Menciptakan Striker
Muara dari kompetisi adalah tim nasional, setidaknya begitu aturan bakunya. Para pemain  yang berkompetisi mewakili klub masing-masing akan  dipantau dengan cermat oleh pelatih yang ditunjuk menangani timnas.
Saat dibutuhkan untuk mewakili negara mengikuti suatu turnamen resmi maupun tidak resmi, maka pelatih tinggal memanggil pemain terbaik diposisi masing-masing untuk  membentuk timnas dan melakukan pelatnas jangka pendek, bukan pelatnas jangka panjang yang mengganggu jalannya roda kompetisi. Timnas U19 melakukan pelatnas maha panjang karena mereka tidak punya wadah seusia mereka untuk berkompetisi dengan teratur.
Jangan harap timnas kita diberbagai jenjang usia akan mempunyai striker yang jago  menciptakan gol bila kompetisinya mandek. Timnas senior kedepan tidak akan lagi punya striker mumpuni karena pemain lokal berbakat diposisi ini hanya jadi pecundang di klub.
PSSI harus mengambil sikap yang progresif  untuk mengatasi kelangkaan produksi striker ini. Caranya, ya, itu tadi, putarlah kompetisi yang teratur dan berjenjang seperti kompetisi U14, U16, U17, U-18, U19 dan seterusnya. Seharusnya, PSSI mewajibkan Pengurus Cabang (Pengcab) untuk rutin menggelar kompetisi kelompok umur di wilayah masing-masing
Batasi pemain asing diposisi striker di  ISL. Bila perlu, posisi striker hanya boleh diisi oleh pemain lokal. Percayalah, stadion tetap akan penuh meskipun tanpa hadirnya  striker asing.
Persib Bandung telah membuktikannya dengan menjuarai kompetisi Indonesia Super League 2013/2014. Tanyakan juga hal ini kepada Aremania, Jack Mania dan  Bonek Mania  maka mereka akan menjawabnya serentak: Ooo yeee…
Kalau tidak, kita akan menyaksikan striker  asing yang akan terus merajalela sebagai pencetak gol terbanyak  di Liga Super Indonesia seperti Emmanuel Kenmogne (Persebaya) dengan 25 gol, Herman Dzumafo Epandi (Mitra Kukar) 13 gol, Alberto Goncalves (Arema) 12 gol dan Esteban Viscara (Semen Padang) 10 gol.
Ada sebenarnya alternatif  lain untuk mendapatkan striker handal. Di Indonesia, Sekolah Sepakbola (SSB)  sudah seperti jamur yang tumbuh di musim hujan. Banyaknya SSB yang muncul saat ini seharusnya membuat  PSSI tergerak untuk membuat wadah kompetisi yang mempertandingkan setiap SSB, karena ini merupakan sumber pemain masa depan timnas yang luar biasa.
Sayang,  PSSI malah fokus kepada kompetisi   Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama, tetapi tidak memikirkan wadah yang menghasilkan pemain seperti  SSB. Fokus pembinaan seharusnya wajib  dilakukan karena sepakbola di Indonesia peminatnya sangat banyak, dan sangat melimpah pula bibit-bibit muda yang bermunculan.
Hayolah PSSI, jangan abaikan masalah ini. Bangun dan kerja, kerja, kerja.
Foto: Sidomi.com