Mohon tunggu...
Ari Lestari
Ari Lestari Mohon Tunggu... -

Simple, murah senyum, gak suka rutinitas, suka mencoba hal2 baru, suka mencari teman2 baru, suka melakukan aktivitas baru, tapi gak suka mencoba cinta baru :p

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerpen: In D'Name of Love

22 Juni 2010   09:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:22 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"hehe....", (nyengir mode: ON)

**********************

Sore ini kami sekeluarga menghadiri acara resepsi pernikahan salah satu keponakan ayah yang usianya gak jauh beda dengan q. Yap, nikah muda di Bali rasanya uda bukan hal aneh lagi, meskipun dunia uda semakin tua dengan modernisasi seperti saat ini.Bahkan parahnya, menikah krn terpaksa, wooopz.... maksudnya menikah krn kecelakaan, Married By Accident-MIB lah istilah kerennya,seperti sudah membudaya di tanah sakral yang dikenal sebagai Pulau Dewata ini.Dan itu juga yang kali ini terjadi pada kakak sepupuq, k'Putu, anak pertama adik perempuan ayahku :p

Setelah mengucapkan selamat kepada kedua mempelai, aq, chacha, ayah dan bunda mencari posisi duduk yg nyaman di barisan terdepan kursi plastik yg berjejer di halaman rumah nenek yg lagi heboh diperebutkan oleh anak-cucunya sebagai warisan di masa depan. Pdahal nenek masi ada, tapi saudara2 ayahq sudah sibuk memikirkan pmbagian jatah tanah warisan itu untuk mereka. Dan ayahku selalu pergi menyingkir styap kali pmbicaraan itu dimulai.

"Kenapa harus ngeributin itu, nenek masih ada", kata ayah dengan nada serius dan wajah datar berusaha menyembunyikan kekecewaanya terhdap saudara2nya yg haus warisan itu.

"Udah lah yah, gakusa dipikirkan. Yg pntg kita uda pnya tempat tggal utk anak2 kita.. Gak perlu ikud2an cari msalah gara2 warisan, kasian nenek....", begitulah Bunda yg dg bijaksana sll dapat menenangkn hati Ayah disaat gundah.

Dan tanpa diperintah, Bunda langsung beranjak mngambil segelas kopi kental yang disediakan oleh panitia untuk para tamu. Untuk siapa lagi Bunda mengambil kopi itu kalau bukan utk ayah... Kalau aku dan chacha sie uda dari tadi megang sebotol minuman soda dan sepaket snack yg terdiri dr beberapa jenis jajanan khas Bali.

Begitulah ayah, ktika memenuhi undangan dari siapa aja, gak pernah mau menikmati makanan yg dihidangkan oleh si empunya acara. Cukup segelaskopi atau teh saja, dan Bunda sudah sangat hapal dengan kebyasaan ayah itu.

"Ayah dan Bundamu romantis banged ya ai'...", celoteh Komink yg tiba2 datang dg sepiring nasi komplit dengan lawar BaLi, sate lilit, dan jukut ares. Komink adalah sepupuku, anak ketiga dari adik ayah yang lain, adik laki2 ayah yang sekarang sudah sangat mapan dengan jabatany sebagai Kapolres di tanah Jawa sana.

"Byasa aja Mink... Bunda emang selalu gtu kok, ngladenin ayah banged", jawabq sambil mencomot sate lilit dari piring komink yg membuatnya protes besar padaku.

"Huwaaaaaaaaa.... Kalian ganggu aja, awas aja kalo aku makin kurus," protesnya saat chacha ikud2an merampas satu tusuk sate lilit lagi dr piring komink.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun