"Di tengah dominasi dua kekuasaan besar, bagaimana partai kecil berhasil meraih dukungan?"
Sejak tahun 1901, politik Australia umumnya didominasi oleh dua kekuatan utama, yaitu Partai Buruh Australia (Australian Labor Party atau ALP) dan the Coalition (gabungan dari Partai Liberal dan Partai Nasional) (Powell, 2023). ALP memiliki akar yang kuat dalam gerakan buruh dan secara tradisional mewakili kepentingan pekerja, serikat pekerja, dan kebijakan yang cenderung berpihak pada kiri. ALP telah menjadi kekuatan utama dalam politik Australia, sering kali membentuk pemerintahan baik di tingkat federal maupun negara bagian. Meskipun ALP memiliki sayap kiri yang mendukung berbagai bentuk sosialisme, partai ini secara umum lebih condong pada reformasi praktis daripada teori-teori sosialisme (Powell, 2023).
Partai Liberal Australia (LNP), yang dibentuk pada tahun 1944, merupakan salah satu partai utama yang menentang ALP. Partai Liberal dikenal karena mempromosikan liberalisme ekonomi, kebebasan individu, dan dukungan untuk sektor swasta (Groenewald, 2024). Selama sejarahnya, Partai Liberal telah menjadi kekuatan dominan dalam politik Australia, sering kali membentuk pemerintahan. Selain itu, Partai Nasional, mendapatkan dukungan dari kelompok di daerah regional dan pedesaan, seperti petani dan peternak (Groenewald, 2024). Partai Liberal dan Partai Nasional sering berkoalisi untuk membentuk pemerintahan federal dan telah memegang kekuasaan di sebagian besar periode sejak tahun 1949 (Powell, 2023). Dominasi ini mencerminkan kemampuan Partai Liberal untuk menarik dukungan dari segmen-segmen masyarakat yang berbeda, sekaligus berperan penting dalam penentuan arah kebijakan nasional.
Namun, terlepas dari dominasi partai-partai besar tersebut, terdapat juga partai kecil yang mendapatkan perhatian signifikan, yaitu Partai Hijau Australia (The Greens). Meskipun Partai Hijau tidak sebesar ALP atau Koalisi, mereka berhasil menjadi partai niche yang cukup berpengaruh serta mendapatkan dukungan lebih dibandingkan dengan partai-partai kecil lainnya. Partai niche sendiri merupakan jenis partai politik yang fokus pada isu-isu tertentu yang tidak berhubungan langsung dengan ekonomi, dan mereka berusaha untuk menonjolkan kebijakan dalam area yang mungkin diabaikan atau kurang diperhatikan oleh partai-partai lain (Meyer, 2015). Oleh karena itu, keberhasilan dari Partai Hijau salah satunya tidak lepas dari fokus partai pada isu-isu lingkungan, terutama perubahan iklim, yang menjadi perhatian penting bagi sebagian pemilih Australia.Â
Partai-partai politik tradisional di Australia, awalnya dianggap tidak memadai dalam menangani isu-isu lingkungan yang semakin berkembang (Miragliotta, 2010). Kesenjangan dalam representasi ini yang mendorong munculnya partai-partai hijau di tingkat lokal (yang sekarang pada akhirnya bersatu menjadi entitas nasional). Hal ini dikarenakan para aktivis berupaya memperjuangkan kebijakan lingkungan yang tidak diprioritaskan oleh partai-partai yang sudah ada (Miragliotta, 2010).
Berdasarkan kedua data tersebut, terlihat bahwa dalam Pemilu Federal tahun 2019 dan 2022, Partai Hijau berhasil menempatkan diri sebagai partai terbesar ketiga di Australia, menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar partai kecil biasa. Pada pemilu 2022, Partai Hijau bahkan mengalami peningkatan suara sebesar 1.8% dengan perolehan suara sebesar 12.2% dibandingkan dengan hasil pemilu sebelumnya di tahun 2019, sebesar 10.4% suara (dengan kenaikan 0.2% dari tahun 2016). Sejak tahun 2013 pun, mereka selalu mengalami kenaikan persentase suara (Giuliano, 2022). Kenaikan ini menunjukkan bahwa meskipun sistem politik Australia didominasi oleh dua kekuatan besar (ALP & Koalisi), Partai Hijau tetap mampu menonjol, terutama dengan konsistensi mereka dalam memperjuangkan isu-isu lingkungan.
Sehubungan dengan itu, berdasarkan artikel dari Australian Journal of Political Science, berjudul Climate Change, the Australian Greens, and Dynamics of Party Competition Across Five Nation Elections in Australia oleh Barber & Klassen (2021), keberhasilan Partai Hijau sendiri terkait erat dengan respons partai-partai besar tersebut terhadap isu-isu yang menjadi fokus Partai Hijau. Studi ini memanfaatkan modifikasi dari Meguid (2008), yang meneliti bagaimana partai-partai besar merespons partai-partai niche, seperti Partai Hijau, yang fokus pada isu-isu spesifik. Menurut Meguid, partai besar memiliki tiga pilihan strategi saat berhadapan dengan isu dan partai niche: mengakomodasi (mendukung isu niche), mengabaikan (tidak menekankan pentingnya isu), atau menentang (menolak posisi partai niche). Dalam hal ini, strategi yang diambil oleh ALP dan Koalisi, seperti mengakomodasi, mengabaikan, atau menentang isu perubahan iklim tersebut, seringkali berdampak langsung pada dukungan pemilih terhadap Partai Hijau.Â
Hasil studi dalam artikel tersebut menunjukkan bahwa partai besar tersebut sering kali mengubah posisi mereka terkait isu-isu perubahan iklim sebagai respons terhadap ancaman elektoral dari Partai Hijau, yang pada gilirannya memengaruhi niat memilih pemilih. Pada periode pemilu antara 2004 hingga 2016, ALP dan LNP beberapa kali berubah sikap terkait kebijakan perubahan iklim. ALP terkadang mengadopsi kebijakan yang mendukung pengurangan emisi karbon, tetapi terkadang juga memilih untuk menundanya. Ketidakpastian ini menimbulkan kebingungan di kalangan pemilih, yang kemudian mengalihkan dukungan mereka ke Partai Hijau. Sementara itu, LNP lebih sering menentang kebijakan lingkungan, terutama terkait penetapan harga karbon, yang menguntungkan Partai Hijau karena pemilih yang mendukung aksi lingkungan lebih tertarik pada partai yang konsisten memperjuangkan isu ini.
Hal ini bisa dijelaskan dengan teori issues-based voting (Dalton & Wattenberg, 2000), dimana pemilih memilih partai berdasarkan isu-isu tertentu yang dianggap penting bagi mereka. Dalam hal ini, Partai Hijau telah dianggap sebagai 'pemilik isu' perubahan iklim. Oleh karena itu, ketika partai-partai besar mengabaikan atau menentang kebijakan lingkungan, Partai Hijau justru mendapatkan lonjakan dukungan dari pemilih yang merasa bahwa isu ini tidak diperhatikan dengan serius oleh partai-partai besar (Barber & Klassen, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun Partai Hijau mungkin bukan partai terbesar dalam politik Australia, namun mereka berhasil memposisikan diri sebagai suara yang terpercaya dalam isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat Australia, serta tetap memiliki ruang untuk tumbuh dan memengaruhi kebijakan nasional, terutama dalam konteks isu-isu spesifik yang tidak menjadi prioritas partai-partai besar.Â