Mohon tunggu...
Ghulam Nurul Wildan
Ghulam Nurul Wildan Mohon Tunggu... -

masih jadi pelajar yang tak kunjung pandai

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nasihat Tuhan untuk Sulaiman Kecil

30 Agustus 2014   23:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:03 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat malam, kembali lagi menulis. bahasan kali ini akan berbeda dengan sebelumnya. kalau tulisan yang kemarin membahas masalah cinta dan kehidupan remaja, yang ternyata menuai banyak kecaman, tatkala saya dihujat. "wah, belum punya pacar kok malah, ngomongin cinta bulshit banget, lam". sambil sedikit tertawa, saya menjawab nya. "ya, ndak apa2 setidaknya sdah punya pengalaman seperti itu, dan juga dapat curahan hati dari beberapa teman tentang hal itu. yah, biasalah pro-kontra dalam penulisan selalu muncul, dan itu diperlukan sebagai satu evaluasi kedepan.

kali ini, sedikit akan membahas bagaimana pentingnya satu ilmu pengetahuan sebagai pijakan setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari - hari. ilmu pengetahuan menjadi bahasan yang menarik apabila kita bisa mengkajinya secara mendalam. sore tadi, dibawah gubuk sekitar taman yang berada di tempat persinggahan (baca: kos). penulis duduk santai bersama dua orang sahabat karib yang ada di kampus. sembari menikmati mie ayam yang sudah di pesan sejak lama dan juga segelas perasan jeruk berada di meja hidangan (baca: meja makan). awalnya pembicaraan hanya berkutat pada suasana sore yang indah nan sejuk di tengah taman, tanpa ada pembicaraan yang serius akan diberlangsungkan. bermula dengan pembahasan pemimpin, melihat fenomena yang sekarang lagi in nya untuk dibahas. entah pemimpin yang ditataran mahasiswa ataupun yang ada di panggung politik sesungguhnya yaitu demokrasi di indonesia. kritik tajam selalu bermunculan manakala salah satu pemimpin tidak bisa berjalan sesuai dengan janji dan kontrak dengan rakyat ketika dikampenyakan, persetan itu pada keadaan real demokrasi atau tataran mahasiswa. memang itu menjadi satu bentuk yang lazim apabila mahasiswa sukanya mengkritik keadaan sekitar dan juga menjadikan nya sebagai ajang pemanasan sebelum mereka turun ke panggung yang sebenarnya yaitu masyakrat luas. menurut antonio garmsci, intelektual terbagi menjadi dua, yaitu intelektual organik dan juga intelektual tradisional. Intelektual tradisional berati mereka yang secara terus menerus melakukan hal yang sama dari generasi ke generasi. Mereka adalah penyebar ide dan mediator antara massa rakyat dengan kelas atas. Contoh dari mereka adalah ilmuwan,seniman, para filsuf, dsb. Intelektual kedua menurut Gramsci adalah intelektual organik, sosok personifikasi yang gigih dalam perenungannya, reflektif atas konteks historisnya dan revolusioner memperjuangkan manifest perenungannya bagi kaumnya. Intelektual organik merupakan sebutan bagi intelektual-akademisi yang mendedikasikan proses pembelajarannya sebagai upaya membuka ruang atas terjadinya gap antara teori dan praktik. Bagi mereka, tidak cukup peran intelektual jika hanya diapresiasikan lewat buku semata. Sebaliknya, lebih dari itu, perannya bagi pemberdayaan masyarakat adalah satu kewajiban yang mutlak. dari situ asal mula kenapa mahasiswa harus kritis, analitis, dan juga solutif. tidak berhenti hanya memberikan kritikan saja melainkan jga melahirkkan solusi.

Sesaat penulis pernah melihat salah satu video dari program tv nasional yang penulis kira hal itu sangat inspiratif sekali. dimana yang menjadi pembicara pada waktu salah satunya adalah seorang negarawan yang sudah "kenyang" dengan pengalaman yang ada di pemerintahn, mulai dari legislatif, lanjut dengan eksekutif terus yudikatif. hal ini yang menibulkan satu kesimpulan bahwa beliau adalah salah satu negarawan yang complite di negeri ini. di sesi kedua moderator bertanya kepada sang negarawan tersebut tentang hal apa yang membuat bapak bisa seperti sekarang ini. lantas dengan sedikit narasi awal beliau sejenak mengingat masa kecilnya, tatkala sang ayah bercerita kepada beliau tentang sulaiman kecil. disaat sulaiman masih remaja dan belum menginjak dewasa, Tuhan menghampirinya seraya bertanya kepada sulaiman. hai, sulaiman mintalah sesuatu kepada Ku, pasti akan AKU kabulkan (kata Tuhan), kamu mau apa? Harta, Kekuasaan, Wanita yang Cantik, atau Pengetahuan yang luas ? sulaiman sejenak berfikir, untuk menentukan pelihannya. akhirnya Sulaiman menentukan pilihan nya, Ya Tuhan. Hamba ingin ilmu pengetahuan yang luas Tuhan, hamba masih belum ingin harta, tahta dan wanita karena umur hamba yang masih dikategorikan "kecil". akhirnya, tanpa pikir panjang Tuhan pun mengabulkan Permintaan Sulaiman kecil. lambat laun tahun demi tahun akhirnya dia (sulaiman) tumbuh dewasa dan menjadi seorang yang punya intelektualitas tinggi dan mumpuni dalam bidang ilmu pengetahuan. salah satu nya beliau bisa bercengkerama dengan binatang. hal yang lain dibuktikannya dengan menjadi  seorang raja yang berkuasa di negara nya. mempunyai kekuasaan yang luar bisa kaya nya sehingga ratu balqis pun tertarik untuk di persunting nya. namun, dengan segala hal yang ia miliki sempat terbersit dipikrannya akan hal kesombongan. ketika suatu hari Sulaiman mendaki awan dan seraya dia berkata "tidak ada satupun orang yang bisa seperti saya". seketika itu dia jatuh dan langsung memohon ampun kepada Tuhan Nya.

Esensi dari apa yang diulas diatas sebenarnya lebih mengarah bagaimana penting nya satu ilmu pengetahuan. refleksi ketika sulaiman masih kecil dia sudah meminta untuk di anugerahi ilmu pengetahuan, hal ini yang seharusnya menjadi panutan kepada para remaja yang masih dalam kondisi yang tumbuh dan berkembang. begitu ilmu pengetahuan itu sangat pentingnya sehingga Allah me nash dalam alqur'an yang artinya Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu. banyak cendekiawan mengkahawatirkan satu kondisi dimana manusia terutama orang muslim mengalami hal yang di sebut dengan"malaise"kondisi dimana manusia sudah apatis dengan keadaan ilmu pengetahuan nya sekarang. tidak mau menggali ilmu pengathuan lebih dalam dan bahkan sudah berpangku tangan dengan peradaban barat. hal ini yang menjadi kegelisahan bagi para ilmuawan dan cendikiawan di dunia. akhirnya untuk mendapat kan satu derajat yang tinggi di mata manusia pun demikian di mata Allah, salah satu syaratya degan menguasai ilmu pengetahuan. rekonstruksi pemikiran mengenai pentingnya ilmu pengetahuan dan juga pengalaman nya serta tidak sombong dengan ilmu yang kita miliki akan membawa kita kepada satu nuansa kehidupan yang harmonis dan barakah.

mengutip kata - katanya albert einsteinKnowledge is something extraordinary in case someone does not have to spend his life on it. mulailah untuk hidup dengan ilmu pengetahuan perkayalah diri ini dengan ilmu itu. dan Allah tidak akan pernah lupa untuk meng include kan Harta, Kekuasaan dan Jodoh yang sesuai dengan kerja keras mu.
Wallahu a'lam

Selamat Malam :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun