168.241.800
30
545,95
Sumber : BKPMD Prov. Sulawesi Selatan
Dilihat dari segi kesiapan, ketersediaan energi dan infrastruktur untuk menopang pertumbuhan ekonomi khususnya sektor industri, Sulawesi Selatan merupakan pintu gerbang perekonomian di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan memiliki akses dan peluang yang besar di MEA 2015, sehingga kalangan pengusaha khususnya di Sulawesi Selatan perlu mempersiapkan diri dengan baik karena para investor pasti akan melihat Sulawesi Selatan sebagai kawasan investasi yang paling menarik.
Indonesia juga perlu menyiapkan sumber daya manusia yang handal dan lebih profesional di bidangnya, mengingat tenaga kerja profesional Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN. Para pengusaha juga berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru yang lebih memihak pengusaha dalam negeri agar dapat memanfaatkan peluang MEA 2015 dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan pada data-data tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa saat ini sektor industri manufaktur di sulawesi Selatan nampaknya sudah cukup siap menghadapi MEA yang akan diimplementasikan pada akhir tahun 2015 yang ditandai dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan yang positif dan pertumbuhan ekspor produk industri yang terus meningkat serta kontribusi sektor sumber daya alam (SDA) menjadi industri pengolahan bernilai tambah dan berdaya saing.
Namun demikian, pengelolaan potensi daya ekonomi belumlah optimal karena dilihat dari adanya beberapa komoditas yang berasal dari Sulawesi Selatan masih dipasok dalam bentuk mentah ke daerah lain yang memiliki industri pengolahan, sehingga di masa yang akan datang masih sangat diperlukan komitmen dari pemerintah pusat dan daerah untuk terus mendorong tumbuhnya industri pengolahan di Sulawesi Selatan agar dapat mengolah berbagai komoditas yang bernilai tambah tinggi.
Sulawesi Selatan dikenal memiliki berbagai potensi SDA pada sektor pertanian (padi, jagung),peternakan (sapi, ikan, udang dan rumput laut), perkebunan (kelapa sawit, kopi, mete, kakao) dan hasil hutan (kayu, rotan) dan sektor pertambangan (emas, besi, nikel dan tembaga). Sulawesi Selatan juga di kenal memiliki potensi SDM dan kondisi infrastruktur yang relatif paling baik di Kawasan Indonesia Timur (KIT), sehingga menjadi salah satu tujuan investasi yang cukup menarik jika dibandingkan dengan kawasan timur lainnya, akan tetapi sejauh ini kalangan investor yang masuk ke Sulawesi Selatan sebagian besar merupakan penanaman modal asing (PMA), sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) relatif masih kecil.Hal ini tentunya dapat mengancam pertumbuhan perekonomian dimasa yang akan datang, karena dengan jumlah PMA yang lebih besar dibandingkan PMDN, maka pasca implementasi MEA 2015, perekonomian Sulawesi Selatan akan didominasi oleh pihak asing.
Indonesia dengan PDB dan jumlah penduduk terbesar di ASEAN merupakan magnet pertumbuhan ASEAN, sementara daya saing industri relatif masih rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara-negara ASEAN lainnya. Agar pasca pelaksanaan MEA 2015, pasar dalam negeri tidak diserbu prduk-produk negara-negara ASEAN lainnya, pemerintah perlu mendorong masyarakat Indonesia untuk menggunakan produk dalam negeri, dengan penerapan program cinta produk dalam negeri sehingga industri manufaktur dalam negeri terus bertumbuh dan am negeri tetap terkendali dari serbuan produk-produk impor dari negara-negara ASEAN lainnya.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah mulai dari sekarang adalah dengan mengangkat potensi-potensi kedaerahan, seperti contohnya gerakan menggunakanbatik , gerakan memakai baju daerah pada hari-hari tertentu (baju sutra di daerah Sulawesi Selatan, Kebaya encim dan baju koko di Jakarta, dll), memajang produk-produk kerajinan daerah di pusat-pusat wisata dan pusat perdagangan serta meningkatkan widata budaya daerah, dll.