Mohon tunggu...
Diah Utami
Diah Utami Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat

Warga dunia biasa yang masih suka hilang timbul semangat menulis dan berceritanya. Berharap bisa menebar sepercik hikmah di ruang maya kompasiana. Semoga berkah terlimpah untuk kita, baik yang menulis maupun membaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pagi di Supermarket

8 Desember 2017   22:10 Diperbarui: 9 Desember 2017   05:52 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Satu lagi servis menyenangkan yang kami terima adalah keramahan kasir. Mereka menghitung satu persatu barang belanjaan kita dengan pengucapan yang jelas, walaupun buatku itu terasa sangat cepat, karena aku harus mencerna angka-angka harga setiap barang dalam bahasa Jepang. Otakku bekerja 2 langkah karena mendengarkan ucapan mereka, kemudian menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. 

Ah... tapi ini adalah latihan otak yang bagus. Nah, setelah selesai menjumlahkan semua barang belanjaan kita, kasir akan menerima uang yang kita beri, memberikan kembalian bila perlu, atau menunggu dengan sabar saat kita mencari-cari pecahan yang tepat dari dompet kita. Setelah prosesi ini selesai, mereka akan membungkukkan badan dengan takzim sambil mengucapkan."Arigatou gozaimasu. Mata o koshi kudasaimase..." yang artinya kurang-lebih 'Terima kasih banyak. Kami nantikan kedatangan Anda kembali ke sini.' Ah... betapa menyenangkannya diperlakukan seperti itu. Membuat kita ingin kembali lagi dan lagi dan lagi.

Kapan ya pramuniaga di supermarket Indonesia akan memberikan keramahan serupa? Hm... sebetulnya saat ini ada beberapa pramuniaga di supermarket atau minimarket tertentu yang kurasakan memberi keramahan yang (berusaha) sesuai dengan slogan bahwa warga Indonesia ramah-tamah. Ucapan "Selamat datang di..." mulai sering kudengar saat aku masuk ke dalam area minimarket, walaupun masih terasa 'datar' karena diucapkan (mungkin) separuh hati. 

Beberapa wajah lelah yang tidak berusaha menghadirkan senyum, aku tahu (salah satunya) karena beban hidup mereka sendiri pun sudah cukup berat, sehingga harga sebuah senyum menjadi demikian mahal. Sedangkan beberapa rupiah uang kembalian yang menjadi hak kita saat kita membayar dengan uang cashterasa tidak berharga, dan tanpa tedeng aling-aling akan dibulatkan ke atas, tidak kita dapatkan dan juga tidak dimintakan permaklumannya. Ah... Inilah wajah negeri kita. Irasshaimase...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun