TB Paru ini menular lewat udara. Kalau Covid-19 menular lewat doplet yang terkontaminasi, disentuh oleh tangan kita, dan kita pegang makanan kemudian masuk mulut. Sedangkan kalau TB Paru, saat penderitanya batuk dan bersin, dopletnya akan terbawa ke udara selama berjam-jam, dan orang yang menghirup udara tersebut akan tertular.
Jadi dokternya menyarankan selama 2 bulan pertama pengobatan, jangan keluar-keluar rumah, kalau terpaksa keluar rumah, wajib pakai masker. Selama di rumah tiap batuk atau bersin tutup dengan handuk kecil dan saat buang dahak, langsung buang di wastafel atau closet, agar tidak meyebar kemana-mana. Jadilah berasa kek kang becak, kemana-mana selama di rumah, nyandang handuk.
Kenapa hanya selama 2 bulan pengobatan beresiko menularkan? Karena selama pengobatan pada dua bulan pertama itu obatnya menurunkan jumlah bakteri TB dan meminimalisir pengaruh bakteri. Sedangkan empat bulan selanjutnya itu membunuh sisa bakteri, mencegah kambuh dan memulihkan.
Sehingga aku pun memutuskan WFH (Work From Home) selama 3 bulan. Sengaja aku lebihin sebulan, biar sudah benar-benar aman. Dan ternyata setelah 3 bulan, sudah jarang sekali bahkan bisa dibilang sudah tidak batuk. Jadi aku gak nyebarin doplet di kantor.
Kemudian aku juga menanyakan soal Vaksin Covid-19, karena terlewat jadwal vaksin, apa aku boleh Vaksin selama pengobatan TB. Kata Dokternya boleh setelah 2 bulan pengobatan, dan dikasih surat keterangan kalau sedang pengobatan TB, untuk diserahkan ke petugas vaksin.
Sama dengan keputusan kapan mulai keluar rumah, aku pun memutuskan Vaksin setelah 3 bulan pengobatan TB, biar benar-benar aman tidak menularkan ke orang lain. Jadi aku Vaksin I akhir Oktober 2021 dan Vaksin II akhir November 2021.
Selama 3 bulan pertama gak keluar rumah, yang paling repot olahraga dan berjemur. Karena dokternya sudah wanti-wanti wajib olahraga dan berjemur. Akhirnya tiap pagi ke atap rumah, ada tempat semacam rooftop, lumayan bisa dipake buat olahraga dan berjemur.
Setelah 3 bulan aku harus tes dahak lagi, kemudian hasilnya dibawa saat kontrol ke dokter. Hasil tes dahaknya sudah berkurang menjadi positif 1. Dengan hasil tersebut, aku masih dikasih OAT dan vitamin-vitamin dengan dosis yang sama dengan sebelumnya.Â
Dua minggu sebelum 6 bulan, aku tes dahak  dan rontgen lagi. Hasilnya aku bawa saat kontrol ke dokter tanggal 18 Januari 2022. Alhamdulillah tes dahaknya sudah negatif dan parunya sudah tinggal sisa flek sedikit. Kata dokter biar pengobatannya tuntas, ditambah 3 bulan lagi tapi dosisnya dikurangi, hanya obat 1, obat 2 dan obat 4, yang diminum 3x seminggu. Jadi sudah tidak perlu tiap hari. Untuk vitamin Kurkumex dan D3 tetap tiap hari, hanya Vitamin Onoiwa yang biasanya 2x sehari, jadi 1x sehari.
Menjelang 6 bulan berobat TB, suara aku hilang, terdengar bisik-bisik dan serak, juga gak bisa teriak. Padahal tidak sedak sakit batuk, pilek ataupun radang tenggorokan. Jadi pas kontrol dokter, aku juga menyampaikan keluhan ini. Menurut dokter, mungkin karena kelamaan batuk, pita suaranya jadi luka-luka. Kemudian dokternya memberikan surat rujukan ke Dokter THT. Dokternya menyarankan cari dokter THT, yang ada kameranya untuk masuk ke mulut, biar kelihatan masalahnya apa.
Begitulah. Drama TB Paru usai, aku memasuki drama baru lagi. Tunggu drama lanjutannya yang lebih mendebarkan. :))