Mohon tunggu...
Celine Kurnia
Celine Kurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik

Celine Kurnia adalah seorang mahasiswa Jurnalistik UMN. Ia gemar menulis dan travelling.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Climate Change: Akibat Manusia Berulah

3 September 2022   15:52 Diperbarui: 3 September 2022   19:36 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   

     Sadarkah Anda bahwa semakin hari, bumi kita terasa semakin panas? Peningkatan suhu ini disebabkan oleh perubahan iklim (climate change). Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, climate change adalah perubahan jangka panjang pada suhu dan pola cuaca. Climate change seharusnya terjadi secara alami melalui variasi siklus matahari. Namun, aktivitas manusia yang meningkat dengan kemajuan teknologi menjadi penyebab utama terjadinya climate change. Climate change tidak lagi terjadi secara alami dan lambat, tetapi berubah semakin cepat. Aktivitas-aktivitas manusia yang menjadi penyebab utama climate change antara lain penggunaan bahan bakar fosil (bensin, batu bara) yang menghasilkan emisi gas rumah kaca dan pembukaan lahan dengan membakar hutan menghasilkan karbon dioksida. Kemudian, climate change juga disebabkan karena tingginya gas metana di udara yang merusak lapisan ozon. Gas metana dihasilkan dari pembuangan sampah dalam jumlah besar (TPA), produksi makanan berlebih, dan peternakan yang menyumbang gas metana dari jerami pakan sapi atau hewan berkaki empat lainnya.

                  Mengutip Katadata, menurut data dari NASA, tingkat karbon dioksida di atmosfer global tahun 2022 mencapai 417,6 ppm. Peningkatan kadar CO2 terjadi secara konsisten dari tahun ke tahun sejak 2011. Selama 11 tahun, CO2 mengalamai kenaikan sebesar 6,2% dan sudah mencapai 50% sejak era industri tahun 1750. NASA menyebut kenaikan CO2 berasal dari deforestasi dan pembakaran bahan bakar fosil. Inilah yang menjadi salah satu konsentrasi saya sebab aktivitas ini kerap kali disepelekan oleh masyarakat yang sebenarnya banyak menyumbang gas-gas beracun ke udara. Bahan bakar fosil paling banyak digunakan dalam transportasi. Lalu, pemakaian elektronik dan parfum juga menghasilkan karbon dioksida yang merusak lapisan ozon.

                 Setiap hari, manusia melakukan mobilitas; bekerja, sekolah, kuliah, dan lain-lain. Tidak seperti negara-negara di Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan yang menggunakan sepeda atau bis, mayoritas orang Indonesia masih menggunakan kendaraan pribadi untuk bepergian daripada transportasi umum. Dilansir dari Kompas.com, total kepemilikan kendaraan bermotor di Indonesia per Agustus 2022 adalah sebanyak 149.707.859 unit. Jumlah ini adalah gabungan dari kepemilikan kendaraan bermotor di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Papua, Maluku, dan Maluku Utara yang diterbitkan oleh Korlantas Polri. Sepeda motor menjadi transportasi yang paling banyak dimiliki rakyat Indonesia sebanyak 119.536.624 unit. Di posisi kedua ada mobil pribadi sebanyak 23.230.797 unit. Sisanya terdiri dari bus, mobil barang, dan kendaraan khusus.

                  Jumlah yang sangat besar ini menimbulkan keprihatinan. Pasalnya, setiap satu kendaraan menghasilkan emisi yang terdiri dari karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOX), dan hydro carbon (HC). Tidak bisa dibayangkan berapa emisi gas yang dihasilkan Indonesia akibat pembakaran bahan bakar fosil setiap harinya. Padahal, sudah banyak transportasi umum yang memadai, misalnya kereta api, bis, transjakarta, dan angkot. Akan tetapi, masyarakat masih belum sadar diri untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, apalagi jika jarak yang ditempuh masih tergolong dekat. Meskipun naik kendaraan pribadi tentu lebih nyaman, transportasi umum lebih membawa banyak manfaat: hemat biaya, mengurangi kemacetan, dan mengurangi emis gas yang bisa menimbulkan efek rumah kaca.

                  Pernahkah Anda menyalakan pendingin ruangan (AC) di siang hari karena merasa kepanasan? Cara tersebut tergolong instant untuk dapat menikmati kesejukan di kala matahari bersinar terik. Namun, tahukah Anda semakin menyalakan AC, semakin besar kerusakan bumi yang ditimbulkan? Dilansir dari Kompas.com, AC menjadi salah satu penghasil gas rumah kaca karena mengandung Chlorofluorocarbon (CFC) atau yang lebih dikenal sebagai freon. Ketika AC dinyalakan, CFC dilepas dan naik ke lapisan stratosfer tempat ozon berada. Tidak hanya AC, kulkas yang juga berfungsi sebagai pendingin juga mengandung CFC. Tirto.id menyebut bahwa gas CFC menciptakan gas rumah kaca yang 10 ribu kali lebih berbahaya daripada CO2. Mayoritas masyarakat dunia tidak lepas dari penggunaan AC dan kulkas. Oleh sebab itu, tidak heran dua elektronik ini merusak ozon dan menyebabkan suhu bumi kian memanas.

                  Pemakaian parfum adalah kegiatan yang tidak lepas dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi kaum hawa. Masyarakat moden menyemprotkan parfum ke tubuh beberapa kali sebelum menghadiri acara, bekerja, atau kuliah. Rasanya tidak ada yang salah dengan parfum. Namun, benda kecil ini ternyata menghasilkan dampak buruk bagi lingkungan yang berakhir menjadi climate change. Selain pendingin, parfum mengandung CFC yang juga menyebabkan kerusakan lapisan ozon. Menurut Analisa.id, CFC mengubah ozon (O3) menjadi oksigen (O2). Lapisan ozon yang menipis menyebabkan makhluk hidup terpapar sinar matahari berlebih yang bisa menyebabkan kanker kulit dan perubahan suhu. Selain CFC, dilansir dari Liputan6, dokter dari India mengatakan bahwa penyemprotan parfum menciptakan Volatile Odoferous Components (VOC's) di udara. Jika VOC's bercampur dengan zat lain di udara, akan menyebakan reaksi kimia beracun. Bahan kimia lain dalam parfum apabila bereaksi dengan oksigen akan berubah menjadi peroksida, yang menciptakan radikal bebas jika terhirup manusia. Dengan demikian, parfum selain menjadi salah satu penyebab climate change, juga berdampak bagi kesehatan manusia.

                  Penyebab-penyebab climate change yang telah dipaparkan di atas dapat diatasi asal sebagai manusia kita memiliki kesadaran untuk mencintai bumi. Setelah membaca tulisan ini, saya harap pembaca mulai meningkatkan intensitas penggunaan transportasi umum untuk bepergian. Jika merasa panas di siang hari, tahan diri untuk tidak menyalakan AC. Gunakan kipas angin atau udara langsung di sekitar Anda. Pakailah parfum secukupnya dan tidak setiap hari. Hal-hal kecil tersebut jika dilakukan dengan konsisten oleh masyarakat niscaya akan menghambat perubahan iklim dan membawa perubahan baik bagi lingkungan.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun