Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lebih Mencintai Indonesia Setelah Bermukim di Jayapura

3 Mei 2011   06:26 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:44 3233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa Indonesia berdialek Papua masih sangat baku, hanya saja disingkat-singkat dan disampaikan dengan cepat. Bila anda baru saja tinggal di Papua, anda akan mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan mereka. Sebagai contoh bila anda ingin mengatakan : "Tukeran dong pensilnya", maka dialek Papua menjadi : "Mari kitong baku tukar pensil". "Kitong" itu singkatan dari "kita orang", kalau "dia orang" disingkat menjadi "dong". Sedang kalau: "Kamu mau pergi kemana?" menjadi "Ko pi manakah?".

Banyak hal yang unik dari gaya bahasa Indonesia di Papua. Namun yang membuat saya cinta terhadap bahasa pemersatu bangsa Indonesia ini adalah bila anda di Papua, jangan sekali-kali gunakan bahasa suku anda, karena mereka akan berkomentar miring tentang itu. Contoh bila ada orang Jawa menggunakan bahasa Jawa, maka akan dikomentari : "hai, ko kira disini ko pu Jawa kah?" (hai emangnya disini Jawanya kamu?). Atau bila ada orang bicara pakai dialek Jakarta dengan "lu-gue" nya, maka akan dikomentari: "wuiih sejak kapan monas pindah ke Jayapura kah?" atau "ko beli "gue" berapakah di Jakarta" (berapa kamu beli "gue" di Jakarta) atau bisa juga: "mulut masih bau sagu saja, su bagaya bicara "lu-gue"" (mulut masih bau sagu saja, sudah sok ngomong "lu-gue").

Dengan ejek-ejekan tersebut, membuat kita melupakan bahasa suku kita masing-masing, sehingga hanya bahasa Indonesia lah bahasa komunikasi yang diperbolehkan di Papua.

Obyek Wisata Membuat Saya Mencintai Alam Indonesia

Kepulauan Wayag di Raja Ampat, Papua/Kompas.com

Obyek wisata disana masih sangat alamiah. Seperti Sungai Swembad, yang berada di Ifar Gunung, Sentani, Jayapura, airnya masih jernih dengan batu-batu kali yang besar-besar dan aliran air yang menyegarkan. Sungai ini sering menjadi tempat berlibur dengan keluarga ataupun teman. Jalan menuju kesana tidak bisa menggunakan kendaraan, biasa kami berjalan dari jalan raya sambil menikmati pemandangan.

Sementara pantai Holtekamp yang berjarak 50km dari kota Jayapura, merupakan pantai samudera Pasifik, dengan pasir putih, ombak dan panorama yang dahsyat. Dan masih sangat alamiah, saking alamiahnya tak ada pedagang disana. Jadi biasanya kesana rombongan membawa bekal piknik, atau makanan untuk dibakar disana.

Ada juga air terjun Cycloop di Sentani, Jayapura dengan keindahan yang luarbiasa, masih belum terjamah dengan air terjun yang jernih. Dan menuju kesana pun, harus mendaki gunung Cycloop dulu sambil menikmati burung-burung yang indah berterbangan, mulai dari cendrawasih, kakatua dan lain-lain. Danau Sentani pun merupakan panorama yang tak kalah indah dan tiap tahun diadakan Festival Danau Sentani yang unik. Bila anda berkunjung ke Tugu Mac Arthur, yang merupakan tugu peninggalan Belanda, dari tugu tersebut anda akan melihat pemandangan danau dan kota Sentani yang berada jauh dibawahnya.

Untuk didaerah Jayapura dan sekitarnya saja masih banyak lagi tempat-tempat indah yang bisa anda kunjungi. Apalagi bila anda ke kabupaten-kabupaten yang lain di Papua.

Dulu teman-teman saya yang jurusan Biologi, seringkali membuat saya iri. Karena mereka tidak hanya praktikum di laboratorium, sesekali mereka praktikum langsung di alam, sungguh menyenangkan.

Hal Unik yang Membuat Saya Menyadari Indahnya Perbedaan dan Keberagaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun