Kisah berlanjut dengan perjuangan dari perwakilan santri yang berusaha bernegosiasi untuk kebebesan kiai. Jepang menerima dengan mengajak bekerja sama untuk membagi hasil bumi Indonesia.
Saat Jepang kalah dari sekutu, keberadaan mereka menjadi lemah sehingga terbitlah resolusi jihad yang terbukti mampu menghimpun umat Islam di Surabaya. Namun di film drama religi ini ada satu santri yang patut dicontoh yaitu Harun.Â
Walau ia sempat tak terima dengan keputusan kerja sama dengan Jepang, tapi sampai akhir ia masih terus berjuang bersama Kiai. Film ini ditutup dan diakhiri dengan wafatnya Syekh KH. Hasyim Asy'ari.
Sang Murabbi
Jika kita sering disuguhi film superhero ciptaan barat dan kerap kali terkagum-kagum, maka Sang Murabbi berhasil menggambarkan superhero sesungguhnya yang disebut sebagai murabbi atau guru.Â
Mungkin bagi sebagian orang seruan 'guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa' hanya perkataan biasa saja. Namun, setelah menonton film jenis dokumenter drama religi yang tayang 2008 lalu ini berhasil membuka pikiran saya tentang seorang guru. Benar-benar pahlawan.
Padahal ini adalah film dengan alur cerita aktivitas sehari-hari Almarhum KH. Rahmat Abdullah (1953-2005). Namun mampu menghipnotis penonton untuk mengerti bahwa pada dasarnya muslim berperan otomatis sebagai juru dakwah. Ustadz Rahmat bukan hanya bertindak sebagai guru tapi juga pemimpin, orang tua serta sahabat bagi para muridnya.
Terlihat dari cita-cita beliau sejak muda yang dengan lantang ketika ditanya orang ia segera menjawab 'menjadi guru!'. Bukan hanya perkataan, energi itu terus berjalan sampai Ustadz Rahmat berada di pondok, menjadi guru di pondoknya setelah lulus, belajar dengan Ustadz Bakir Said Abduh yang mengelola Rumah Pendidikan Islam (RPI) sampai mengenal buku-buku milik Hasan Al-Bana. Ia pun terkenal sebagai dai yang lengkap, karena tidak cuma menguasai ilmu-ilmu Islam yang "standart" tetapi juga persoalan-persoalan kontemporer.
Uniknya, cara dakwah Ustadz Rahmat menggunakan pendekatan langka yaitu mengasuh organisasi bertema teater bernama Pemuda Raudhatul Falah (PARAF). Salah satu karya mereka berjudul Perang Yarmuk.Â
Namun, pementasan ini menimbulkan keresahan aparat (seperti tidak asing dengan kejadian ini). Berkat keteguhan prinsipnya, sampai meninggal Ustadz Rahmat tak pernah sekali pun berniat mendatangi kepolisian. Film ini adalah salah satu bentuk pewarisan nilai-nilai kejuangan, spirit moral dan peradaban dunia agar tetap melekat kuat pada umat Islam.