Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyambangi Istana Ratu Boko

11 November 2022   15:04 Diperbarui: 11 November 2022   15:13 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuaca mendung yang semenjak pagi menyapa, tidak mengecilkan niat saya sekeluarga untuk mengunjungi Candi Ratu Boko, salah satu peninggalan peradaban masa lalu yang megah di Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. 

Berjarak sekitar 16 km dari tempat tinggal kami, Potorono, Banguntapan, Bantul. Kami berangkat bertiga; istri, anak dan saya sendiri pada pukul 10.30 WIB.

Berboncengan mengedarai sepeda motor matic suzuki address warna putih tahun 2016. Jalanan aspal mulus dan ramainya lalu lintas di sepanjang jalan wonosari, Piyungan, Bantul hingga lokasi, membuat waktu tempuh tidak sesuai prediksi. Kami sampai di lokasi sekitar pukul 11.00 WIB lewat 10 menit.

Selama di perjalanan, anak saya, Zeea Astungkara ternyata tertidur lelap. Mungkin karena efek mengantuk setelah makan bubur ayam kesukaannya.

Oiya, kebetulan ini adalah kunjungan ketiga kami ke Candi Ratu Boko. Kunjungan pertama seingat saya ketika usia Zeea masih usia sekitar 3 tahun, kunjungan kedua berumur 4 tahunan dan hari ini Sabtu 22 Oktober Zeea berusia 5 tahun 7 bulan.

Jalanan di Bokoharjo menuju candi berupa aspal dan beton, dan ada yang berlubang serta retak-retak tipis, namun inilah seni mbolang dan bukan kesulitan berarti. Bagi saya, yang agak ngeri sebenarnya jalan cor curam ketika mendekati parkiran.

Jantung kami sempat berdegup lebih kencang dari biasanya. Memang ada papan peringatan jalan curam dari pihak pengelola candi, yakni Taman Wisata Candi atau TWC.

Area timur pembelian loket. Dokumentasi pribadi
Area timur pembelian loket. Dokumentasi pribadi

Dari area parkir yang ditunggui satpam, kami dapat mengedarkan pandangan ke sekeliling. Semuanya serba hijau. Kecuali bebatuan yang memenuhi tembok pondasi bangunan parkir dan sekretariat TWC.

Lalu kami bertiga ke loket untuk membeli 3 buah tiket masuk candi. Dengan ramah penjaga loket menyapa kami dengan ramah.

"Halo, selamat pagi. Ada yang bisa kami bantu?". "Selamat pagi, mau beli tiket untuk 3 orang, istri saya menjawab".

"Untuk tiga pengunjung, 2 Dewasa Rp.80.000 dan 1 anak Rp.20.000", jawab petugas tiket.

Setelah selesai urusan pembayaran, kami menuju ke arah lokasi candi. Kebetulan lokasi candi berada di sebelah timur area parkiran. Sebelum menuju pintu masuk candi, kami menyempatkan mampir sejenak di kedai "Bokopi", untuk membeli minuman kopi dan eskrim 2 rasa strowberi campur mangga kesukaan anak kami.

Di Bokopi pengunjung bisa membeli beraneka macam minuman, aksesoris seperti kaos oblong, kaos kaki dan oleh-oleh khas candi. Oiya, di depan "Bokopi" terhampar luas halaman yang ditumbuhi 1 pohon besar yang bisa dijadikan tempat berlindung dikala terik matahari mulai menyengat. Dibawahnya disediakan kursi panjang untuk sekedar duduk beristirahat.

Di lokasi ini juga pengunjung bisa berinteraksi memberi makan atau sekedar menyapa dengan burung merpati yang berjumlah puluhan, rata-rata berwarna putih tulang. Kami juga menyempatkan mengambil beberapa foto ketika berada di "bokopi" dan saat istri saya menyapa burung merpati yang tengah asyik bercengkrama di halaman pintu masuk candi.

Menyapa merpati Istana Boko. Dokumentasi pribadi
Menyapa merpati Istana Boko. Dokumentasi pribadi

Memasuki candi

Petugas pintu masuk menyapa kami, "Mari silahkan, kertas tiketnya bisa ditempelkan ke sini (sambil menunjuk barcode)". Zeea mencoba menempelkan tiketnya terdengar bunyi 2 kali, "Tik-tik". Ada kejadian lucu ketika Zeea akan masuk ternyata kepalanya terbentur besi penghalang. "Aduh kepalaku kejeduk bapak", katanya.

"Huff...,huffttt, sudah bapak sembur, sembuh", kata saya. Setapak demi setapak kami mulai menapaki tangga yang tidak saya sempat hitung berapa jumlahnya. Dengan lari-lari kecil Zeaa berujar, "Ayo bapak, ayo ibu aku dikejar"! "Waduh, bapak ibu jalan pelan saja ya", ibunya menyahut.

Mampir di bokopi. Dokumentasi pribadi
Mampir di bokopi. Dokumentasi pribadi

Sayup-sayup dari jauh terdengar tembang jawa dengan diiringi musik gamelan. Tibalah kami di taman yang penuh hamparan rumput hijau terawat rapi, bunga-bunga yang tumbuh subur serta dedaunan yang berjatuhan karena dimakan usia. Ternyata, di taman itu ada pertunjukan musik Jawa untuk menyambut pengunjung candi. Sungguh pemandangan yang indah dan keren.

Di area ini sudah tersedia spot foto yang terbuat dari triplek bergambar busana jawa yang tidak dipungut biaya, namun hanya diminta menyumbang seikhlasnya. 

Jepret-jepret! Kami pun berfoto sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.

Sekilas tentang candi

Kami bertiga memasuki istana ratu Boko dari pintu gerbang istana, dua buah gapura menjulang menjadi pemandangan awal dari Kompleks Istana Ratu Boko. Gapura pertama terdiri dari tiga pintu sedangkan gapura kedua memiliki lima pintu.

Candi Ratu Boko adalah istana megah yang dibangun pada masa pemerintahan salah satu keturunan Wangsa Syailendra, yaitu Rakai Panangkaran. Tujuannya sebagai tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual.

Istana Ratu Boko termasuk kawasan keraton yang lengkap jika dibandingkan keraton Jawa lainnya, karena ada gapura, pagar pelindung, kaputren, pendopo, tempat upacara pembakaran, hingga kolam pemandian.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Kompleks istana ini bernama Abhayagiri Vihara yang berarti biara di bukit penuh kedamaian. Hal ini dikarenakan lokasi Ratu Boko yang berada di atas bukit setinggi 196 mdpl. Dari tempat kita bisa menyaksikan puncak Candi Prambanan, Gunung Merapi Merbabu, dan suasana asri desa-desa di sekitarnya.

Mulanya istana Ratu Boko ini berfungsi sebagai tempat menyepi dan kegiatan spiritual agama Budha, namun pada 856 M, kompleks istana seluas 250.000 m3 beralih fungsi sebagai keraton oleh Rakai Walanging Pu Khumbayoni yang beragama Hindu. Makanya ketika memgunjunginya kita akan menjumpai percampuran unsur Hindu-Buddha. Sungguh menarik bukan?

Istana Ratu Boko terbagi menjadi empat bagian yang meliputi barat, timur, tengah, dan tenggara. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, candi pembakaran, kolam, batu berumpak, dan paseban. Sekian.

Suasana rindang berteduh di bawah pohon menikmati rerumputan. Dokumentasi pribadi
Suasana rindang berteduh di bawah pohon menikmati rerumputan. Dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun