Mohon tunggu...
Diah Utami
Diah Utami Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat

Warga dunia biasa yang masih suka hilang timbul semangat menulis dan berceritanya. Berharap bisa menebar sepercik hikmah di ruang maya kompasiana. Semoga berkah terlimpah untuk kita, baik yang menulis maupun membaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Muslim di Negeri Orang

27 Januari 2018   16:35 Diperbarui: 27 Januari 2018   17:18 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presentasi tandem di sebuah Sekolah Dasar (Dokumentasi Pribadi)

Untuk memperkenalkan Indonesia, beberapa kali aku sempat menjadi pembicara (ehm!) di beberapa sekolah dan tempat lain. Biasanya sih sendiri, namun sempat juga mendapat 2 kali kesempatan 'berduet' dengan orang Malaysia karena kemiripan wilayah dan budaya kita. 

Tapi malah jadi minder ah, soalnya kawan duetku itu sudah sekitar 4 bahkan 7 tahun lebih tinggal di Jepang! Tentu saja kemampuan presentasi mereka telah teruji. 

Tapi apapun, tetap kusyukuri datangnya kesempatan berbicara di depan umum seperti itu. Dengan demikian, terbuka kesempatan untuk memberi penjelasan bahwa Islam tidak identik dengan teroris, selain berkesempatan pula untuk mengungkapkan sisi lain dari Islam. 

Mudah-mudahan terkuaklah tabir ketidakmengertian mereka, semoga Allah SWT memberi hidayah kepada orang-orang yang mau menerima petunjuk. Amiin.

Presentasi tandem di sebuah Sekolah Dasar (Dokumentasi Pribadi)
Presentasi tandem di sebuah Sekolah Dasar (Dokumentasi Pribadi)
Di luar forum resmi seperti itu, tentu saja banyak pertanyaan berkaitan dengan kemuslimanku. Pertanyaan mereka tidak hanya berkaitan dengan shalat, dan shaum, tapi juga konsep poligami serta lagi-lagi...  kerudung yang kukenakan. Kadang lucu juga ketika mendengar komentar mereka, 

"Ah... hari Jumat begini harus berkerudung hitam ya?" atau "Oh... kalau Senin harus berkerudung putih ya?" Padahal itu hanya terkait dengan persediaan kerudung yang kubawa. Untuk efisiensi, aku memang membawa kerudung rata-rata berwarna netral agar bisa dipadu-padan dengan beragam warna busana. Bukan karena hari tertentu lah...

Satu pertanyaan yang jadi sulit kujawab adalah ketika orang mempertanyakan mengapa tidak semua orang Indonesia berkerudung? Dari 3 perempuan Indonesia yang tinggal di Maebashi, memang cuma aku yang berkerudung. 

Masalah kerudung ini, kusadari memang dipahami dan disikapi secara berbeda oleh umat muslim sendiri. Kadang, aku tak berani menjawab langsung pertanyaan tentang hal ini jika teman yang dimaksud juga ikut hadir. Jadi, silakan jawab deh teman-teman!

Kebiasaan makan dan shaum Ramadhan pun kerap menjadi pertanyaan karena mereka melihat adanya perbedaan pelaksanaan puasa dari sesama muslim. Misalnya seorang muslimah Turki, tanpa ragu dan malu-malu, berebut sisa sake yang dihidangkan di suatu pesta, dan dengan bangga menunjukkan 'hasil perjuangannya'.

 Dia pula yang tanpa ragu makan siang di ruang rekreasi bersama di kampus pada bulan Ramadhan pada saat muslim yang lain sedang shaum. Pelaksanaan shaum ini juga bisa membuat sebagian orang tercengang-cengang. Ketika kami sampaikan bahwa umat muslim harus berpuasa sebulan penuh, mereka terkejut-kejut. 

Mereka pikir, kita tidak boleh makan dan minum sama sekali selama sebulan itu, tapi masih boleh minum. Ketika mereka tahu bahwa kita hanya berpantang makan dan minum sejak pagi hingga sore hari, mereka masih tidak mengerti, apa maksud kegiatan itu? Wah... perlu penjelasan panjang memang, untuk mengerti konsep keTuhanan dan pengabdian serta ibadah kepada-Nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun