Mohon tunggu...
Cynthia
Cynthia Mohon Tunggu... -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sepenggal Inspirasi dari Pahlawan Kebersihan

29 Desember 2014   04:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:16 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14197758012036456484

Memiliki kedudukan tinggi dan harta yang melimpah adalah keinginan setiap orang, namun tidak dengan Marsiah. Wanita paruh baya berumur 62 tahun ini, rela mendapatkan gaji seadanya demi melakukan hal yang ia cintai, menjaga kebersihan lingkungan.

Marsiah memiliki 3 orang anak gadis dan 1 anak angkat laki-laki. Suaminya sendiri telah meninggal dunia saat anak-anaknya masih duduk di bangku SMP. Sekarang, ia harus menjalani hidupnya seorang diri di kontrakan seharga 300 ribu rupiah per bulan yang terletak di Cilebut, Bogor karena seluruh anaknya telah menikah.

Bermodalkan sapu dan seragam petugas keberihan, setiap hari wanita ini akan berangkat menggunakan kereta dari Bogor menuju Jakarta pukul 04.30 WIB setelah sholat. Awalnya ia menjadi penyapu sekitar Monas saat zaman orde baru, lalu ia dipindahkan menjadi pembersih daerah Sudirman hingga Bendungan Hilir di bawah naungan pemerintah daerah. Waktu kerjanya sama seperti pegawai kantor selama 8 jam, hanya saja lebih pagi, yaitu pukul 06.00-15.00 WIB atau 07.00-16.00 WIB dan libur saat hari Minggu. Hal ini telah ia lakukan selama 21 tahun.

Setelah suaminya meninggal, wanita kelahiran Malang ini membiayai tiga orang anaknya yang masih SMP seorang diri melalui profesi petugas kebersihan. Sekarang, ia bekerja untuk dirinya di masa tua dan membantu biaya cucunya bersekolah.

"Saya gak mau ikut anak-anak saya. Gak enak minta sama anak. Lebih baik saya kerja buat diri sendiri atau bantuin biaya cucu saya," ujarnya sambil tertawa kecil. Perempuan ini sama sekali tidak ingin bergantung kepada orang lain, bahkan anaknya sendiri. Ia hanya bisa bertemu dengan buah hatinya saat lebaran tiba, itu pun Marsiah yang mendatangi mereka.

Perempuan yang memiliki tujuh saudara ini juga tidak dapat menyelesaikan pendidikannya. Ijazah SMP-nya harus lenyap di tengah kobaran api. Lalu, ia juga harus memutus sekolahnya demi adik-adiknya yang masih kecil. "Ya beginilah namanya kakak tertua, harus mengalah sama adik-adik saya," tuturnya sambil tersenyum. Tidak  ada penyesalan tersirat dari wajahnya.

Teriknya panas dan hujan yang dingin dapat ia tanggung. Walaupun terkadang, Marsiah memang kesal dengan orang-orang yang membuang sampah sembarangan. Bahkan sempat ia memungut sebuah botol berisi air seni yang dibuang dari mobil. Namun, semua itu dapat terbayar saat ia bisa melihat kebersihan dan pohon-pohon yang asri.

Beruntungnya, belum pernah ada yang meremehkan pekerjaan Marsiah. "Saya kadang dikasih barang sama yang nyetir mobil, biasanya air. Saya merasa dihargain sama orang-orang. Toh pekerjaan saya kan baik, bersihin lingkungan," ucapnya.

Gaji yang didapatkan memang cukup untuk hidup sendiri, namun untuk membantu cucunya belum tentu memadai. Ia mendapatkan gaji UMR per bulan dan akan dipotong sebesar 100 ribu rupiah apabila tidak masuk. Mandor tempat kerjanya juga sangat disiplin, tetapi baik hati. Kadang sang mandor memberikan uang ke Marsiah untuk membeli makanan.

Penghasilan yang seadanya tidak membuat Marsiah ingin berpindah ke profesi lain dan tetap menjaga kebersihan lingkungan. "Saya gak kepikiran pekerjaan lain, sudah suka sama pekerjaan ini. Soalnya saya suka sekali sama kebersihan, saya suka lihat penghijauan. Gak apa-apa jadi penyapu jalanan, yang penting saya jujur dan bertanggung jawab. Apalagi saya sudah bisa menyekolahkan anak saya dari pekerjaan ini," katanya sambil tertawa.

Oleh : Cynthia (Mahasiswa)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun