Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terbanglah Garudaku... Singkirkan Kutu-kutu di Sayapmu...

29 Desember 2010   13:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:14 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjuangan Timnas Indonesia baru saja berakhir. Piala AFF 2010 memang tidak berhasil kita raih, tapi Garudaku sudah memberi harapan dan sekaligus mempersatukan bangsa dalam satu suara Support Indonesia.


Ketika nonton pertandingan pertama di babak penyisihan AFF, Indonesia VS Malaysia, nontonnya malas-malasan sambil mengerjakan aktifitas lain. Saat itu yakin seyakin-yakinnya bakal kalah atau seri atau kalau menang dengan gol yang sedikit. Jadi sungguh tidak berharap banyak. Dan Malaysia pun menjebol gawang Markus terlebih dahulu, semakin yakin bakal kalah. Tapi gol-gol balasan berikutnya membuat keyakinan itu buyar. Ternyata timnas sekarang bermain luar biasa. Bahkan pemain belakang Manchester United Rio Ferdinand tiba-tiba memberi dukungan untuk Indonesia lewat twitter: "Just saw that Indonesia beat Malaysia 2-1, my Indonesian twitfam must be very happy right now!". Antara percaya dan tidak, Rio Ferdinand juga menyaksikan pertandingan tersebut.


Sejak saat kemenangan besar 5-1, mulailah mencari informasi tentang pemain-pemain timnas Indonesia ini. Karena memang saya kurang referensi tentang mereka. Saya lebih mengenal pemain sepakbola Inggris, Belanda, Jerman, Brazil dan tim-tim lain dibanding Tim Garuda.


Biasanya hanya mengenal Bambang Pamungkas sepintas lalu, sekarang saya rajin baca tulisannya di website officialnya. Pemain dengan kegemarannya menulis mampu mewakilkan teman-temannya yang lain menggambarkan betapa mereka punya jiwa nasionalisme yang luar biasa, yang mungkin tidak bisa dibandingkan dengan para politikus. Dan membaca tulisannya membuat kita sadar, mereka telah berusaha sekuat tenaga demi negara kita tercinta Indonesia dengan segala kemampuan yang ada.


Tentunya selain Bambang, saya mulai mencari-cari informasi tentang pemain lain seperti Markus, Nasuha, Zulkifli, Maman, Beny, Ridwan, Hamka, Yesaya, Nova, Roby, Slamet, Tony, Eka, Okto, Firman, Arif Suyono, Bustomi, Gonzales, Irfan Bachdim, Yongki, Johan dan lainnya. Mulai dari buka websitenya AFF, searching di google dan tanya sana sini, terutama asal klubnya juga asal sukunya dan prestasinya apa saja.


Kemudian  saat pertandingan melawan Laos, mulai semangat untuk nonton, walau tetap tidak berharap banyak gol seperti lawan malaysia. Hasilnya kembali mengetarkan hati menang telak 6-0. Tiba-tiba rasa bangga luarbiasa untuk Tim Garuda seperti bergemuruh.


Namun sesudah dua petandingan tersebut, ekspos di media mulai berlebihan, sampai-sampai beritanya hadir di setiap infotainment, yang tentu tanpa ulasan tentang taktik ataupun skill dari para pemain. Dan Irfan Bachdim pun menjadi idola kaum hawa. Setiap jam lagu Garuda di Dadaku berkumandang di setiap stasiun televisi.


Jumlah penonton di Gelora Bung Karno pun bertambah banyak saat laga Indonesia-Thailand sekitar 65.000 orang, yang menurut saya timnas saat itu agak kewalahan dan mulai bangkit ketika gawang Markus di bobol pemain Thailand. Walaupun 2 gol Bambang Pamungkas tersebut tercipta karena hadiah pinalti, namun hal itu terjadi karena tekanan-tekanan yang dilakukan oleh pemain kita. Juga pinalti itu tentu tidak mudah bagi Bambang, beban yang diletakkan dipundaknya saat itu sungguh berat. Dengan susah payah kemenangan tersebut dimenangkan dengan baik oleh tim Garuda.


Jelang semifinal, gelora dari masyarakat Indonesia semakin luarbiasa hingga 80.000 penonton ditambah ratusan penonton yang kecewa tidak dapat tiket. Bahkan mengundang banyak orang yang tidak menyukai sepakbola menjadi tergerak untuk menyaksikannya melebihi gelora saat musim Piala Dunia 2010. Ada semangat kebangsaan baru yang dirasakan setiap elemen masyarakat Indonesia. Semangat ini juga membuat kita bisa refreshing sebentar dari berbagai masalah politik yang tiada hentinya sejak mengawali tahun 2010.


Kemenangan pada dua pertandingan melawan Filipina walau tipis, tetap membanggakan dengan jumlah penonton yang fantastis dan tekanan yang semakin tinggi dirasakan oleh tim Garuda. Kebanggaan tidak cukup terhenti sampai disitu, Gonzalez pun masuk Team of the week ESPN yang membuat dia sejajar dengan bintang-bintang kelas dunia, ini terjadi setelah penyerang asal Persib ini mencetak gol indah ke gawang Filipina.


Tiba-tiba saja setelah itu berdatangan para pahlawan kesiangan yang merasa punya andil terhadap kesuksesan timnas. Undangan acara-acara ceremonial yang tidak perlu telah membuat timnas kelelahan. Sepakbola pun mulai di politisir. Belum lagi masalah di tubuh PSSI yang selalu mengiringi perjalanan timnas. Ketidakharmonisan Pelatih dan Manajemen PSSI sudah menjadi rahasia umum. Tentu termasuk isu korupsi di tubuh PSSI. Berbagai tuntutan mulai dari Nurdin Halid Turun hingga Bubarkan PSSI, menggema disetiap pertandingan.


Mereka seperti kutu-kutu disayap Garudaku, yang menghambat Garuda untuk terbang tinggi. Mereka seperti benalu ditiang Benderaku, yang mempersulit Merah Putih untuk berkibar.


Klimaksnya dari intervensi-intervensi tersebut Indonesia harus menyerah 3-0 saat dijamu Malaysia di Final AFF leg pertama. Diluar kecurangan yang lakukan oleh penonton Malaysia. Pemain kita memang sepertinya terbebani dan tidak bermain lepas. Namun dukungan dan optimisme terus mengalir, harapkan terus di pupuk untuk keberhasilan timnas.


Besarnya semangat masyarakat Indonesia juga terlihat dari lonjakkan pembelian tiket untuk leg terakhirpun tak terbendung. Dan semakin terlihat ketidaksiapan PSSI dalam pendistribusian tiket. Kericuhan pun tak terhindarkan yang berakhir pada perusakkan lapangan Gelora Bung Karno. Kerelaan para supporter menginap di Gelora Bung Karno demi mendapatkan selembar tiket untuk memberi semangat bagi timnas ini, tidak diimbangi dengan manajemen yang baik oleh PSSI. Padahal seharusnya penonton ini posisinya sejajar dengan timnas itu sendiri, penonton harus dilayani dengan baik, dihargai selayaknya manusia dan dihormati seperti raja. Tapi lihatlah yang terjadi sungguh menyedihkan dan memalukan. Bila seperti ini jangan pernah berharap jadi tuan rumah Piala Dunia. Hanya bisa menaikkan harga tiket tanpa bisa melihat betapa harga yang sesungguhnya harus dibayar oleh supporter ini.


Pertandingan leg kedua hari ini, sungguh menegangkan. Saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh 80.000 penonton merinding dan terharu. Kita seperti bersatu dalam semangat Support Timnas. Babak Pertama tekanan yang dilakukan pemain-pemain Indonesia sungguh mengagumkan. Peluang pun sangat banyak tercipta walau belum membuahkan hasil. Ditambah tendangan pinalti Firman Utina yang tidak gol. Tampak sekali beban begitu berat bagi Firman.


Memasuki Babak Kedua Malaysia semakin bertahan, tembok pertahanan seperti tidak bisa ditembus oleh Indonesia. Konsentrasi menyerang, pertahanan Indonesia kebobolan, akhirnya justru serangan balik Malaysia malah menciptakan gol pertama. Di tengah kebuntuan, pupus harapan ternyata gol pertama untuk Indonesia tercipta dari seorang Muhammad Nasuha. Semangat yang tidak pernah putus asa diperlihatkan walau sudah menit ke 87, Ridwan menambah gol kedua untuk Indonesia. Akhirnya kita memang menang 2-1, namun kalah agregat dengan Malaysia 2-4.


Piala AFF 2010 memang bukan buat Indonesia. Tapi perjuangan Timnas buat Indonesia adalah Piala bagi Rakyat Indonesia. Harapan kami akan terus untuk Pasukan Garuda pembela bangsa. Tidak sekarang, tapi kami percaya dalam turnamen-turnamen lain kita akan jadi juaranya.


Tampaknya Garudaku memang harus menyingkirkan kutu-kutu disayapnya, agar dapat terbang tinggi dan bisa menunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu.


Lagu Garuda di Dadaku memang membangkitkan semangat dan jiwa nasionalisme sehingga membahana dimana-mana. Sejak pertandingan pertama di Piala AFF ini, lagu yang selalu terngiang-ngiang di telinga saya justru lagu Iwan Fals yang berjudul 'Bangunlah Putra Putri Pertiwi', liriknya sangat cocok untuk timnas dan PSSI pada khususnya dan Pemuda Indonesia pada umumnya. Garuda akan sulit terbang tinggi jika masih ada kutu-kutu disayapnya. Mari kita singkirkan kutu-kutu pengganggu lajunya Garuda kita. Tetap semangat Timnas Indonesia. Tetap semangat Putra Putri Ibu Pertiwi.

'Bangunlah Putra Putri Pertiwi'Cipt: Iwan Fals

Sinar matamu tajam namun ragu

Kokoh sayapmu semua tahu

Tegap tubuhmu takkan tergoyahkan

Kuat jarimu kalau mencengkeram

Bermacam suku yang berbeda

Bersatu dalam cengkeramanmu

Angin genit mengelus merah putihku

Yang berkibar sedikit malu-malu

Merah membara tertanam wibawa

Putihmu suci penuh kharisma

Pulau pulau yang berpencar

Bersatu dalam kibarmu

Terbanglah Garudaku

Singkirkan kutu-kutu di sayapmu oh…..

Berkibarlah Benderaku

Singkirkan benalu di tiangmu

Jangan ragu dan jangan malu

Tunjukkan pada dunia

Bahwa sebenarnya kita mampu

Mentari pagi sudah membumbung tinggi

Bangunlah putra putri ibu pertiwi

Mari mandi dan gosok gigi

Setelah itu kita berjanji

Tadi pagi esok hari atau lusa nanti

Garuda bukan burung perkutut

Sangsaka bukan sandang pembalut

Dan coba kau dengarkan

Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut

Yang hanya berisi harapan

Yang hanya berisi khayalan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun