Putih kulitmu memudar,
seiring detak jantung jam.
Namun tak memudarkan sentuhan,
yang tersimpan di dalamnya.
Setiap guratan dan goresan,
mengukir sejuta memori kenangan dan
perasaan yang pernah singgah.
Kehadiran yang tak dapat menghapus
tawa, mata kecil, dan ronah merah,
yang terpajang di setiap sisinya.
Setiap retakan dan bercak yang hadir,
juga hidup untuk menjadi saksi..
Saksi bisu atas pergolakan dan kepiluan nasib,
korban kedustaan duniawi.
Kehadiran yang akan selalu tercipta,
untuk menjadi ukiran dalam prasasti...
Prasasti sejarah kehidupan seorang tanpa tanda jasa.
Baturaja, 28 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H