Tertarik dengan olahraga lari, berawal dari dapat medical check up gratis di Singapura pada awal tahun 2015. Aku berkesempatan berkonsultasi dengan dokter spesialis kardiologi, yang sudah pernah aku kisahkan di Kompasiana dalam tulisan [Wisata Sehat] Lari dan Renang, Olahraga Paling Bagus untuk Jantung . Menurut dokter tersebut, walau hasilnya tesnya normal, tapi aku tuh cenderung mudah lelah. Kadang kebanyakan tidur aja lelah. (hihihi).  Jadi anjurannya, aku disuruh rajin lari atau renang.
Butuh waktu 1 tahun sesudah medical check up, barulah aku  tergerak untuk memulai lari. Itupun gegara sehabis berobat tetiba badan  aku melar. Kayak ditiup gitu deh. Naik 10kg. Sampai ada tas pinggang di  lingkar perut dan paha membesar, yang berakibat banyak celana sudah  nggak bisa dipakai lagi. Belum lagi pipi jadi tembem, jadi nggak pede  untuk berswafoto ria.
Itupun berakibat pegel-pegel seluruh badan tertama kaki dan paha.  Tapi ya tetap aku paksain lari. Dan sesudah rutin, udah nggak  pegel-pegel lagi.
Setelah 7 kali lari 2 putaran, baru ngerasa  nggak ngos-ngosan, terus mulai lari 2 KM. Hanya 4 kali lari 2 KM, mulai  ngerasa sanggup lari 2,5 KM. Dan karena mungkin sudah rutin lari 3-4  hari seminggu, lari 2,5 KM hanya 3 kali, terus sudah bisa lari 3 KM.
Alhamdulillah  dalam waktu 2 bulan, masalah tas pinggang, paha dan pipi terselesaikan.  Semua mengecil. Tapi lucunya berat badan aku tetap. Hanya lingkar  pinggang dan lingkar paha mengecil. Mungkin itu lemak-lemak berubah  menjadi otot. Atau mungkin terbuang ke jamban-jamban terdekat. HIhihi.
Adalagi masalah yang hilang, yaitu saat tidur. Aku  biasanya kalau kecapekan, malamnya suka naik betis / kram betis. Rasanya  tuh kayak ada yang naik dari betis ke paha, dan dalam prosesnya, sakit  luar biasa. Sejak rutin lari, aku sudah tak pernah mengalami hal ini  lagi.