Jika ada yang perlu ditambahkan, gagasan menarik untuk mengembangkan pertanian di era milenial adalah dengan rural tourism. Menggabungkan pertanian dengan pariwisata selain menarik juga sangat potensial untuk dikembangkan. Kepala BPS, Suhariyanto menuturkan, pada kuartal III 2017 terjadi pergeseran pola konsumsi dimana masyarakat Indonesia lebih memilih beriwisata (leisure) ketimbang menggunakan uangnya untuk berbelanja "Masyarakat mulai bergeser dari konsumsi non-leisure ke leisure, jadi ada indikasi yang kuat konsumsi leisure pada kuartal ini lebih kuat," ujar Suhariyanto usai konferensi pers terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2017 di Kantor BPS, Jakarta, Senin (6/11/2017).
Di negara lain yang pertaniannya sudah maju, Jepang misalnya, gagasan ini telah lama dikembangkan. Sejak tahun 1995, Pemerintah Jepang mengesahkan undang-undang untuk mendukung penggunaan daerah perdesaan sebagai kawasan pariwisata. Pemerintah Jepang gencar mempromosikan pembentukan penginapan pertanian (farm inns).
Penginapan pertanian adalah rumah pertanian pribadi, atau penginapan yang dibangun di atas lahan pertanian, yang menyediakan ruang bagi pengunjung dan memberi mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pertanian, seperti menanam, memanen, dan penangkapan ikan. Model pariwisata seperti ini memiliki segmen pasar masyarakat perkotaan, bahkan bisa menarik minat wisatawan asing. Indonesia terkenal dengan keindahan alamnya di mata dunia. Tidak berlebihan jika mengharapkan rural tourism ini akan menarik minat mereka.Â
Konsep rural tourism di Jepang menjadikan daerah perdesaan bukan hanya sekedar tempat di mana masyarakat pedesaan tinggal dan bercocok tanam, tetapi juga sebagai "properti publik nasional" di mana orang dapat bersantai dan menumbuhkan suasana yang tenang dan harmonis. Konsep ini juga mirip dengan agrowisata di Eropa Barat. Seandainya Indonesia juga mengadopsi konsep ini, daerah perdesaan yang notabene lahannya kian hari kian menyusut berganti bangunan-bangunan besar, dapat ditekan untuk pembangunan Kawasan Desa Pariwisata. All in one solution untuk memajukan sektor pertanian di tengah maraknya alih fungsi lahan untuk industri.
Di Indonesia, pengembangan pariwisata berbasis pertanian telah dilakukan dengan membentuk Komisi Wisata Agro di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Sejak tahun 2012, telah dicanangkan 19 titik masterplan Kawasan Pertanian maupun Agrowisata. Namun sepertinya, masterplan belum ditindaklanjuti secara maksimal. Gaungnya belum terlalu terdengar. Hanya beberapa agrowisata yang mampu berkembang. Sebagian besar lainnya terseok-seok untuk bertahan.Â
Banyak agrowisata sulit berkembang karena kurang terawat dan minim inovasi. Wisatawan datang hanya untuk sekedar menghilangkan rasa ingin tau. Tidak ada kesan yang kuat yang membuat wisatawan ingin datang kembali. Misalnya wisata petik buah, atau tour melihat pengolahan kopi. Dalam pemasarannya, wisata potensial ini belum dikemas menarik, sehingga timbul keengganan wisatawan untuk mengulang pengalaman yang sama.Â
Dalam memecahkan masalah packaging agrowisata, konsep rural tourism yang menawarkan penginapan pertanian dengan suasana perdesaan patut dipertimbangkan. Sejalan dengan target Menteri Pertanian, pemuda lulusan Polbangtan dapat diarahkan untuk membuka lapangan pekerjaan baru di bidang ini. Kendala biaya dapat diatasi dengan menarik investor dari dalam maupun luar negeri. Asalkan sudah direncanakan dengan baik, rasanya akan banyak investor yang tertarik.Â
Bayangkan betapa indahnya memilik destinasi wisata yang mudah diakses, murah, sekaligus memberi pengalaman nostalgia pada masa lalu. Sebuah suaka bagi kehidupan kota yang serba cepat dan sumpek minta ampun. Suasana saat baru bangun tidur membuka jendela, menghirup udara sejuk sambil memandang hamparan sawah hijau diselimuti kabut dan embun. Menyeruput secangkir kopi diiringi suara keroncong Sundari Soekotjo yang mengalun.Â
        Mungkinkah akan kembali kejayaan Indonesia
        Bak zaman majapahit dulu?
        Gemah ripah loh jinawi