Mereka seperti kutu-kutu disayap Garudaku, yang menghambat Garuda untuk terbang tinggi. Mereka seperti benalu ditiang Benderaku, yang mempersulit Merah Putih untuk berkibar.
Klimaksnya dari intervensi-intervensi tersebut Indonesia harus menyerah 3-0 saat dijamu Malaysia di Final AFF leg pertama. Diluar kecurangan yang lakukan oleh penonton Malaysia. Pemain kita memang sepertinya terbebani dan tidak bermain lepas. Namun dukungan dan optimisme terus mengalir, harapkan terus di pupuk untuk keberhasilan timnas.
Besarnya semangat masyarakat Indonesia juga terlihat dari lonjakkan pembelian tiket untuk leg terakhirpun tak terbendung. Dan semakin terlihat ketidaksiapan PSSI dalam pendistribusian tiket. Kericuhan pun tak terhindarkan yang berakhir pada perusakkan lapangan Gelora Bung Karno. Kerelaan para supporter menginap di Gelora Bung Karno demi mendapatkan selembar tiket untuk memberi semangat bagi timnas ini, tidak diimbangi dengan manajemen yang baik oleh PSSI. Padahal seharusnya penonton ini posisinya sejajar dengan timnas itu sendiri, penonton harus dilayani dengan baik, dihargai selayaknya manusia dan dihormati seperti raja. Tapi lihatlah yang terjadi sungguh menyedihkan dan memalukan. Bila seperti ini jangan pernah berharap jadi tuan rumah Piala Dunia. Hanya bisa menaikkan harga tiket tanpa bisa melihat betapa harga yang sesungguhnya harus dibayar oleh supporter ini.
Pertandingan leg kedua hari ini, sungguh menegangkan. Saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh 80.000 penonton merinding dan terharu. Kita seperti bersatu dalam semangat Support Timnas. Babak Pertama tekanan yang dilakukan pemain-pemain Indonesia sungguh mengagumkan. Peluang pun sangat banyak tercipta walau belum membuahkan hasil. Ditambah tendangan pinalti Firman Utina yang tidak gol. Tampak sekali beban begitu berat bagi Firman.
Memasuki Babak Kedua Malaysia semakin bertahan, tembok pertahanan seperti tidak bisa ditembus oleh Indonesia. Konsentrasi menyerang, pertahanan Indonesia kebobolan, akhirnya justru serangan balik Malaysia malah menciptakan gol pertama. Di tengah kebuntuan, pupus harapan ternyata gol pertama untuk Indonesia tercipta dari seorang Muhammad Nasuha. Semangat yang tidak pernah putus asa diperlihatkan walau sudah menit ke 87, Ridwan menambah gol kedua untuk Indonesia. Akhirnya kita memang menang 2-1, namun kalah agregat dengan Malaysia 2-4.
Piala AFF 2010 memang bukan buat Indonesia. Tapi perjuangan Timnas buat Indonesia adalah Piala bagi Rakyat Indonesia. Harapan kami akan terus untuk Pasukan Garuda pembela bangsa. Tidak sekarang, tapi kami percaya dalam turnamen-turnamen lain kita akan jadi juaranya.
Tampaknya Garudaku memang harus menyingkirkan kutu-kutu disayapnya, agar dapat terbang tinggi dan bisa menunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu.
Lagu Garuda di Dadaku memang membangkitkan semangat dan jiwa nasionalisme sehingga membahana dimana-mana. Sejak pertandingan pertama di Piala AFF ini, lagu yang selalu terngiang-ngiang di telinga saya justru lagu Iwan Fals yang berjudul 'Bangunlah Putra Putri Pertiwi', liriknya sangat cocok untuk timnas dan PSSI pada khususnya dan Pemuda Indonesia pada umumnya. Garuda akan sulit terbang tinggi jika masih ada kutu-kutu disayapnya. Mari kita singkirkan kutu-kutu pengganggu lajunya Garuda kita. Tetap semangat Timnas Indonesia. Tetap semangat Putra Putri Ibu Pertiwi.
'Bangunlah Putra Putri Pertiwi'Cipt: Iwan Fals
Sinar matamu tajam namun ragu
Kokoh sayapmu semua tahu