Tangerang Selatan - Kepadatan penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) di Jalur Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang menjadi perhatian utama, terutama di tengah pertumbuhan jumlah penduduk dan mobilitas harian yang semakin tinggi.
Dalam pertumbuhan penduduk yang tinggi, mobilitas menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari. Di banyak kota besar, transportasi publik adalah tulang punggung sistem mobilitas. Salah satu contohnya adalah Kereta Rel Listrik (KRL) di kawasan metropolitan. Namun, kepadatan penumpang yang tinggi di KRL telah menjadi masalah utama bagi pengguna.
Kebutuhan akan sistem transportasi yang efisien, dan KRL menjadi solusi yang populer untuk mobilitas harian. Dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, kepadatan penduduk di kawasan metropolitan terus meningkat, menyebabkan peningkatan kepadatan penumpang di transportasi umum, terutama KRL di jalur commuter line Rangkasbitung-Tanah Abang .
Salah satu aspek yang menjadi perhatian utama adalah jam sibuk. Pada jam-jam tertentu, terutama saat jam pagi, kepadatan di dalam kereta mencapai puncaknya. Hal ini tidak hanya menyebabkan ketidak nyamanan bagi penumpang, tetapi juga menimbulkan risiko keselamatan.
"Kondisi memang padat, karena pagi itu memang hampir semua penumpang berangkat di jam yang sama, mulai jam 06.00 sampai jam 09.00 pagi karena kepentingannya dan jamnya sama mengakibatkan padatnya dikereta," Ucap Hendar, Pengawas Stasiun Pondok Ranji saat diwawancarai di Stasiun Pondok Ranji Kamis (21/12).
"Pagi-pagi itu emang sangat padat apalagi saya penumpang krl itu pasti kepadatan orang-orang berangkat kerja sampai terdesak-desak apalagi arah rangkasbitung-tanah abang," Ucap Aditya, Penumpang KRL di jalur commuter line Rangkasbitung-Tanah Abang saat diwawancarai di Stasiun Rawa Buntu Selasa (19/12).
Beberapa faktor utama yang menyebabkan kepadatan penumpang di KRL commuter line Rangkasbitung-Tanah Abang telah diidentifikasi. Pertama, pertumbuhan penduduk yang cepat di kawasan metropolitan telah meningkatkan jumlah pengguna KRL. Kedua, Kepentingan masyarakat dan jam yang sama mengakibatkan padatnya pengguna KRL.
Dampak kepadatan penumpang yang signifikan tidak hanya dirasakan oleh para penumpang sendiri, tetapi juga menciptakan tantangan bagi pengelola KRL dan pihak terkait. Masalah utama melibatkan kenyamanan, keamanan, dan efisiensi layanan. Para penumpang sering merasa sesak, sulit untuk bergerak, dan harus berdesak-desakan untuk mendapatkan tempat duduk atau berdiri.
Selain ketidaknyamanan bagi penumpang, hal ini juga mengarah pada keterlambatan dalam jadwal perjalanan. Situasi ini juga dapat menyebabkan ketegangan dan konflik di antara penumpang, meningkatkan risiko keamanan dan kenyamanan.
"Solusinya yang pertama ya dibagi masuk kerjanya jangan jam pagi semua ada yang siang atau yang kedua keretanya ditambah jamnya tapi untuk saat ini belum bisa," Ucap Hendar, Pengawas Stasiun Pondok Ranji.
"Penambahan rangkaian kereta bisa menjadi solusi karena seringkali ada keterlambatan pemberangkatan kereta dan itu menunda waktu kita di stasiun seperti ingin berangkat kerja, mahasiswa yang ingin masuk kuliah itu menyebabkan kepadatan di kereta," Ucap Aditya, Penumpang KRL.
Keterbatasan jumlah kereta yang beroperasi, terutama pada jam-jam sibuk, memperburuk situasi. Kurangnya pengaturan kebijakan yang efektif untuk mengelola aliran penumpang juga menjadi masalah serius.
Salah satu rencana untuk meningkatkan kapasitas KRL dengan menambah jumlah kereta pada rute-rute yang paling padat. Selain itu, penggunaan teknologi untuk mengelola aliran penumpang secara lebih efisien juga menjadi fokus.
Pengelola KRL telah berusaha untuk mengatasi kepadatan ini dengan meningkatkan frekuensi layanan, menambah jumlah gerbong, dan memperbaiki infrastruktur. Meskipun upaya ini memiliki dampak positif, tetapi tantangan tetap besar karena pertumbuhan pesat jumlah penumpang terus berlanjut. Jadi rencana untuk menyesuaikan jadwal kereta agar lebih merata di sepanjang hari juga sedang dipertimbangkan.
Kepadatan penumpang di KRL merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang holistik untuk menyelesaikannya. Meskipun langkah-langkah jangka pendek telah diambil, solusi jangka panjang harus melibatkan kerja sama antara pemerintah, operator transportasi, dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan upaya bersama, harapannya adalah meningkatkan pengalaman perjalanan bagi pengguna KRL dan mengatasi tantangan kepadatan penumpang di masa depan.
Kepadatan penumpang juga memicu berbagai dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan para penumpang. Menjalani perjalanan yang panjang dalam keadaan sesak dapat meningkatkan tingkat stres, kelelahan, dan risiko gangguan kesehatan seperti penyakit jantung atau gangguan pernapasan.
Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menggunakan transportasi massal dan kebijakan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi di pusat kota juga dianggap sebagai langkah strategis. Dengan mengubah pola mobilitas masyarakat, diharapkan dapat mengurangi tekanan pada kapasitas KRL.
Dalam upaya menanggulangi kepadatan penumpang, kolaborasi antara pihak pemerintah, operator KRL, dan masyarakat sangat penting. Peningkatan infrastruktur, optimalisasi rute, dan peningkatan kapasitas KRL harus menjadi bagian dari rencana terpadu untuk mengatasi tantangan ini.
Dalam menghadapi masa depan yang terus berubah, transformasi sistem transportasi massal menjadi prioritas untuk menciptakan mobilitas yang berkelanjutan dan nyaman bagi semua penduduk Jakarta.Â
Sebuah rencana aksi yang komprehensif dan dukungan penuh dari semua pihak terkait diharapkan dapat mengatasi permasalahan kepadatan penumpang KRL di ibu kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H