Mohon tunggu...
Henry
Henry Mohon Tunggu... Konsultan - Talks about #triplebottomline, #educationequality, #customerexperience, #sustainabilitystrategy, and #businesscontinuitymanagement

Beyond Imagination | Digital and Aviation Enthusiast | Passionate in Customer Experience and Sustainable Development |

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Keseimbangan antara Keuntungan dan Keberlanjutan

11 April 2022   08:10 Diperbarui: 11 April 2022   08:21 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) telah ditetapkan dalam agenda PBB untuk manusia, planet, dan kemakmuran, mencapai masyarakat yang sejahtera, inklusif, dan berkelanjutan untuk semua pada tahun 2030. SDG  sendiri telah diratifikasi oleh 193 negara di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada September 2015.

Sehingga untuk dapat menjadi sebuah aksi bersama perlu untuk melibatkan bisnis atau penggiat ekonomi. Karena bagi banyak perusahaan bisnis, pembangunan berkelanjutan berarti mengadopsi strategi bisnis dan kegiatan yang memenuhi kebutuhan perusahaan dan pemangku kepentingan sambil melindungi, mempertahankan dan meningkatkan sumber daya manusia dan alam yang akan dibutuhkan di masa depan. 

Menurut mantan Sekretaris Jenderal PBB waktu itu Ban Ki-Moon (2007-2016), bisnis atau korporasi adalah mitra penting dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Perusahaan dapat berkontribusi melalui kegiatan inti, dan PBB  meminta perusahaan di mana pun untuk menilai dampaknya, menetapkan tujuan yang ambisius, dan mengkomunikasikan secara transparan tentang hasilnya."

Dorongan lembaga dunia yaitu Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai hasil dari riset atas perubahan iklim merupakan hal yang masuk akal dan meminta kepada seluruh negara anggotanya untuk berkomitmen dalam mewujudkan keberlanjutan dan kelangsungan 

Korporasi pada dasarnya adalah sebuah firma bisnis untuk berkegiatan ekonomi dengan melakukan pengolahan dan menggunakan sumber daya alam sehingga memberikan nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan bagi pemilik perusahaan maupun para pemegang saham. 

Dari sisi yang lain, perubahan alam yang demikian besar dalam beberapa waktu terakhir memberikan ancaman bagi kelangsungan kegiatan ekonomi perusahaan itu sendiri karena terdapat risiko atas kemungkinan berkurangnya sumber bahan baku akibat ekstraksi yang terus menerus guna menghasilkan keuntungan ekonomi atau cuan dalam istilah yang sering diutarakan oleh para netizen. Dan hal ini pula mengancam keberlangsungan dari perusahaan serta pemegang sahamnya. 

Hari ini pun saya membaca diskusi terkait ragam istilah terkait dengan sustainability. Dimana pada tulisan saya pada bagian pertama sudah saya sampaikan berbagai terminologi dan definisinya dari beragam sudut pandang dan kepentingan. Baik TBL (Triple Bottom Line), CSV, ESG adalah istilah yang digunakan untuk kepentingan berbagai sudut pandang. 

Demikian juga dengan istilah CSR, yang mengedepankan dampak akan reputasi perusahaan kepada publik. Namun sering kali menjadi bahan untuk melakukan sosial marketing atau pemasaran sosial. 

Perbedaan mendasar adalah bahwa CSR adalah tentang melakukan sesuatu yang terpisah dari bisnis dan CSV adalah tentang mengintegrasikan dampak sosial dan lingkungan ke dalam bisnis, menggunakan integrasi itu untuk mendorong nilai ekonomi.

Nah dikarenakan keberlanjutan merupakan agenda bersama, yaitu agenda dunia melalui pesan yang disampaikan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa dengan Pembangunan Berkelanjutan yang memerlukan kontribusi bisnis yaitu perusahaan perusahaan yang melakukan aktivitas ekonomi dan juga berperan pada perubahan iklim terkait proses produksi maupun penggunaan sumber daya alam dan tentu lagi adalah pemegang saham sebagai pemodal yang menginginkan investasinya untuk terus berlanjut bagi masa depan. 

Maka terminologi terminologi yang mencuat tersebut tidaklah untuk diperdebatkan ataupun di diskusikan. Namun untuk dijalankan dengan kolaborasi bersama. Karena akhirnya adalah untuk menunjang kesinambungan dan keberadaat umat manusia bersama dengan perangkatnya bagi dari sisi kesehatan, kesejahteraan maupun keseimbangan baru dengan sumber daya bumi yang sudah jauh lebih terbatas dibandingkan 100 tahun silam pada masa awal era industri. 

Menjadi kewajiban kita pelaku usaha, masyarakat, dan dunia untuk bergandeng tangan sebagaimana umat dunia, mempertahankan spesiesnya pada saat pandemi covid19 yang mampu menghentikan denyut nadi kegiatan yang ada di dalamnya. Dan kali ini dorongan nya akan semakin besar karena tidak mengenal negara maju maupun negara berkembang. Taruhannya adalah umat manusia. Pelaku usaha harus mendamaikan nafsu ekonominya untuk lebih memberikan keseimbangan bagi kesejahteraan semua. Namun kita hanya memiliki satu tempat tinggal, yaitu bumi. 

Lebih lengkap di  https://catatanpinggir.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun