Perbuatan curang dalam permainan catur semakin merajalela. Baru saja komunitas catur duniadikagetkan dengan berita Gaioz Nigalidze yang tertangkap basah karena berbuat curang di Dubai Open 2015. Grandmaster asal Georgia ini, kepergok menganalisis partai caturnya di sebuah telepon genggam yang disembunyikan di dalam toilet.
Terbongkarnya kecurangan Nigalidze berawal dari kecurigaan lawan mainnya, Tigran Petrosian. Setelah menyelesaikan satu langkah, Nigalidze hampir selalu pergi ke toilet, yang tentu saja membuat Petrosian curiga. "Saya melihat dia selalu masuk ke bilik toilet yang sama, padahal dua bilik lainnya kosong," kata Petrosian, yang juga bergelar Grandmaster, seperti dikutip Mirror.co.uk (13/4).
Petrosian kemudian memberitahukan kecurigaannya ini pada wasit. Saat lawannyakembali pergi ke toilet,dia segera diikuti. Wasit kemudianmenemukan sebuah telepon genggam yang disembunyikan di balik tisu toilet. Nigalidze membantah ponsel itu adalah miliknya. Namun saat diperiksa, di dalam ponsel itu terdapat akun media sosial atas namanya.
Cheating di India
Kini berita yang sama datang dari India. Pada babak ke lima turnamen catur Dr. Hedgewar Open 2015 yang berlangsung di Delhi, Dhruv Kakkar berusia 19 tahun tertangkap basah setelah ditemukan dua ponsel diikatkan ke kedua kakinya, dan mikro-speaker di telinga kirinya sesaat setelah dia mengalahkan GM veteran India asal Mumbai, Pravin Thipsay.
Anak muda ini sebelumnya telah mengalahkan dua pecatur kuat seperti Deepak Katiyar dan Abhishek Das sebelum bertemu GM Pravin Thipsay.
Berapakah elo rating Dhruv Kakkar? Hanya 1517 sementara elo rating GM Thipsay 2409. Selisih rating yang hampir mencapai 900 ini tentu tidak suli bagi GM ini untuk melumat lawannya.
Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Thipsay malah kalah setelah pertandingan berjalan alot selama 87 langkah. Sebelumnya, Thypsay telah menyampaikan keluhannya kepada wasit.”Saya menyaksikan bahwa dia hanya membutuhkan sekitar dua menit untuk setiap langkah yang dilakukannya. Apakah itu langkah yang rumit atau hanya sekedar langkah sederhana, misalnya memakan dengan bidak,” kata Thipsay.
“Tetapi wasit meminta saya untuk terus melanjutkan. Pada langkah ke 29, saya jelas akan kalah dan memilih untuk menawarkan remis. Tetapi dia segera menolak tawaran itu,” tambah Thipsay.
Kecurigaan saya bertambah besar setelah dia tidak melihat langkah menang mudah yang sangat sederhana, seakan-akan dia menunggu konfirmasi dari seseorang,” tambah Thipsay lagi.
Akhirnya, setelah Thipsay merubuhkan Rajanya tanda menyerah, dia segera melihat kearah wasit dan Kakkar langsung digiring ke kantor turnamen untuk diinterogasi.
Wasit kepala Dharmendra Kumar kemudian memberi penjelasan: "Saya pertama sekali memeriksa tasnya dan menemukan sepasang baterai. Kemudian, setelah tubuhnya digeledah, saya menemukan loop, sesuatu yang tampak seperti liontin India di lehernya dan tersembunyi di bawah kemejanya. Saya kemudian menemukan sabuk, baterai dan kabel. Di bawah celananya saya menemukan dua ponsel, satu di setiap kaki, tepat di atas pergelangan kaki, diikat dengan pita plastik. "
Sebuah mikro-speaker yang diselipkan di telinga kiri membantunya mendengarkan langkah yang disarankan oleh temannya bernama Shubham, yang duduk di depan komputer menggunakan software catur 'Fritz', sekitar 220 km jauhnya dari lokasi pertandingan di Yamuna Nagar.
Kakkar adalah mahasiswa jurusan teknik tahun kedua di Electronics JMIT di Yamuna Nagar. Dia kemudian membuat pernyataan tertulis mengakui perbuatan curangnya.
Dia juga mengakui bahwa dia menggunakan alat yang sama untuk memenangkan empat babak sebelumnya.
"Saya membuat sendiri perangkat ini dan berlatih dengan teman saya selama tiga hari sebelum menggunakannya dalam turnamen ini,” kata Kakkar.
Dia menambahkan, "Shubham akan menanyakan langkah yang dibuat oleh lawan saya. Saya akan menekan kaki saya di tanda setuju jika langkah yang diminta oleh teman saya adalah langkah yang benar. Dia kemudian akan membacakan pilihan terbaik yang disarankan oleh 'Fritz', dan itu yang saya jalankan.”
Kepala wasit segera mengusir Kakkar dari turnamen. Tindakan dari Federasi Catur India (AICF) masih ditunggu.
Seorang pecatur seperti Abhishek Das yang sudah memiliki tiga norma IM dan tinggal memenuhi syarat mendapatkan 2400 tetapi karena dia dikalahkan Kakkar membuatnya kehilangan hampir 20 poin. Untuk mendapatkan poin sebesar ini, dia harus menunggu turnamen baru selama beberapa bulan atau bahkan tahunan.
Diharapkan FIDE segera mengambil tindakan konkrit atas perbuatan curang seperti ini karena masalahnya sudah sangat serius. Kakkar mungkin bisa dihukum seumur hidup tetapi bagaimana dengan nasib rating poin pecatur yang “dicurinya?”.
Sumber:The Hindu 30/4/2015
Foto: Chess Club Live, Chesscom
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H