Mohon tunggu...
Prastawa Alif Pamuji
Prastawa Alif Pamuji Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Astrophile.

Suka astronomi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pasir

26 Oktober 2022   19:43 Diperbarui: 26 Oktober 2022   19:50 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serbuk-serbuk kecil mengkilat menyilaukan mata

Bayang-bayang tubuhku sudah tak lagi terlihat

Begitu cerahnya langit menghilangkan semuanya

Aku menangis lirih

Burung-burung di langit tertawa riang ke arahku

Segera kuusap air mata di pipi ini

Angin sejuk seketika menerpa kulitku yang kasar

Tulang belulangku menjadi terasa dingin tak karuan

Aku tak bisa berdiri lagi

Kulihat burung-burung gagak masih tertawa riang di atas sana

Aku mencoba merangkak pelan sekuat tenaga

Melewati pegunungan pasir yang tersisa

Namun serbuk pasirnya tak pernah membiarkanku lewat begitu saja

Sampai kapan pun, aku tak akan bisa pergi

Sampai aku tersadar, tak ada lagi serbuk pasir yang tersisa untuk kulewati

Tak ada lagi sebuah ironi yang harus dihadapi

Tak ada lagi imajinasi keindahan di dalam mimpi

Karena pada akhirnya, aku pun akan mati

Dengan kedua tangan yang tak pernah terpatri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun