Desa Sriwulan yang terletak di Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal telah lama menghadapi permasalahan limbah kotoran sapi yang belum terkelola dengan baik. Hal ini menjadi peluang bagi Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Bagi Dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes) Tahun 2024 yang dipimpin oleh Dr. Astrilia Damayanti, S.T., M.T. beranggotakan Dr. M. Burhan Rubai Wijaya, M.Pd., Arie Taveriyanto, S.T., M.T., Ima Winaningsih, S.T., M.T., dan dibantu empat mahasiswa (Luvena Salsabila, Anfita Aulia Sakinah, Kautsar Taqi Imanullah, dan Cyeva Primahasta) berinisiatif untuk menunjukkan kepeduliannya guna menciptakan lingkungan yang ramah dan bernilai ekonomi bagi masyarakat setempat.
Kegiatan pembangunan biodigester ini bertujuan bisa untuk mengolah kotoran sapi menjadi biogas (gas metana) juga dapat menjadi pupuk organik dari bak outlet. Langkah pertama adalah pembuatan biodigester (Gambar 1), yang dikerjakan bekerja sama dengan Kelompok Tani Ngudi Kawruh, terdiri dari saluran intake, bak pencampur, dome fermentasi, dan bak outlet.
Gambar 1. Pembuatan biodigester kotoran sapi (a) proses (b) hasil
Setelah proses pembangunan biodigester selesai, dilanjutkan dengan pengisian dome berupa kotoran sapi terhadap air dengan rasio 1:1 yang sebelumnya tercampur di bak pencampur. Selanjutnya, proses fermentasi dibiarkan berlangsung 7 hari. Biogas yang dihasilkan oleh biodigester ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar di rumah tangga  diantaranya untuk memasak air (Gambar 2), sehingga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada gas Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang lebih mahal.
Desa Sriwulan juga memiliki Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bernama Arenan Kalikesek yang berada di empat lokasi dengan produk berupa tiwul, kolang-kaling, gula aren, dan kopi. Keempat UMKM ini menggunakan Liquified Petroleum Gas (LPG) sebagai bahan bakar untuk produksi. Letak biodigester dengan area UMKM sekitar 1 km sehingga Tim Pengabdi Unnes merancang sistem penyimpanan dan distribusi biogas yang inovatif, fleksibel dan mudah dibawa yaitu memanfaatkan ban dalam (Gambar 3).
Gambar 3. Pengisian biogas ke ban dalam dan terhubung dengan kompor (a) belum penuh  (b) semakin penuh
Selain itu, residu padat yang tersisa dari proses farmentasi (bak outlet) dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas pertanian lokal (Gambar 4).
Sosialisasi kegiatan pengabdian dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2024 yang dihadiri oleh Perangkat Desa dan warga Desa Sriwulan (Gambar 5). Respon warga terhadap kegiatan ini sangat antusias terbukti dengan banyaknya pertanyaan selama kegiatan sosialisasi.
Sosialisasi ini diharapkan warga Desa Sriwulan dapat mengelola biodigester dan memanfaatkan hasilnya secara maksimal secara mandiri. Inisiatif dari Tim Pengabdi Unnes bisa menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menghasilkan solusi inovatif yang memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan kesejahteraan sosial. Semoga kegiatan ini dapat terus berkembang dan menginspirasi daerah lain untuk mengikuti jejak yang sama dalam mengelola limbah organik khususnya limbah kotoran sapi secara efektif dan berkelanjutan.
Pada akhir kegiatan sosialisasi, Tim Pengabdi telah menyerahkan kompor biogas kepada Kades Sriwulan, rangkaian ban dalam kepada perwakilan UMKM Kalikesek, dan sampel pupuk organik padat dalam kemasan kepada pengelola kebon bibit (Gambar 6).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI