Intensitas curah hujan di Jakarta akhir-akhir ini bisa dibilang sangat tinggi. Bagaimana tidak? Hujan turun mengguyur kota ini mulai dari pagi hingga malam hari disertai dengan angin yang cukup kencang.Â
Peningkatan curah hujan yang tinggi ini juga dapat menjadi indikasi dari perubahan iklim global yang sedang terjadi, sehingga membutuhkan tindakan serius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperbaiki adaptasi masyarakat terhadap dampak perubahan iklim, khususnya warga DKI Jakarta.
Curah hujan yang tinggi belakangan ini sudah menyebabkan banyak daerah mengalami banjir di Jakarta dan beberapa jalur kendaraan dipenuhi oleh genangan air sehingga menimbulkan kemacetan di titik-titik tertentu. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengelolaan dan mitigasi risiko bencana terkait dengan curah hujan yang tinggi.
Dalam hal ini Pemprov DKI Jakarta telah membuat berbagai program dalam pengendalian banjir. Salah satunya adalah pembangunan Ruang Limpah Sungai (RLS) yang bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC).
Ruang Limpah Sungai (RLS), serupa dengan istilah waduk atau floodplain, merupakan salah satu project pertama di Indonesia yang menggunakan konsep Nature Base Solution dalam menangani limpahan air sungai, agar dapat mengurangi beban aliran sungai di kawasan hilir atau saat dialirkan ke laut.
Konsep Ruang Limpah Sungai ini mengadopsi naturalisasi pengendalian air di Singapura yang dilakukan di Sungai Kallang menuju Waduk Peirce, serta Sungai Meuse dan Sungai Waal di Belanda yang menjadikan RLS sebagai wadah penampungan air.Â
Ruang Limpah Sungai difungsikan untuk menampung air berlebih pada saat terjadi banjir sehingga tidak terjadi genangan air di wilayah sekitarnya. Jika tidak ada Ruang Limpah Sungai, maka air akan membanjiri wilayah sekitarnya dapat menimbulkan kerusakan yang lebih besar.Â
Saat ini sudah dibangun tiga Ruang Limpah Sungai di DKI Jakarta, diantaranya adalah RLS Lebak Bulus dengan Volume Tampungan RLS: 44.000 m3 untuk mereduksi debit banjir Kali Grogol, RLS Brigif dengan Volume Tampungan RLS: 256.000 m3 untuk mereduksi debit banjir Kali Krukut dan RLS Pondok Ranggon dengan Volume Tampungan RLS: 890.000 m3 untuk mereduksi debit banjir Kali Sunter.
Uniknya, Ruang Limpah Sungai ini tidak hanya berfungsi sebagai pengendalian banjir, tetapi juga sebagai Ruang Terbuka Biru dan tempat berinteraksi antarwarga. Misalnya untuk sekedar jalan pagi/sore, memancing dan aktivitas lainnya.Â
Namun, perlu diingat bahwa Ruang Limpah Sungai juga harus dijaga kebersihannya agar tidak menimbulkan masalah lingkungan lainnya, seperti pencemaran air atau penyebaran penyakit.Â
Maka dari itu, yuk kita sama-sama menjadi warga yang bijak dalam penggunaan ruang publik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H