sudah lama ternyata..
pena ini tak terisi tinta.
kering kerontang disaput lenguhan jerit lembar demi lembar kertas tergores luka.
Â
aku mau tintamu... sebagai pelumas dan pemuas hasratku..
begitu jerit kertas menyayat.
Â
namun batang pena itu tetap begitu saja begitu saja menari tanpa pernah peduli.
kejam dan sadis mungkin.
Â
namun begitulah kiranya.
gelisah dan gundah yang melanda tubuhnya...
tak mampu hentikan tarian itu.
tak mampu redakan gejolah rasa yang mengganjal di ulu hatinya.
Â
muak sudah...
pengap sudah...
bosan sudah...
atau apalah artinya...
Â
kegelisahan yang tertanam dalam-dalam itu tak mudah untuk ter cerabut.
meski sudah berbait-bait kata.
meski sudah berlembar-lembar ternyata...
meski sudah kering kerontang dahaga pena.
Â
kudus, 9/7/2015, 06:36 wib
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H