Mohon tunggu...
Cut Intan Arifah TA
Cut Intan Arifah TA Mohon Tunggu... -

Metro, smart, royal, and loyal women.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fraksi Pilkada Gelar Diskusi Publik Perdana

27 Maret 2016   18:01 Diperbarui: 27 Maret 2016   18:24 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banda Aceh – Forum Aksi Bersih Pilkada Aceh (FRAKSI PilkadA) menyelenggarakan Diskusi Publik di 3 in 1 Coffee, Lampineung, Sabtu (26/3). Diskusi yang bertemakan “Upaya akademisi dalam mewujudkan Pilkada Aceh yang etis dan humanis.” ini dimulai pada pukul 16.50 WIB.

[caption caption="26 Maret 2016"][/caption]

Konsep diskusi santai sambil ngopi ini dipanelkan oleh beberapa pemateri, di antaranya adalah Fuad Mardhatillah (Peneliti Senior Aceh Institute), dan Fajran Zain, Ph.D. (Dosen FISIP UIN Ar-Raniry), dan dipandu oleh Fakhrul Radhi (Pimpinan Redaksi klikkabar.com) selaku moderator.

Dalam materinya, Fuad Mardhatillah memaparkan bahwa pemasangan baliho, spanduk, dan alat kampanye lainnya adalah stratejik pemenangan dengan konsep pembohongan publik, siapa yang lihai memainkan kebohongannya, maka dia yang akan memperoleh kemenangan. Serta membuat statement-statement sebagai pakta integritas oleh seorang kandidat atau calon. 

Sebagai seorang yang kritis, kita haruslah menjadi seorang yang berani melapor terhadap tindakan-tindakan berdosa, salah satunya seperti perilaku money politic. Dewasa ini banyak pemimpin yang tidak sadar terhadap apa yang harus mereka lakukan ketika memasuki dunia politik.

Kemudian pemaparan kedua dilanjutkan oleh Fajran Zain, ia menyatakan bahwa pemilu penting untuk dimonitor, karena monitor adalah alat penguat demokrasi. Sebuah pemilu yang dipantau secara profesional, kredibel, dan independen akan menghasilkan pemilu yang efektif dan tepat sasaran.

Banyak sekali kandidat yang salah dalam menyalahgunakan teknik kampanye. Salah satu contohnya adalah di mana alat transportasi umum seperti Trans Kutaraja sudah terdapat stempel atau poster yang terpampang foto kandidat Muzakkir Manaf. 

Dahulu, tarik-menarik kepentingan antara Parnas dan Parlok sering terjadi, namun kini tarik-menarik itu terjadi antara Parlok. Banyak terjadi kejanggalan dan kecurangan di daerah-daerah dan sudah menjadi rahasia umum, namun banyak masyarakat takut untuk melaporkan karena adanya intimidasi dari beberapa oknum-oknum parlok.

“Saya sendiri jika ada masyarakat yang bertanya akan memilih siapa pada Pilkada nanti, saya tidak menyatakan memilih siapa, namun saya akan menjelaskan plus-minus dari masing-masing kandidat.” Tambahnya. 

Beberapa aktivis yang berbekali pengalaman politik, banyak yang masuk dalam sistem beberapa partai nasional maupun lokal. Sayangnya banyak elit-elit politik dan elit-elit pendidik yang membodohi dan menggunakan mereka untuk kepentingan politik praktis. 

Salah seorang audien, Ibu Ristika (Dosen FISIP UIN Ar-Raniry) ikut berbicara, bahwasanya ia sedang meneliti tentang money politic, ada fakta yang terbalik di sini. Partai Aceh selaku Parlok banyak menggunakan money politic, dan menggunakan modal sejarah sebagai pejuang pada saat masa DOM untuk menggelabui masyarakat. 

“Fokus penelitian saya adalah, money politic menjadi faktor utama untuk memenangkan Pilkada.” Tambahnya.

Komisioner KIP, Roby Syahputra, yang turut hadir dalam diskusi ini ikut memberikan pendapat, ia menjelaskan bahwa beberapa waktu lalu teman-teman Fraksi PilkadA berkunjung kerumahnya membahas hal yang sama. Ia sangat mengapresiasi terbentuknya Fraksi PilkadA ini.

“Kasus-kasus di lapangan sedikit repot jika ditindak lanjuti tanpa pengawasan. Pelanggaran kode etik juga salah satu contoh yang harus ditinjak lanjuti. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah Ketua KIP Aceh Timur melakukan pelanggaran kode etik dan langsung ditindak lanjuti dengan sanksi diberhentikan sebagai Ketua KIP.” Imbuhnya.

Ia juga menambahkan, hari ini memang KIP diberikan kewenangan beserta undang-undangnya untuk mengawasi Pilkada, namun itu sifatnya hanya sementara. Butuh semua elemen untuk bersama-sama mengawasi dan memantau Pilkada.

Sekretaris Jenderal Fraksi PilkadA, Mirza Fanzikri menyatakan diskusi ini kiranya menjadi langkah awal untuk memompa semangat masyarakat agar ikut terlibat dan mengambil pesan secara aktif dalam Pilkada Aceh 2107 mendatang. Kami berkeinginan memberikan edukasi politik bagi masyarakat Aceh sadar dan tergugah hatinya untuk bersatu mengawal Pilkada berjalan bersih, jujur, dan santun.

[caption caption="26 Maret 2016"]

[/caption]

Diskusi berakhir pada pukul 18.30 WIB dan ditutup dengan penyerahan plakat kepada para pemateri oleh Koordinator Fraksi PilkadA, Zubaidah Azwan, SE., MM., sekaligus foto bersama.

Tentang Fraksi PilkadA:

Fraksi PilkadA merupakan forum inisiasi masyarakat sipil yang terdiri dari berbagai tokoh lintas OKP, ORMAS, kalangan profesional, dan aktivis sosial dengan tujuan mendorong terwujudnya Pilkada Aceh bersih, jujur, dan santun dengan semangat menjaga keutuhan NKRI dan perdamaian Aceh.

Dengan mengangkat tema “Menuju Pilkada 2017 Bersih, Jujur, dan Santun”, Fraksi PilkadA akan mengadakan diskusi publik secara rutin selama empat minggu berturut-turut dengan topik, tempat, dan narasumber yang berbeda-beda jelang Deklarasi Fraksi PilkadA. Diskusi yang dilaksanakan 26 Maret 2016 adalah diskusi perdana yang diselenggarakan. (cia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun