas vaksin.

Sama dengan keputusan kapan mulai keluar rumah, aku pun memutuskan Vaksin setelah 3 bulan pengobatan TB, biar benar-benar aman tidak menularkan ke orang lain. Jadi aku Vaksin I akhir Oktober 2021 dan Vaksin II akhir November 2021.

Selama 3 bulan pertama gak keluar rumah, yang paling repot olahraga dan berjemur. Karena dokternya sudah wanti-wanti wajib olahraga dan berjemur. Akhirnya tiap pagi ke atap rumah, ada tempat semacam rooftop, lumayan bisa dipake buat olahraga dan berjemur.

Setelah 3 bulan aku harus tes dahak lagi, kemudian hasilnya dibawa saat kontrol ke dokter. Hasil tes dahaknya sudah berkurang menjadi positif 1. Dengan hasil tersebut, aku masih dikasih OAT dan vitamin-vitamin dengan dosis yang sama dengan sebelumnya. 

Dua minggu sebelum 6 bulan, aku tes dahak  dan rontgen lagi. Hasilnya aku bawa saat kontrol ke dokter tanggal 18 Januari 2022. Alhamdulillah tes dahaknya sudah negatif dan parunya sudah tinggal sisa flek sedikit. Kata dokter biar pengobatannya tuntas, ditambah 3 bulan lagi tapi dosisnya dikurangi, hanya obat 1, obat 2 dan obat 4, yang diminum 3x seminggu. Jadi sudah tidak perlu tiap hari. Untuk vitamin Kurkumex dan D3 tetap tiap hari, hanya Vitamin Onoiwa yang biasanya 2x sehari, jadi 1x sehari.

Menjelang 6 bulan berobat TB, suara aku hilang, terdengar bisik-bisik dan serak, juga gak bisa teriak. Padahal tidak sedak sakit batuk, pilek ataupun radang tenggorokan. Jadi pas kontrol dokter, aku juga menyampaikan keluhan ini. Menurut dokter, mungkin karena kelamaan batuk, pita suaranya jadi luka-luka. Kemudian dokternya memberikan surat rujukan ke Dokter THT. Dokternya menyarankan cari dokter THT, yang ada kameranya untuk masuk ke mulut, biar kelihatan masalahnya apa.

Begitulah. Drama TB Paru usai, aku memasuki drama baru lagi. Tunggu drama lanjutannya yang lebih mendebarkan. :))

Link Sumber Gambar Paling Atas: Apa itu TB Paru?

___

Artikel sebelumnya:

Satu Kata Berharga itu "Pulih" (1)

Satu Kata Berharga itu "Pulih" (2)

Satu Kata Berharga itu "Pulih" (3)

Artikel selanjutnya

Satu Kata Berharga itu "Pulih" (5)

Satu Kata Berharga itu "Pulih" (6)

Satu Kata Berharga itu "Pulih" (7)

Satu Kata Berharga itu "Pulih" (8)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun