Mohon tunggu...
Azzura Mufida
Azzura Mufida Mohon Tunggu... Perawat - Mahasiswa UPN "VETERAN" JAKARTA

Very Demure Very Mindful

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Seks Bebas: Keterbukaan atau Kehilangan Nilai?

21 September 2024   23:39 Diperbarui: 21 September 2024   23:48 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Budaya Seks Bebas: Keterbukaan atau Kehilangan Nilai?

Azzura Mufida_ 2310711114

          Fenomena seks bebas di kalangan remaja menjadi isu yang semakin penting untuk dibahas dalam konteks sosial saat ini. Perilaku ini tidak hanya mempengaruhi individu, tetapi juga berimplikasi pada masyarakat secara keseluruhan. Esai ini akan mengeksplorasi aspek keterbukaan dan potensi kehilangan nilai yang muncul dari budaya seks bebas. Masa remaja merupakan periode transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, di mana individu mengalami berbagai perubahan signifikan, baik secara fisik maupun emosional. Pada masa ini, remaja mulai mengembangkan rasa penasaran tentang hubungan, identitas seksual, dan keterbukaan terhadap berbagai bentuk eksplorasi diri. Namun, salah satu tantangan terbesar yang muncul dalam masyarakat modern adalah budaya seks bebas, yang semakin terbuka di kalangan remaja. Budaya ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah keterbukaan tersebut merupakan langkah menuju pemahaman yang lebih baik tentang seksualitas, atau justru mencerminkan hilangnya nilai-nilai moral dan budaya?

      Sebuah studi di Kecamatan Maligano, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, menunjukkan bahwa perilaku seks bebas telah menjadi hal yang umum di kalangan remaja. Penelitian ini menggunakan metode snowball sampling dan purposive sampling untuk mengumpulkan data dari remaja yang terlibat dalam perilaku tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa antara 20-30% remaja mengaku pernah berhubungan seksual, dengan angka tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun. Sayangnya, perilaku ini membawa dampak serius baik dari segi kesehatan fisik maupun psikologis. Di tingkat fisik, remaja yang terlibat dalam seks bebas berisiko mengalami kehamilan tidak diinginkan dan tertular penyakit menular seksual (PMS), seperti HIV/AIDS.      

          Secara psikologis, remaja yang terlibat dalam perilaku seks bebas sering kali merasakan perasaan bersalah, malu, dan rendah diri, terutama ketika terjebak dalam situasi kehamilan di luar nikah. Mereka juga menghadapi stigma sosial yang kuat, yang dapat menyebabkan depresi dan gangguan mental lainnya. Banyak di antara mereka yang kemudian putus sekolah, sehingga masa depan mereka terancam oleh keputusan yang mereka ambil di masa remaja. Budaya seks bebas di kalangan remaja dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah keterbukaan terhadap informasi yang kurang terkontrol. Di era digital ini, remaja dengan mudah dapat mengakses konten-konten berbau seksual dari internet dan media sosial. Sayangnya, banyak dari informasi tersebut yang tidak disertai dengan edukasi yang benar, sehingga memperburuk pemahaman remaja tentang seksualitas. Remaja juga cenderung mendapatkan tekanan dari teman sebaya untuk mengikuti tren yang sama. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang memiliki pengetahuan rendah tentang kesehatan reproduksi lebih rentan terlibat dalam perilaku seks bebas.

          Selain itu, kurangnya peran orang tua dalam memberikan pendidikan seks juga berkontribusi pada maraknya seks bebas di kalangan remaja. Banyak orang tua yang merasa tidak nyaman atau menganggap topik ini tabu untuk dibahas. Akibatnya, remaja tidak mendapatkan informasi yang benar dari sumber yang terpercaya, sehingga mereka lebih bergantung pada informasi yang mereka dapatkan dari lingkungan sosial dan media. Edukasi seksual yang komprehensif merupakan salah satu solusi utama untuk menanggulangi budaya seks bebas di kalangan remaja. Pendidikan ini tidak hanya harus mencakup aspek biologis dari reproduksi, tetapi juga harus membahas nilai-nilai moral, sosial, dan psikologis yang terkait dengan seksualitas. Pendidikan seks yang tepat dapat membantu remaja memahami risiko yang ada, sekaligus memberikan mereka keterampilan untuk membuat keputusan yang bijak mengenai hubungan dan seks.

            Sekolah dan orang tua harus bekerja sama untuk memberikan pendidikan seksual yang tepat bagi remaja. Di sekolah, kurikulum kesehatan reproduksi dapat dilengkapi dengan program penyuluhan yang melibatkan para ahli. Metode interaktif seperti diskusi kelompok, pemutaran video edukasi, dan role-playing telah terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran remaja tentang seksualitas. Di sisi lain, orang tua harus lebih terbuka dan proaktif dalam membicarakan seksualitas dengan anak-anak mereka, sehingga informasi yang mereka terima tidak hanya dari media, tetapi juga dari figur otoritas yang dapat dipercaya. Walaupun keterbukaan terhadap informasi tentang seksualitas adalah bagian dari perkembangan masyarakat modern, hal ini tidak boleh mengakibatkan hilangnya nilai-nilai moral yang penting. Penting bagi masyarakat untuk tetap menanamkan nilai-nilai moral dalam konteks seksualitas, sehingga keterbukaan tidak berubah menjadi kebebasan yang tidak bertanggung jawab. Keseimbangan antara keterbukaan informasi dan penghargaan terhadap nilai-nilai moral harus terus dijaga, terutama dalam mendidik generasi muda tentang seksualitas. Budaya seks bebas di kalangan remaja adalah masalah yang kompleks, yang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk keterbukaan informasi, pengaruh teman sebaya, dan kurangnya edukasi seksual yang memadai. Namun, dengan pendekatan pendidikan yang tepat dan keterlibatan aktif dari orang tua, guru, serta masyarakat, budaya ini dapat diredam tanpa harus mengorbankan nilai-nilai moral yang penting. Edukasi seksual yang komprehensif akan memberikan remaja pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menghadapi tantangan dunia modern, sambil tetap menjaga integritas moral mereka.

Referensi 

Hamka, M., Hos, H. J., & Tawulo, M. A. (2021). Perilaku Seks Bebas di Kalangan Remaja:           

              Studi di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Jurnal                        

              Penelitian Sosial, 6(2), 58--62.

Nata, S. A., Nurdalifah, N., Nopiyanti, N., & Rusmawati, R. (2023). Hubungan Pengetahuan.             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun