Periksa Mata
Setelah sebelumnya tes darah dan sarapan, tes selanjutnya adalah periksa mata. Tes mata diawali dengan pemeriksaan menggunakan alat non kontak tonometer. Alat ini fungsinya untuk mengukur tekanan di dalam mata. Jadi ini semacam tes untuk mendeteksi glukoma. Prosesnya lumayan bikin kaget-kaget, soalnya ada semacam aliran udara yang ditembakan ke mata, masing-masing mata dilakukan sebanyak 3 kali. Dan setiap tembakan aku pasti kaget. Bikin yang meriksa jadi harus benerin posisi aku lagi.
[caption id="attachment_399898" align="aligncenter" width="378" caption="Tes mata menggunakan alat non kontak tonometer"][/caption]
Kemudian tes menggunakan slit lamp. Nah kalau alat yang ini fungsinya untuk mengecek kelainan pada mata yang nggak bisa dilihat dengan kasat mata. Dengan alat ini memungkinkan untuk melihat anatomi mata dengan lebih jelas, seperti kelopak mata, selaput mata, konjungtiva, iris,lensa kristal, dan kornea.
[caption id="attachment_399899" align="aligncenter" width="378" caption="Tes mata menggunakan slit lamp (Ini modelnya Nathalia, soalnya pas aku lagi dites nggak ada yang motret.. Kasian yaa??!!)"]
Waktu diperiksa pakai alat ini, aku rada-rada lama, bikin yang meriksa kudu ngulang berkali-kali. Soalnya dari alat itu ada cahaya dalam intesitas yang tinggi langsung difokuskan pada mata, karena silau banget, jadilah mata aku kedip-kedip dan kadang nggak fokus ngelihat cahayanya. Bener-bener nih mata nggak bisa diajak kompromi. Sehingga beberapa kali aku diminta untuk fokus pada satu titik.
Selanjutnya baru tes mata untuk ngelihat huruf-huruf, untuk menguji penglihatan jarak jauh dan jarak dekat. Dan ternyata kacamata aku sudah nggak sesuai dengan kondisi mata. Minusnya masing-masing sudah naik 0.25. Tapi katanya kalau aku masih nyaman dengan kacamata yang sekarang, nggak masalah, nggak usah diganti. Syukurlah berarti nggak usah ganti dulu aja. Hihihi.
Konsultasi dengan Dokter
Masuk ruang konsultasi, mulai deg-degan lagi. Ngeri ngebayangin hasilnya. Dan saat konsultasi dengan Dr. Christina Low, ternyata orangnya menyenangkan dan bisa berbahasa Indonesia. Dia menanyakan juga riwayat penyakit aku dan riwayat penyakit keluarga. Karena mama dulu mengidap penyakit kanker payudara, jadi dokternya nyaranin aku bila sudah umur 40 tahun rutin cek payudara.
[caption id="attachment_399901" align="aligncenter" width="368" caption="Konsultasi dengan Dr. Christina Low"]
Kemudian ngukur tensi, sambil dokternya juga membahas hasil tes darah yang sudah aku lakukan sebelumnya. Dokternya bilang, “Darah kamu rendah banget yaa, harus istirahat teratur biar nggak gampang sakit kepala dan hati-hati saat terlalu lama duduk atau jongkok.”
Lalu aku ditanya, sudah pernah papsmir belum? Yah seperti biasa, aku juga belum pernah papsmir. Tes papsmir ini juga salah satu yang aku takutin, selain ngeri sama hasilnya juga ngeri ngebayangin, ini tesnya bakalan diapain yaa. Waktu BPJS Kesehatan ngadain tes papsmir gratis aja, aku juga nggak tertarik untuk ikutan.
Sangkin ngerinya, sampai-sampai aku nanya ke dokternya, “sakit nggak sih dok?”. Dokternya ngejawab sambil senyum simpul, “sakit sih nggak, cuma rada nggak nyaman aja.” Dan ternyata memang nggak sakit sama sekali sodara-sodara, dan prosesnya cepet bingits, nggak nyampe 2 menit. Ngerti kayak gitu, kemarin-kemarin rajin ikutan tes papsmir.
Selesai dengan dokter cantik, saatnya ketemu dokter ganteng (#eaaa). Konsultasi selanjutnya dengan dokter kecantikan, namanya Dr. Jonathan Yong. Lumanyan konsultasi masalah kulit wajah, termasuk cara mengatasinya. Wajah aku mulai ada flek-flek hitam yang samar. Sebenarnya cara yang paling efektif untuk menghilangkan flek hitam ya di laser. Dan untuk flek hitam di wajah aku, butuh sekitar 3-5 kali laser.
[caption id="attachment_399902" align="aligncenter" width="368" caption="Konsultasi dengan Dr. Jonathan Yong"]
Kemudian dokternya nanya, “selalu pakai sunblock nggak?” Aku bilang, “selalu dok, yang SPF 30”. Menurut dokternya itu sudah cukup, cuma jangan hanya sekali pas pagi saja, pakai lagi saat siang dan sore, terutama bila ingin keluar ruangan. Wah baru tau, kalau ternyata kudu bawa sunblock kemana-mana.
Selain masalah flek, kayaknya aku nggak punya masalah lain di wajah, secara tahi lalat khatulistiwa juga sudah lenyap. Kalau masih ada tuh tahi lalat, pasti bakal diperiksa juga deh sama dokternya.
Setelah itu kami diberi kesempatan merasakan facial dengan teknologi hydrafacial. Asli ini aku norak banget, facialnya enak banget kayak dipijet-pijet. Secara aku biasanya kalo facial di tempat yang masih ditusuk-tusuk, dipencet-pencet sampe perih di sana sini. Itu juga terakhir facial udah lama, sekitar 2-3 tahun yang lalu.
[caption id="attachment_399903" align="aligncenter" width="277" caption="Saat sedang hydrafacial, bikin ngantuk-ngantuk gimana gitu"]
Kinerja alatnya seperti kinerja vakum, jadi kulit kayak kesedot-sedot gitu. Hydrafacial berfungsi untuk mengangkat sel-sel kulit mati, komedo, kotoran dan juga sekaligus menutrisi kulit tanpa menyebabkan iritasi. Dan memang sesudah difacial tuh kulit jadi lebih kenyal, halus dan seger aja. (Gara-gara kenyal, halus dan seger, jangan terus ngebayangin kayak bakso ikan yaa.. :p)
[caption id="attachment_399904" align="aligncenter" width="221" caption="Hasil sesudah difacial (edisi narsis)"]
Selesai sudah general check up kumplit di Singapore Medical Group, selanjutnya makan siaaaaaaaang. Dan jalan-jalan lagi. Nantikan kisah berikutnya, jadi jangan kemana-mana aku akan segera kembali.. #halah.
______
Untung bukan facial di salon @KoplakYoBand, bisa kayak apa tuh muka akyuu.. #eh..
Tulisan Sebelumnya:
[Wisata Sehat] Pelesiran ke Stadion Olahraga Singapura
[Wisata Sehat] Manjakan Mata di Gardens by The Bay
[Wisata Sehat] Merasakan Medical Check Up di Singapura
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H