Dan teknologi perbankan mengalami kemajuan secara cepat. Di tahun 2012 saya pun mendaftar mobile banking. Sekali lagi ini sangat mempermudah urusan finansial saya. Kini semua ada di genggaman. Di mana aja dan kapan aja bisa transaksi.
Dalam perencanaan kami, di bulan April 2020 berniat merenovasi rumah, dengan rencana anggaran yang cukup besar. Kami punya sedikit simpanan dan rencananya juga dengan tambahan pinjaman dari bank.
Tapi rencana tinggal rencana tetiba di bulan Maret 2020 pandemi global. Awalnya kami masih santai, setelah 2 minggu #bekerjadirumahaja tampaknya sudah kembali normal. Ternyata diperpanjang hingga 3 bulan. Tapi masih optimis, semua berakhir di bulan Juni 2020.
Semakin hari, saya tidak melihat titik terangnya. Melewati 3 bulan pandemi, pendapatan mulai menurun.
Saya punya usaha dagang online, yang kalau bulan puasa panen, selama Ramadan kemarin pembeli bisa di hitung dengan jari.
Tampaknya renovasi rumah, bukan lagi perencanaan jangka pendek. Karena kemungkinan bila kondisi ekonomi belum juga membaik, uang tabungan bisa terpakai.
Di masa tak menentu ini kami mulai berpikir untuk merencanakan kembali keuangan kami. Harus mulai berpikir untuk investasi.
Sebelumnya sejak 2010, setiap kami punya uang lebih, kami investasi dengan membeli logam mulia. Tapi di masa sekarang, logam mulia terasa mahal sekali, malah mungkin lebih baik jual logam mulia daripada beli. Jadi kami mulai tertarik untuk mencoba investasi reksadana.
Namun tampaknya urusannya sulit, dan harus banyak nominalnya. Tentu di masa sekarang ini menyisihkan uang dalam jumlah besar itu nggak mungkin. Maunya ada bank yang bisa ikutan reksadana minimal Rp 100.000. Juga maunya nggak pakai repot-repot ke bank, isi form ini itu, cukup dari mobile banking saja.
Kami sudah sering cari-cari informasi tentang ini, selain belum nemu yang sesuai keinginan juga masih rada bingung dan takut. Karena di mobile banking yang saya punya tidak ada fasilitas untuk investasi reksadana.