Mohon tunggu...
Cut Kinasih
Cut Kinasih Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Halo,saya Cut.Seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan terapan di bidang perbankan dan keuangan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Subjektivitas dalam Rekrutmen Pekerjaan

8 Mei 2023   13:15 Diperbarui: 11 Mei 2023   13:49 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin terlihat dari judul, para pembaca artikel ini sudah banyak yang relate mengenai hal tersebut. Terlebih bagi kalangan yang sudah pernah mendaftarkan dirinya untuk mengikuti proses rekrutmen pekerjaan, mungkin bukan hanya pekerjaan .Tapi, hal ini terjadi pada saya yang waktu itu mengikuti proses rekrutmen untuk volunteer event konser.

Sebelum mendalami apa yang akan dikembangkan dari judul, ada baiknya kita harus mengetahui apa arti subjektivitas agar para pembaca memahami dan mampu merasakan apa yang penulis rasakan melalui tulisan artikel opini ini.

Subjetivitas berarti suatu tafsiran yang berdasar pada pikiran atau perasaan manusia, mengapa subjektivitas dikaitkan dengan proses rekrutmen pekerjaan?sudah jadi rahasia umum, para pembaca tulisan ini pasti ada yang pernah membaca syarat rekrutmen seperti harus good looking, tidak berhijab, dll.

Hal tersebut pasti menimbulkan tanda tanya di kepala kita, terkait akan relevansi menggunakan hijab dalam melaksanakan pekerjaan. Memang tidak semua syarat rekrutmen pekerjaan memukul rata mengenai unsur subjektifitas yang kita singgung di atas.

Kebanyakan syarat rekrutmen pekerjaan yang terdapat unsur subjektifitas adalah perusahaan atau  instansi yang berkaitan dengan jasa, terlebih lagi posisi pekerjaan yang mengharuskan kita untuk berhubungan langsung dengan customer atau biasa kita sebut frontliners.

Bisa kita ambil contoh pekerjaan yang nyata seperti industri perbankan di bagian teller, banyak platform yang mempromosikan rekrutmen pekerjaan posisi teller yang di dalam syarat rekrutmennya ada poin yang membahas mengenai good looking.

Dengan maraknya rekrutmen pekerjaan yang memasukkan poin subjektifitas sudah menjadi normalisasi di kalangan para pencari kerja, namun tidak sedikit yang denial mengenai hal tersebut karena dianggap tidak adil dan justru merugikan job seekers, karena dampak dari poin subjektifitas tersebut membuat job seekers terpaksa mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi diri mereka.

Efek lain yang timbul dan dirasakan beberapa job seekers mungkin rasa kurang pede dan overthinking terhadap kemampuan diri saat mengikuti proses rekrutmen pekerjaan. 

Dari opini di atas, subjektivitas dalam proses rekrutmen pekerjaan masih tergolong hal yang dapat di normalisasi atau tidak?jika tidak,lantas langkah apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir hal seperti itu.

Hal tersebut mungkin tidak bisa hilang sepenuhnya,maka langkah yang tepat untuk diambil adalah meminimalisir hal itu, bagaimana caranya? Harus menerapkan edukasi kepada pihak atau instansi yang ingin mencari pekerja untuk menulis syarat atau kualifikasi diri tidak segamblang dari yang biasa dilakukan yaitu ditulis langsung di syarat rekrutmen pekerjaan.

Sebaiknya pihak HRD atau bagian yang bertanggung jawab atas proses rekrutmen melakukan kegiatan rekrutmen dengan memasang syarat tanpa disertai poin yang mengandung unsur subjektifitas, seperti: good looking, dsb.

Jadi, para pelamar tidak menurunkan rasa percaya diri nya ketika melamar pekerjaan. Padahal, bisa saja si pelamar ini memilikki skill yang mumpuni dan mampu mendukung kinerja perusahaan yang ditempati nya.

Langkah diatas memang tidak bisa secara langsung diterapkan oleh instansi atau tempat yang mengadakan proses rekutmen. Tapi, setidaknya tulisan ini mampu memberikan sedikit solusi bagi pihak yang mengadakan kegiatan rekrutmen sekaligus bagi para pelamar untuk tetap percaya diri dan yakin terhadap kemampuan yang dimilikki saat melamar kerja,tidak perlu khawatir akan syarat rekrutmen yang menjurus pada subyektivitas,karena nasib tidak ada yang tahu selagi kita mau berjuang dan berusaha.

Poin subjektivitas dalam rekrutmen pekerjaan pasti tidak akan hilang, karena hal ini kalau kita sebut kasarannya adalah turun-temurun di setiap instansi yang mengadakan rekrutmen dengan dalih kebutuhan perusahaan yang harus dipenuhi demi mempertahankan kualitas serta citra instansi yang sudah terbangun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun