Mohon tunggu...
Mursalim
Mursalim Mohon Tunggu... -

born to be success

Selanjutnya

Tutup

Money

Pernak-pernik dari Belantara Kalimantan

4 Oktober 2016   13:57 Diperbarui: 6 Oktober 2016   15:35 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kondisi jalan menuju proyek saat kondisi jalan basah (i1os.com)

 

Topik : Upaya memberikan Akses Listrik Kepada Masyarakat

Sintang... saat itu tak pernah terbayangkan di benak saya akan keberadaan kota ini, apalagi harus tinggal di dalamnya... Tau klo ada kota bernama Sintang pun baru kali ini mendengar setelah menerima SK penugasan GM PLN JMK (sekarang Pusmankon) per tanggal 27 Oktober 2011. Yang saya tahu, Kalimantan merupakan pulau dengan hutan rimba terluas di Indonesia dan konon dijuluki sebagai paru-paru dunia.

Dalam SK penugasan, saya dipercaya untuk membentuk dan mengelola sebuah organisasi yang bernama Tim Supervisi Konstruksi Proyek PLTU Sintang – Kalbar. Penugasan pertama sebagai Ketua Tim ini saya anggap sebagai tantangan babak baru dalam pekerjaan saya. Tim inilah yang akan mengawal jalannya pembangunan proyek hingga selesai.

Setelah menerima SK Penugasan, saya langsung mencari informasi segala sesuatu tentang kota ini. Untungnya kita skrg hidup di zaman serba mudah, tinggal ketik “Sintang” mesin pencari Google langsung membeberkan segala sesuatu tentang Sintang. Ternyata setelah klik sana-sini, akhirnya ada gambaran sedikit mengenai kota ini. Sintang, adalah ibukota kabupaten sintang, Kalimantan Barat. Terletak di tengah pulau Kalimantan, yang berjarak + 240 KM dari ibukota propinsi Kalimantan Barat Pontianak melalui jalan darat. Sintang juga dapat ditempuh dengan pesawat selama 40 menit dari Pontianak. Saya pun segera mencari tiket pesawat Jakarta-pontianak dan  pontianak-sintang. Namun rute ini (ptk-stg) agak susah karena hanya dilayani satu maskapai dan satu pesawat bernama Kalstar dan hanya melayani hari-hari tertentu saja.

Saya pun berangkat menuju Pontianak meninggalkan anak istri di Kampung halaman Makassar untuk sementara, walaupun berat (sangat berat) tapi ini merupakan resiko pekerjaan yang harus diterima dan kami percaya bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya (Amiin...). Tiba sekitar jam 14.00 local time. Dari pontianak tanpa menginap, saya langsung mencari informasi ke supir taksi mengenai perjalanan darat ke Sintang yang akhirnya mengarahkan saya untuk menggunakan Taksi (begitu orang lokal menyebutnya) yang ternyata mobil toyota Innova. Taksi ini berangkat dari pontianak menuju Sintang jam 17.00 sesuai jadwalnya.

Perjalanan pun dimulai. awalnya 2 jam pertama perjalanan cukup tenang, namun sampai di daerah yang namanya simpang tayan menuju sosok, kondisi jalan sangat memprihatinkan. Jalanan rusak, banyak lubang yang cukup dalam dan membahayakan. guncangan akibat kondisi jalan yang rusak parah sangat mengganggu. kepala saya beberapa kali terbentur di atas maupun sisi mobil. tidak disarankan untuk wanita hamil melakukan perjalanan darat dengn taksi. Ada alternatif lain sebenarnya dengan menggunakan Damri. Hanya saja waktunya tempuhnya lebih panjang dari taksi. Sempat cerita-cerita dengan supir, katanya ke sintang itu wajarnya hanya butuh 4-5 jam (jarak +/- 240 km), namun karena kondisi jalan rusak begini maka perjalanan akhirnya ditempuh selama 9-10 jam. Luar biasa.... Sungguh merupakan pemborosan waktu dan biaya yang sangat besar. Pernah satu kali saya berangkat sore dari pontianak menggunakan taksi Innova, sampai di Sintang jam 11 Siang keesokan harinya, ini karena beberpa kali ban mobil pecah selama perjalanan. Huft... 18 jam di jalan raya.

Lain lagi ceritanya saat saya mencoba naik pesawat. Ironis “maaf”, itu yang dapat saya katakan ketika sepanjang perjalanan ternyata bukan hutan lebat dan hijau yang terihat seperti dalam benak saya, melainkan kalimantan yang sudah tandus, panas dan kurang perhatian akibat bertahun-tahun bahkan mungkin beberapa dekade dieksploitasi. Yang terlihat hanya ladang luas, yang kebanyakan kebun kelapa sawit, kebun karet dan pohon-pohon kecil, bahkan banyak pohon sawit yang sudah tidak produktif atau sudah mati ditinggalkan begitu saja. Hanya beberapa pohon besar yang tertinggal yang umurnya sudah ratusan tahun, itupun bisa dihitung dengan jari. Banyak juga lahan rusak di pinggiran sungai yang kabarnya akibat penambangan emas liar. hutan kalimantan yang konon merupakan paru-paru dunia seakan tidak pantas lagi disebut demikian. Yah... tidak banyak bahkan tidak ada yang saya bisa lakukan selain menyaksikan kehilangan yang begitu besar terhadap hutan Kalimantan. Mudah-mudahan jadi “majorpending items” untuk kita semua terutama yang pihak terkait untuk mengembalikan hutan kalimantan yang pernah kita banggakan.

foto kondisi sebagian Kalimantan Barat via Google maps (dokpri)
foto kondisi sebagian Kalimantan Barat via Google maps (dokpri)
Begitulah sekilas tentang kondisi di Kalimantan Barat yang membuat saya kecewa. Saya jadi ingat kejadian Aktor Hollywood Harison Ford yang marah kepada menteri Kehutanan Zulkifli Hasan saat itu setelah melihat kondisi hutan Indonesia yang menyedihkan  (LIHAT). Kembali ke penugasan saya di awal. Misi saya ke Sintang yaitu untuk mengawal pembangunan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sintang yang berkapasitas 3 x 7 MW yang merupakan program pemerintah dalam rangka mempercepat diversifikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik dari bahan bakar minyak ke non bahan bakar minyak untuk kebutuhan tenaga listrik.

kondisi listrik di kalimantan barat tidak seperti kondisi listrik di pulau Jawa, bahkan masih jauh jauh sangat tertinggal banget. Bayangkan saja, Total beban puncak hingga akhir Desember 2016 diperkirakan sebesar 325 MW. (Coba Lihat). Ingat, ini TOTAL, untuk 1 propinsi pula.... saya pernah ditugaskan di proyek PLTU Labuan Banten yang berkapasitas 2 unit x 300 MW. istilah Jawanya "Jomplang" banget. Belum lagi sistem kelistrikan di propinsi ini belum interkoneksi. Kabupaten Sintang sendiri mempunya beban puncak hanya sekitar 23 MW (LIHAT). jadi dengan adanya PLTU, diharapkan akan menambah pasokan listrik sekaligus mengurangi penggunaan PLTD yang digunakan di Sintang.

Proyek pembangunan PLTU Sintang ini dilaksanakan oleh Kontraktor PT Adhikarya. Untuk menuju ke lokasi proyek yang berjarak +/- 8 km dibutuhkan waktu 15-45 menit dari pusat kota Sintang. koq rentang waktunya begitu panjang ya...!!! (15-45 mnt), ini juga karena kondisi jalan yang rusak dan diperparah bila hujan turun. Kebanyakan personel kontraktor berasal dari luar kalimantan, begitupun tim kami dari PLN. kebanyakan berasal dari luar kalimantan, hanya tenaga administrasi dan pendukung saja orang lokal. 

Untuk menuju lokasi proyek ini merupakan perjuangan tersendiri, apalagi pada saat musim hujan. Asli OFFROAD. kami dan personel kontraktor memilih untuk tinggal di kota untuk memudahkan akses ke dunia luar luar, akses informasi (sinyal) juga untuk memudahkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. karena saat berada di lokasi proyek, maka akses ke dunia luar akan sangat terbatas.

kondisi jalan menuju proyek saat kondisi jalan basah (i1os.com)
kondisi jalan menuju proyek saat kondisi jalan basah (i1os.com)
Pembangunan PLTU Sintang (3 x 7 MW) ini tadinya dijadwalkan selama 2 tahun 2 bulan terhitung sejak 10 Desember 2010 s.d 10 Feb 2013, namun kenyataannya sampai sekarang (Oktober 2016) belum juga selesai. bahkan saat ini saya sendiri sudah tidak bertugas lagi di Sintang, saat ini saya bertugas mengawasi proyek PLTU Barru. Sulawesi Selatan. Banyak kendala yang dihadapi kontraktor saat pelaksanaan. mulai dari mobilisasi material, akses ke lokasi, pendanaan, sosial, keadaan tanah, lingkungan hingga cuaca.

Material proyek yang kuantitinya sangat besar hanya dapat dilakukan melalui laut dan sungai. Sungai Kapuas yang menjadi satu-satunya akses untuk mobilisasi material pun tidak selalu dapat dilalui, untuk mengirim material menuju Sintang, tongkang harus melalui sungai Kapuas. Jika musim kemarau, debit kapuas akan berkurang, ini mengakibatkan tongkang kandas di daerah-daerah tertentu dan pengiriman pun tidak dapat dilakukan. namun bila musim penghujan, debit Kapuas akan meningkat dan aliran sungai juga deras. ini menyulitkan pengiriman material karena harus melawan arus sungai yang deras. jadi harus menunggu saat yang tepat untuk melakukan pengiriman, itupun hanya tersedia beberapa bulan saja dalam setahun.

permasalahan tidak hanya sampai disitu, bila musim penghujan, alat-alat berat tidak dapat bekerja karena kondisi tanah yang sangat lembek. ini pernah menjadi perhatian tim proyek, sehingga dilakukan penelitian oleh UI terhadap kondisi tanah di lokasi proyek. hasil dari penelitian menunjukkan memang benar bahwa tingkat "Plastisitas" tanah lokasi proyek sangat tinggi. ini artinya tanah jenis ini akan sangat sangat lunak bila terkena air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun