Tradisi Takbiran di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri. Banyak daerah yang mengadakan kegiatan Takbir keliling, di mana para jamaah masjid atau masyarakat secara berkelompok berjalan-jalan mengelilingi kampung atau kota sambil melantunkan takbir. Takbiran keliling ini seringkali diiringi dengan bedug atau musik tradisional yang menambah meriah suasana.
Begitu pula yang terjadi di setiap tahunnya di rumah nenek, namun ada yang dibuat sedikit berbeda pada tahun ini yaitu pada peserta yang mengikuti takbir keliling ini. Pada tahun sebelumnya yang mengikuti hanyalah anak-anak, dan tahun ini diikuti pula oleh para orang tua serta para perantau yang sudah datang. Takbiran tahun ini dibuat berbeda karena tradisi ini dilombakan agar menarik minat para orang tua dan memeriahkan tradisi takbiran ini.
Takbiran merupakan momen yang sangat berkesan bagi umat Islam di Indonesia. Tradisi ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan kepada Allah SWT, tetapi juga sebagai wujud kebersamaan dan kegembiraan dalam menyambut kedatangan Hari Raya Idul Fitri. Melalui Takbiran, umat Islam dapat merasakan kehangatan persaudaraan dan kebersamaan dalam beribadah dan merayakan keagamaan secara bersama-sama.
Selama menjalani libur Lebaran di kampung halaman, rumah-rumah sekitar dipenuhi dengan aroma masakan khas Lebaran yang menggugah selera. Hidangan khas Lebaran menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang. Ketupat, opor ayam, rendang, serta berbagai macam kue-kue kering menjadi menu wajib di setiap rumah. Rasa lezat dan aroma khas rempah membuat hidangan Lebaran selalu dinanti-nantikan.
HARI RAYA IDUL FITRI
Pada hari pertama merayakan Idul Fitri, kami berangkat bersama menuju ke masjid yang hanya ada satu-satunya di desa pelosok kampung halaman rumah nenek. Kami menunaikan ibadah shalat Idul Fitri dengan tenang dan khidmat tanpa terdistraksi oleh kegiatan apapun.
Kemudian, tradisi selanjutnya yaitu salam-salaman di masjid yang merupakan bagian penting dari perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia tak terkecuali di Gunung Kidul ini. Tradisi ini dilakukan setelah selesai melaksanakan shalat Idul Fitri sebagai bentuk ucapan selamat Idul Fitri dan maaf-maafan antar umat Islam yang hadir di masjid.
Setelah selesai melaksanakan shalat Idul Fitri, umat Islam yang hadir di masjid akan membentuk barisan untuk saling memberikan salam-salaman. Ini dilakukan sebagai ungkapan kebahagiaan dan kerukunan umat Islam dalam merayakan kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh.
Saat saling bersalaman, umat Islam akan mengucapkan selamat Idul Fitri dengan menggunakan kata-kata yang penuh dengan kegembiraan dan harapan. Ucapan seperti "Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin" menjadi ungkapan yang umum digunakan dalam tradisi ini.
Selain memberikan ucapan selamat Idul Fitri, tradisi salam-salaman juga merupakan waktu yang tepat untuk saling memaafkan antar umat Islam. Ini adalah momen yang sangat penting dalam mempererat hubungan antar sesama dan membersihkan hati dari segala kesalahan dan kesalahan yang telah terjadi selama setahun terakhir.
Tradisi salam-salaman di masjid menciptakan atmosfer kerukunan dan kebersamaan di antara umat Islam. Ini adalah momen yang sangat meriah di mana semua orang, tanpa memandang perbedaan sosial atau ekonomi, berkumpul untuk merayakan kebersamaan dalam beragama.
Setelah selesai dengan tradisi di masjid, di rumah nenek kami mengadakan open house, yang mana hal tersebut diadakan pada setiap rumah yang dikategorikan sebagai sesepuh desa. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan rasa persaudaraan, kebersamaan, dan saling menguatkan hubungan sosial antar anggota masyarakat.