Mohon tunggu...
Diah Utami
Diah Utami Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat

Warga dunia biasa yang masih suka hilang timbul semangat menulis dan berceritanya. Berharap bisa menebar sepercik hikmah di ruang maya kompasiana. Semoga berkah terlimpah untuk kita, baik yang menulis maupun membaca.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mudik Kilat

28 Juli 2014   21:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:59 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Idul Fitri tahun ini. Begitu banyak tradisi yang ditinggalkan menyisakan sepi.  Beberapa tahun yang lalu, aku masih bantu-bantu ibu bersih-bersih rumah dan sedikit sibuk di dapur, menyambut kedatangan kakak dari luar kota. Ketika ibu meninggal dunia di tahun 2009 lalu, tradisi masak penganan pun pindah ke rumah kakak. Sebagai adik terkecil, selayaknyalah aku yang berkunjung ke rumah kakak yang lebih tua.

Tahun ini pun, aku ikut dengan arus para pemudik, sowan ke rumah kakak di Depok. Hari H-2 yang kurencanakan sebagai tanggal keberangkatan, diprediksi media sebagai puncak arus mudik di tahun ini. Malesin nggak sih...? Aku menyempatkan masak kue dulu, bersibuk-ria di dapur sebelum berangkat. Sedangkan packing pun belum lagi kulakukan. Alhasil, dari kombinasi berbagai faktor, kuputuskan untuk mengundurkan saat keberangkatan menjadi H-1.

Siang hari di H-1, setelah urusan beres-beres rumah kecilku selesai, memastikan semua pintu dan jendela terkunci, lampu luar menyala,  aku pun pergi. Titip pesan pada pak security yang menjaga di gerbang komplek, aku pun berangkat menuju terminal Leuwi Panjang.

Jalanan lancar. Pasar di tepi jalan yang kulalui masih cukup ramai. Ketupat beragam ukuran dipajang di lapak-lapak yang dengan segera berpindah tangan kepada para pembeli yang akan menyiapkan hidangan istimewa di hari istimewa esoknya. Angkot yang membawaku pun tak berlama-lama ngetem di sana-sini. Walaupun penumpang tidak banyak, perjalanan itu cukup cepat dijalani. Tak berapa lama kemudian aku pun sampai di terminal Leuwi Panjang.

Bus MGI Bandung-Depok jadi incaranku. Masih sangat lengang di dalam bus. Aku mengambil tempat di belakang sopir. Tak banyak juga yang naik di terminal, tapi bus berangkat sesuai jadwal. Bismillaah. Menaikkan 1-2 penumpang di perjalanan, bus melaju membelah lalu lintas Bandung.

Sempat naik seorang pedagang asongan yang menawarkan oleh-oleh khas Bandung. Tak biasanya awak bus MGI membiarkan pedagang asongan naik ke dalam bus. Setahuku, awak bus MGI termasuk ketat memberlakukan peraturan ini. Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan penumpang juga, tentunya. Tapi kali ini, pengecualian sebelum lebaran saja, nampaknya. Baiklah. Akupun tergerak untuk merogoh dompet untuk membeli penganan kecil itu. Dia toh bukan peminta-minta, tapi masih mau berusaha untuk menambah penghasilan demi keluarganya. Semoga rezekinya berkah, untuk menambah kebahagiaan hari raya esoknya.

Sebelum gerbang tol Pasir Koja, pedagang itu sudah turun, sedangkan beberapa penumpang lain masuk. Bus mungkin hanya terisi separuhnya, tapi sopir bus tidak menunggu berlama-lama. Kami pun berangkat.

Sopir bus mengemudikan busnya dengan terampil. Kelihatannya dia mengejar cepat sampai ke tempat tujuan. Berkali-kali dia membunyikan klakson kepada pengemudi lain yang dianggapnya menghalangi jalan, atau sekedar memberi peringatan agar pengemudi lain meningkatkan kewaspadaan hingga tidak nekat memotong jalur lintasannya. Terus terang, aku agak ngeri dengan situasi begitu, maka aku pun memaksakan diri untuk tidur di dalam bus.

Rasanya tak lama aku tertidur. Ketika terbangun, ada penumpang lain di sebelahku, dan kernet bus sudah memberi aba-aba untuk penumpang yang siap turun. "Kelapa Dua... Kelapa Dua...!" ujarnya. Aku terkejut dan segera bersiap. Tujuan akhirku tak seberapa jauh lagi dari situ. Kulirik jam tangan. Hanya selisih 2 jam sejak keberangkatan dari Leuwi Panjang. Bus ini betul-betul ngebut!!!

Mencoba mengenali situasi kota Depok, aku melewatkan tempat pemberhentianku. Seharusnya aku turun di Margo City. Tapi karena bus berjalan di tengah jalan bukan melipir di tepinya, aku agak kesulitan untuk turun. Ah baiklah... toh aku tetap bisa turun di terminal Depok saja dan menyambung angkot yang akan membawaku ke rumah kakak.

Turun dari bus di dalam terminal Depok, aku mencari angkot coklat nomor 04. Yang di dalam terminal, arahnya ke Pasar Minggu, berlawanan dengan arah tujuanku. Aku harus menyeberang jalan sebelum naik angkot 04 itu. Aku pun menyusuri jalan Margonda Raya, mencari tempat penyeberangan. Sepanjang jalan itu, median jalan diberi pagar setinggi pinggang, untuk mencegah pejalan kaki menyeberang di situ. Huwwaaa... lumayan juga aku jalan sampai bertemu U-turn tempat aku bisa menyeberang. Menghentikan angkot coklat nomor 04, naik hingga sampai ke rumah kakak, makan waktu setengah jam. Ternyata, perjalanan di dalam kota makan waktu lama juga ya. Dibandingkan jarak Bandung-Depok yang bisa ditempuh dalam 2 jam saja. Sungguh, ini adalah mudik tercepat yang pernah kualami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun