Mohon tunggu...
Karyati
Karyati Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar menjadi pembaca terbijak

ok

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perkuat Peserta Didik dengan Budaya Literasi

19 Maret 2019   10:15 Diperbarui: 19 Maret 2019   10:27 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemerintah provinsi dan Pemerintah kabupaten/kota sebagai pengawas sistem perbukuan perlu mengadakan training attitude. Training attitude ini bertumpu pada sumber daya manusia sebagai penggerak budaya literasi. Training attitude ini bertujuan agar peserta didik, guru, orang tua dan lingkungan mengetahui betul bagaimana cara menjadi penggerak budaya literasi yang baik dan benar. Dengan adanya training attitude diharapkan peserta didik dapat mengetahui betul betapa mewahnya melewati hari berteman dengan bacaan.

Kiat selanjutnya, dalam menyukseskan gerakan budaya literasi. Perlu adanya Training skill yang diadakan oleh guru untuk peserta didik. Tujuan training skill dapat memupuk peserta didik agar dapat mempertahankan daya tahan/konsistensi budaya literasi dari awal hingga akhir. Tidak hanya bersemangat di awal tetapi lemah dikemudian hari.

Strategi berikutnya peserta didik, guru, dan orang tua dapat mengalokasikan waktu untuk membaca setiap hari minimal 10 -- 15 menit. Kegiatan membaca 10 -- 15 menit yang dilakukan setiap hari sebagai pondasi dari budaya literasi. Sehingga, kecintaan dalam membaca tidak pernah luntur.

Setelah mampu menguasai hari dengan membaca minimal10 -- 15 menit. Peserta didik dapat  membuat target membaca. Target membaca bagi peserta didik dapat diawasi oleh guru. Salah satu indikator pendidikan yang berkualitas di sebuah Negara adalah kurikulum, sistem penilaian, dan buku teks pelajaran. Namun, seperti apapun kurikulum dan sistem penilaian kunci utama di lapangan adalah guru. Persis dengan budaya literasi, peserta didik tidak akan berhasil membuat target membaca tanpa adanya peringatan dari guru.

Terakhir, peserta didik berdiskusi dan bergabung dengan komunitas. Komunitas ini menunjang peserta didik untuk selalu mengingat pentingnya dan manfaatnya membaca. Disini lah peran penting orang tua dan lingkungan sebagai benteng pertahanan peserta didik pada budaya literasi.

Budaya literasi sebagai jati diri suatu bangsa. Sebagimana yang diungkapkan oleh Sastria Dharma penulis buku Iqra (Jawa Post, 30 Agustus 2016 halaman 31) mengatakan bahwa membaca adalah keterampilan paling penting, satu-satunya untuk bahagia, produktif, dan berhasil. Maka jangan pernah membiarkan hari tanpa membaca sebab dengan membaca setiap harinya akan bertambah ilmu.

Perintah membaca juga sebagai wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, jangan pernah ragu mencintai bacaan. Mulailah untuk dapat menjadi penggerak literasi sepanjang hanyat baik peserta didik, guru, orang tua, dan lingkungan setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun