Mohon tunggu...
Cynthia Kirana Dewi
Cynthia Kirana Dewi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga tapi sekarang sudah jadi Sarjana Ilmu Komunikasi :) | Always Playing Some Melody and Make A lot of Simphony :) | songwriter | keeprocknroll m/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

High Heels itu Patah di masjid

29 Oktober 2012   12:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:15 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1351512279993671761

Kejadian ini terjadi kurang lebih 2 tahun yang lalu. Saat itu bertepatan dengan Hari Idul Adha. Mamahku mengajakku untuk berjama’ah di Alun-alun Utara Yogyakarta, akan tetapi aku malas karena harus naik motor sekitar 15 menit perjalanan. Kemudian kami putuskan untuk berjama’ah di masjid terdekat dengan rumah saja. Pukul 06.00 kami sudah sampai masjid itu, dan ternyata sholat dimulai pukul 06.30, kami pun menunggu sekitar 30 menit. Sembari menunggu jama’ah yang lain datang saya memperhatikan jama’ah yang lain. Mereka nampak bersih dan gembira. Mereka menggunakan kostum kebanggaan mereka, tetapi ada juga yang biasa saja. Aku pun juga hanya memakai pakaian yang aku pakai saat Idul Fitri kemarin. Kemudian mataku tertuju pada seorang ibu yang baru datang. Ibu itu mengenakan kaftan warna gold dengan ribuan payet dibagian dada dengan jilbab warna senada dan kemudian dia juga menggunakan high heels. Ibu itu nampak mencolok di antara jama’ah lainnya dan sembari menunggu sholat dimulai dia mulai mengobrol dengan jama’ah yang lainnya. Hal itu menurutku menimbulkan keberisikan dan mengganggu jama’ah yang lain yang ingin bertakbir. Beberapa menit kemudian, ada suara “Pletakk..” beberapa jama’ah mencari asal suara itu, aku yang duduk di shof depan melihat secara langsung kejadian itu. Suara itu adalah suara patahan heels milik ibu yang tadi. Iya benar, heels ibu tadi patah karena terinjak jama’ah laki-laki. Laki-laki itu tergesa-gesa karena sholat Idul Adha sudah akan dimulai. Barisan shof depan saling terdiam, melihat kejadian itu. Ibu sang pemilik higheels ini juga ikut terdiam, entah karena dia kecewa atau entah ingin marah aku tidak tahu. Aku pun segera melupakannya. Kemudian sholat pun di mulai.

High Heels (foto : fdfforever.blogspot.com)

Aku kaget dengan peristiwa ini, setelah 2 tahun yang lalu, aku ingat kejadian ini. Sangat-sangat memberiku gambaran yang jelas bahwasanya Allah akan langsung menegur kita, langsung dihadapan orang lain. Jika kita benar-benar salah, kita pasti akan di tegur-Nya.

Kita bisa mengambil hikmah tentang kejadian ini. Akan tetapi, bukan berarti saya menjelekkan perilaku ibu itu. Hanya saja saya hanya ingin berbagi kejadian yang bisa menjadi tolok ukur kita dalam menjalani kehidupan.

Pertama, ibu itu memakai pakaian yang sangat mencolok dan terlihat glamour. Oke, saat kita beribadah dan menghadap Allah pakailah, pakaian terbaik kalian. Tapi ibu ini berlebihan, ingat Allah tidak menyukai hal yang berlebihan.

Kedua, ibu ini langsung membuat kebisingan dalam jama’ah, padahal waktu itu takbir sedang dikumandangkan. Dia mengobrol dengan jama’ah lain. Entah aku tidak tahu mereka sedang membicarakan apa, yang jelas itu menganggu jama’ah lain. Harusnya kita sembari menunggu ikut bertakbir dan itu berpahala.

Ketiga, ibu itu menggunakan higheels untuk ke masjid, menurutku itu berlebihan. Kenapa ? Karena menurutku ketika kita masuk masjid segala macam alas kaki itu harus dilepas. Jadi kenpa harus memakai heels. Sendal atau wedges 3 cm saja cukup tidak perlu higheels setinggi itu dipakai. Hal itu jelas, niat ibu itu seperti ingin pamer.

Ketiga hal ini, saya rasa cukup jelas mengapa Allah menegur ibu itu, dengan cara mematahkan heels ibu itu di depan puluhan para jama’ah. Allah ingin menunjukkan Kebesaran-Nya, Kekuatan-Nya, bahwa Allah itu benar-benar ada dan jangan sampai meragukan-Nya. Aku tersadar dengan kejadian ini. Kita adalah manusia, kita semua sama, kita semua terbuat dari tanah. Jadi jangan bersikap sombong terhadap sesama manusia. Karena pada hakikatnya kita semua sama di mata Allah, hanya saja amalan kita yang membedakan kita.

Semoga dengan peristiwa ini, kita dapat merefleksikan kehidupan kita agar menjadi lebih baik lagi. Saya juga bukan makhluk yang sempurna, saya juga pernah dan mungkin banyak melakukan kesalahan. Peristiwa ini juga sebagai pelajaran buat saya dalam menghadapi kehidupan ini. Seperti kata pepatah jawa “Urip ki ming mampir ngombe” yang artinya “hidup ini hanya seperti mampir minum” atau kalau diartikan pada arti sebenarnya adalah hidup ini hanya sebentar. Jadi kita tidak perlu berbuat yang sia-sia. Berbuatlah banyak kebaikan. Salam :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun