Mohon tunggu...
cyinda safitri
cyinda safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami dan Menghindari Riba: Kunci Menuju Ketenangan dan Kebahagiaan dalam Perspektif Islam

6 Juli 2024   06:10 Diperbarui: 6 Juli 2024   06:18 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah dinamika kehidupan modern, banyak orang yang mencari cara untuk meraih ketenangan dan kebahagiaan sejati. Salah satu aspek penting yang sering diabaikan adalah dampak dari praktik riba dalam kehidupan sehari-hari. Riba atau bunga pinjaman sudah menjadi bagian dari sistem ekonomi saat ini. Dengan memahami dan menghindari riba, kita tidak hanya mematuhi prinsip-prinsip keuangan yang lebih adil dan beretika, tetapi juga membuka jalan menuju kehidupan yang lebih tenang dan berkah. Dalam tulisan ini, kita akan menyelidiki mengapa menjauhi riba dapat menjadi jalan utama untuk mencapai ketenangan hidup dari sudut pandang perspektif islam

Apa Itu Riba?

Secara sederhana, riba adalah bunga atau keuntungan tambahan yang diperoleh dari transksi pinjaman atau utang. Dalam bahasa Arab, riba berarti "kelebihan" atau "tambahan" . Dalam islam, riba dilarang karena diaggap tidak adil karena memanfaatkan pihak yang meminjam meminta keuntungan tambahan tanpa memberikan manfaat yang seimbang. Maka dari itu praktik ini dianggap merugikan dan tidak adil bagi peminjam, serta bertentangan degan prinsip syariah yaitu keadilan ekonomi dalam ajaran islam. Meskipun begitu, riba sering kali muncul dalam berbagai dalam bentuk dalam transaksi keuangan sehari-hari, seperti kartu kredit, pinjaman bank, dan berbagai layanan finansial lainnya.

Dampak Negatif Riba

  • Riba sering kali menyebabkan beban hutang yang semakin menumpuk. Bunga yang seharusnya dibayar membuat hutang semakin besar dan sulit untuk dilunasi, yang dimana pada akhirnya mengganggu ketidakstabilan atau ketidakseimbangan kondisi keuangan pribadi
  • Hutang yang menumpuk dapat mengakibatkan tekanan untuk membayar bunga yang dimana menggagu kondisi mental seseorang yang dapat menyebabkan stress dan kecemasan yang akan berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik
  • Riba dapat menyebabkan permusuhan antar individu dan mengurangi semangat kerjasama serta saling menolong antar sesama. Dengan mengenakan bunga kepada peminjam, dapat timbul perasaan bahwa pemberi pinjaman tidak memahami atau peduli terhadap kesulitan orang lain.
  • Selain itu, riba dapat mendorong perilaku boros dan malas. Dengan meminjamkan uang berbunga, kreditur bisa memperoleh tambahan penghasilan secara rutin, yang dapat mengakibatkan anggapan bahwa pendapatan tambahan akan terus ada tanpa batas waktu. Hal ini pada akhirnya mengurangi semangat untuk berinovasi dan berkreativitas dalam bekerja.

Perspektif Islam

Ketaatan kepada Allah SWT dan larangan riba dalam Al-Qur'an

Menghindari riba merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur'an  Allah dengan tegas melarang riba dan menganggapnya sebagai dosa besar. Ketaatan kepada perintah Allah memberikan ketenangan batin dan kepuasan spiritual. Seorang Muslim yang menjauhi riba merasa lebih dekat dengan Tuhannya dan yakin bahwa dirinya sedang menjalankan perintah-Nya.

Berkahnya mempunyai harta yang halal

Harta yang didapatkan melalui cara yang halal dan bebas dari riba dipercaya akan mendatangkan keberkahan. Dalam ajaran Islam, keberkahan bukan hanya terkait dengan jumlah harta, tetapi juga dengan manfaat dan kepuasan yang diperoleh darinya. Harta yang diberkahi akan memberikan manfaat yang lebih besar, serta memberikan rasa aman dan ketenangan.

Menghindari riba dari dosa besar

Dalam ajaran Agama  Islam, riba dianggap sebagai perbuatan yang sangat dilarang dan dianggap sebagai dosa besar. Dengan menjauhi riba, seorang Muslim menghindari dosa besar tersebut dan konsekuensi-konsekuensi spiritual yang serius yang dapat merusak hubungan individu dengan Allah. Hal ini memberikan ketenangan pikiran karena mereka tidak harus menghadapi beban dosa yang dapat mengganggu kehidupan spiritual dan keharmonisan dalam hubungan dengan Tuhan.

Cara Menghindari Riba 

  • Langkah pertama yaitu mengenali dan menghindari produk keuangan yang mengandung riba, misalnya pinjaman berbunga yang tinggi, kartu kredit, dan depositi berjangka dengan bunga
  • Memilih produk keuangan syariah yang bebas riba sekarang ini banyak bank dan lembaga keuangan yang berbasis syariah, seperti pembiayaan mudharabah,musyarakah,murabahah dan lain-lain.
  • Membuat anggara yang realistis yang dimana mempertimbangakan pendapatan dan pengeluaran. Meminimalkan menggunkan kartu kredit dan hanya menggunakan pinjaman untuk kebutuhan yang benar benar dibutuhkan hal tersebut dapat membantu mengurangi risiko kelebihan hutang.
  • Memprioritaskan menambung sebagai kebiasaan daripada berhutang, karena menabung dapat membatu membangun cadangan dana yang penting untuk masa depan tanpa membebani diri dengan cicilan.

Kesimpulan 

Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa menghindari riba bukan hanya merupakan kewajiban agama dalam Islam, tetapi juga membawa manfaat besar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dinamika kehidupan modern, di mana praktik riba telah menjadi bagian dari sistem ekonomi yang umum, memahami dan menghindari riba adalah langkah penting untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan yang sejati. Riba, atau keuntungan tambahan dari pinjaman, dianggap tidak adil dalam Islam karena memanfaatkan pihak yang meminjam tanpa memberikan manfaat yang seimbang. Praktik ini dapat menyebabkan beban hutang yang menumpuk, tekanan mental yang serius, permusuhan sosial, dan perilaku konsumtif. Dari perspektif Islam, ketaatan terhadap larangan riba menunjukkan ketaatan kepada Allah dan membawa keberkahan dalam kehidupan finansial dengan harta yang halal. Dengan menghindari riba, seseorang tidak hanya menghindari dosa besar, tetapi juga menjaga hubungan spiritual yang harmonis dengan Tuhan. Langkah-langkah praktis seperti memilih produk keuangan syariah, membuat anggaran yang realistis, dan memprioritaskan menabung daripada berhutang adalah cara efektif untuk mencapai tujuan ini, serta memperkuat stabilitas keuangan jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun