Pendidikan komunikasi Islam dalam doktrin Islam semuanya bersumber dari al-Qur'an dan al-Hadits. Kedua sumber itu merupaka sesuatu yang fundamental dan asasi dan keduanya sebagai syariat Islam yang mengatur seluruh kegiatan manusia di muka bumi. Mulai dari hubungan kepada Allah SWT sampai pada hubungan manusia dengan lingkungan.
Pendidikan adalah komunikasi yang mengandung arti bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri dari atas manusia, yakni pengajar bertindak sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Perbedaan antara komunikasi dengan pendidikan terletak pada tujuannya atau efek yang diharapkan. Tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan pendidikan sifat khusus. Kekhususan inilah yang dalam proses komunikasi melahirkan istilah-istilah khusus seperti penerangan, propaganda, indoktrinasi, agitasi, dan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah lebih khusus, yakni meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai suatu hal sehingga ia menguasainya.
Akan tetapi pendidikan itu memerlukan usaha yang bersifat berkesinambungan karena berkaitan dengan pembentukan karakter individu yang sempurna,beriman, mengabdi kepada Allah SWT, serta memiliki ilmu pengetahuan untuk mengelola alam. Usaha yang berkesinambungan untuk mendidik anak itu juga dianjurkan oleh Rasulllah SAW.
Dengan demikian orang tua dituntut memberikan pendidikan kepada anak dengan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan syariat Islam. Memberikan edukasi kebaikan dengan bentuk pesan religuitas mengurai segala bentuk anjuran agama dalam aplikasi kehidupan. Tidak ada manusia yang dilahirkan secara genius akan tetapi lingkunganlah yang dapat membekalinya dengan berbagai pengetahuan dan sebaliknya lingkungan pulalah yang membuatnya tidak mengerti.kepada orang tua dan para pendidik karena mereka itulah yang paling berperan dalam memberikan bimbingan kepada manusia, mencerdaskan putra-putri asuhannya yang berarti meskipun tidak formal bertugas mengasuh putra-putrinya mulai bayi sampai dewasa dengan menciptakan suasana lingkungan keluarganya yang menyenangkan.
Pendidikan sebagai tugas orang tua dan guru dengan sendirinya harus berlangsung secara imitasi, yang berarti para orang tua ikut melatih dan mengawasi pelajaran putra-putrinya dalam hubungannya dengan yang diperoleh di sekolah. Sebaliknya para pengajar di lembaga formal turut membimbing intelektualitas serta moralitas anak dan menciptakan lingkungan yang menyenangkan, yang bebas dari hal-hal negatif. Sehingga anak dapat terbimbing dan memiliki kepribadian mulia serta tanggung jawab dalam melaksanakan semua tugasnya.
Pendidikan yang terjadi di lingkungan keluarga merupakan aktualisasi dari pemahaman orang tua terhadap makna pendidikan yang disampaikan. Bimbingan yang diberikan orang tua kepada anak dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada anak tentang sesuatu yang bermanfaat, maka hal itu merupakan proses pendidikan. Perbincangan yang terjadi antara orang tua dan anak apabila dimaksudkan untuk memberikan bimbingan, itu merupakan proses pendidikan. Pendidikan tidak akan terjadi tanpa ada interaksi komunikasi antara orang tua dan anak. Pendidikan dan komunikasi merupakan dua hal yang saling berkaitan apabila komunikasi dapat mmbaca dan mengerti pesan yang disampaikan.
      Keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Menurut Hasbullah, suasana pendidikan keluarga ini sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa di dalam perkembangan individu selanjutnya. Betapa besar peranan orang tua terhadap anaknya . Bagi seorang anak, keluarga merupakan persekutuan hidup pada lingkungan keluarga tempat ia menjadi diri pribadi. Keluarga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya. Dapat diungkapkan bahwa keluarga merupakan tempat belajar bagi setiap individu yang dilahirkan untuk berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang tertinggi.
Sebelum mereka dewasa, orang tua mempunyai peranan penting dan utama bagi anak-anaknya. Orang tua memberikan contoh yang baik dalam mendewasakan mereka karena mereka pada umumnya mempunyai sifat imitasi kepada orang tuanya. Menumbuhkan contoh yang baik dari orang tua seperti menumbuhkan sikap egaliter dan demokratis dalam keluarga, memberikan sugesti kepada mereka melalui pergaulan yang bersifat kasih saying. Pendidikan komunikasi dalam bahasan ini menghendaki bahasa dan sikap orang tua menunjukkan nilai bimbingan edukatif terhadap anak sehingga mereka berprilaku sopan, ramah, tertib, tidak nakal dan memiliki kepribadian mulia.
Keluarga sebagai tempat pertama dan utama dalam pembinaan pendidikan anak dapat memulai pembinaannya dalam bentuk komunikasi verbal dengan merealisasikan bahasa yang baik dan terpuji dihadapan anak. Hal itu dilakukan karena bahasa dapat membentuk nalar seseorang dan menjadi pembentukan pola pikir seseorang, mengandung makna kognitif dan konatif, maka pendidikan yang diterapkan orang tua menuturkan bahasa yang mengandung makna dan disesuaikan dengan perkembangan dan pemikiran anak, sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima anak dan tidak mengabaikannya. Kondisi ini dimungkin anak pada realitasnya dapat memproses pesan yang disampaikan dan menerapkannya dalam pergaulan kehidupan sehari-hari.
Berkaitan dengan pendidikan komunikasi Islami dalam keluarga rangsangan bahasa (verbal) dan rangsangan tingkah laku (non-verbal) memberikan dampak pada perkembangan dan pertumbuhan anak, tidak hanya sampai di situ bahkan sampai pada sikap dan perilaku anak. Kedua bentuk ini diakomodir oleh keluarga khususnya kedua orang tua dalam memberikan bimbingan pendidikan kepada anak. Ungkapan lewat bahasa harus singkron dengan tindakan yang dilakukan orang tua dalam pergaulan sehari-hari dengan anak, bahkan  Al-Qur'an pun memberikan gambaran bahwa ucapan dan tindakan harus sesuai bahkan Allah SWT memberikan kemurkaan kepada orang-orang yang melakukan salah satu diantaranya dan mengabaikan salah satunya dengan firman-Nya dalam (QS. Al-Shaff ayat 2-3).
Hubungan dengan berfikir dalam pendidikan, konsep suatu bahasa) cenderung menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu. Meskipun kita dapat berpikir tanpa bahasa, bahasa terbukti mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan. Ungkapan ini mengindikasikan bahwa bahasa verbal dalam pendidikan dapat mempermudah kemampuan belajar seseorang. Melalui bahasa, seseorang belajar mengkomunikasikan pemikiran kepada orang lain dan menerima pemikiran orang lain. Singkatnya, seseorang tidak selalu berpikir dengan kata-kata, akan tetapi sedikit sekali manusia dapat berpikir tanpa kata-kata. Harus diingat secara konsekuen di sini bahwa ada kata-kata yang dapat menghambat proses berpikir diakibatkan adanya kebingungan dalam mengartikulakisan kata-kata.