Persiapan pulang kali ini harus lebih rapi karena aku tidak akan kembali lagi ke Jepang. Pulang kali ini bukan untuk berlibur, jadi apartemen harus kutinggalkan dalam keadaan bersih, jangan sampai ada barang yang terlupa atau tertinggal, karena aku tidak akan mungkin untuk datang lagi hanya untuk menjemput seperai atau apapun yang terlupa untuk dibawa.
Di titik inilah aku baru memikirkan pentingnya persiapan untuk pulang yang sesungguhnya, pulang ke tempat ruh berasal. Selama ini aku hanya berpikir bahwa ajal itu pasti, dan suatu saat aku pun akan dijemputnya. Tapi persiapan lahir-batin belum kulakukan dengan sungguh-sungguh. Bila persiapan untuk pulang ke negara asal saja sedemikian 'rapinya', mengapa persiapan untuk pulang ke akhirat nanti tidak (atau mungkin belum) kupersiapkan dengan rapi juga? Padahal justru itulah yang lebih penting.
Apa yang harus 'kubuang'? Dosa-dosa yang kulakukan harus disucikan. Hal-hal yang jelek, sikap dan tingkah laku yang tidak benar harus dibuang untuk tidak dilakukan lagi. Apa yang bisa 'kukirim' sedikit demi sedikit? Amal-amal harian yang relatif ringan untuk dilakukan tentu harus jadi kebiasaan. 'Benda' apa yang betul-betul penting untuk kubawa, sebagai 'oleh-oleh' untuk Sang Pencipta. Amal terbaik saja, yang disertai kesungguhan melakukannya.
Pengalaman tinggal di negeri orang membawaku pada pemikiran yang mendalam mengenai arti pulang yang sebenarnya. Semoga aku bisa mempersiapkan diri dengan baik untuk kepulanganku ke akhirat kelak. Amiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H