Dan teman-teman yang benderanya salah warna itu, di suruh lari keliling lapangan sebanyak tiga kali, sambil menyanyikan lau Mars Jurusan Matematika, yang baru kami pelajari kemarin. Tentu saja nyanyinya tidak boleh salah, yang salah larinya nambah lagi.
Ada peraturan umum saat OPSPEK yaitu Pasal 1: senior selalu benar dan Pasal 2: bila senior salah kembali ke pasal 1. Di jurusan kami ada peraturan tambahan yaitu: sakit itu pingsan, kalau tidak pingsan artinya tidak sakit. Dengan peraturan ini, tidak tau kenapa kami jadi kuat-kuat, padahal seharian makan hanya mendoan, arem-arem dan roti yang di suruh bawa senior, itu pun di makan dengan hitungan cepat, harus habis tak bersisa, termasuk yang di mulut. Minum pun, kami hanya diperbolehkan minum air sirup yang di suruh bawa senior, dengan cara masukan jari telunjuk ke botol lalu dijilat. Tapi saat waktu sholat, kami minum sepuas-puasnya.
Sampai-sampai ada teman saya yang lemas, saat di tanya senior, "pingsan nggak? kalau nggak pingsan artinya nggak sakit, jadi nggak perlu ke P3K."
Prestasi itulah yang dibanggakan senior kami, bahwa tak ada satu pun mahasiswa baru jurusan Matematika yang masuk P3K. Saya hanya berpikir, aneh juga nih senior.
Saat menyenangkan tentu saat sessi-sessi yang di isi oleh dosen dan civitas akademika, karena tanpa senior yang bentak-bentak, tanpa tekanan dan yang utama bisa sambil terkantuk-kantuk. Tapi ternyata itu pun tak luput dari perhatian senior, begitu jeda sessi, yang kelihatan terkantuk-kantuk di hukum. Kadang saya malah senang tidur kemudian di hukum, karena jadi releks dan tidak jenuh, tapi kesal juga kalau dihukumnya sendirian. Di kampus kami saat OPSPEK tak boleh ada hukuman yang berupa 'kontak fisik', sehingga kadang hukumannya lucu dan memalukan.
Di tahun berikutnya saya jadi panitia OPSPEK, kalau panitia hanya ikut meramaikan saja, yang boleh memberi tugas dan bertanggung jawab penuh terhadap mahasiswa baru hanya Satgas OPSPEK yang berjumlah 10 orang. Tahun kedua saya termasuk salah satu satgas OPSPEK dan mendapat paling banyak "Surat Benci", saya tidak tau kenapa mereka melayangkan surat benci pada saya, padahal saat itu saya tidak galak juga. Rata-rata surat itu mengatakan kesal dengan saya, karena saya jarang ngomong, tapi sekalinya ngomong, ngasih hukuman yang bikin mereka kesal.
Nah saat tahun ketiga, saya jadi satgas perempuan satu-satunya, yang menurut saya, saya lebih garang dari tahun sebelumnya, malah mendapat "Surat Cinta" paling banyak, dengan segala puji-pujian gombalnya. Kemudian ditahun berikutnya, saya hanya sebagai penggembira, yang tiap tahun di minta bantuin mereka.
Dari tahun ke tahun saya melihat mental dan fisiknya mahasiswa baru semakin melemah. Menurut pengamatan saya dengan semakin longgarnya peraturan, membuat mahasiswa itu semakin lemah. Saat di tahun-tahun sesudah angkatan saya, kami meniadakan peraturan "sakit itu pingsan", malah banyak yang bilang maagnya kambuh, terus yang bilang mual, sakit kepala dan lain-lain, sehingga mereka pun membludag di P3K.
Semakin tahun, banyak kemudahan-kemudahan untuk mahasiswa baru, malah membuat mereka tak siap mental menghadapi tekanan. Paling terakhir saya menangani OPSPEK, saat saya sedang buat skripsi, tiba-tiba kami yang sudah lumutan di kampus, di minta bantu Satgas OPSPEK yang tidak berhasil mengontrol mahasiswa baru. Dan kami sungguh heran dengan kondisi para mahasiswa baru itu, kami suruh lari keliling kampus 3 putaran, baru lari 5 langkah sudah ada tiga orang yang pingsan, lalu kami suruh berjemur, hanya berdiri dibawa terik matahari sambil merenung tujuan mereka kuliah, ada dua orang lagi yang pingsan, melihat hal ini kami pun di panggil Dekan, hampir saja, kami kena DO. Tapi syukurlah, panitia OPSPEK saat itu pasang badan dan bernegosiasi dengan Dekan, akhirnya kami urung di DO.
Menurut saya, makin tahun kondisi mental dan fisik mahasiswa baru, semakin lemah. Di luar pro dan kontra mengenai OPSPEK, saya merasa OPSPEK membawa manfaat buat saya selama saya kuliah. Selama OPSPEK tidak dibarengi 'kontak fisik', saya pikir bagus untuk mental. Juga membuat kita dekat satu sama lain, baik dengan teman satu angkatan ataupun dengan yang beda angkatan.
Saya kurang update dengan mahasiswa yang jaman sekarang, mungkin yang sekarang jauh lebih baik dari pada di masa saya dulu. Mungkin saja tiap generasi punya pola tersendiri yang sesuai dengan era sekarang.