Di area ini sudah tersedia spot foto yang terbuat dari triplek bergambar busana jawa yang tidak dipungut biaya, namun hanya diminta menyumbang seikhlasnya.Â
Jepret-jepret! Kami pun berfoto sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.
Sekilas tentang candi
Kami bertiga memasuki istana ratu Boko dari pintu gerbang istana, dua buah gapura menjulang menjadi pemandangan awal dari Kompleks Istana Ratu Boko. Gapura pertama terdiri dari tiga pintu sedangkan gapura kedua memiliki lima pintu.
Candi Ratu Boko adalah istana megah yang dibangun pada masa pemerintahan salah satu keturunan Wangsa Syailendra, yaitu Rakai Panangkaran. Tujuannya sebagai tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual.
Istana Ratu Boko termasuk kawasan keraton yang lengkap jika dibandingkan keraton Jawa lainnya, karena ada gapura, pagar pelindung, kaputren, pendopo, tempat upacara pembakaran, hingga kolam pemandian.
Kompleks istana ini bernama Abhayagiri Vihara yang berarti biara di bukit penuh kedamaian. Hal ini dikarenakan lokasi Ratu Boko yang berada di atas bukit setinggi 196 mdpl. Dari tempat kita bisa menyaksikan puncak Candi Prambanan, Gunung Merapi Merbabu, dan suasana asri desa-desa di sekitarnya.
Mulanya istana Ratu Boko ini berfungsi sebagai tempat menyepi dan kegiatan spiritual agama Budha, namun pada 856 M, kompleks istana seluas 250.000 m3 beralih fungsi sebagai keraton oleh Rakai Walanging Pu Khumbayoni yang beragama Hindu. Makanya ketika memgunjunginya kita akan menjumpai percampuran unsur Hindu-Buddha. Sungguh menarik bukan?
Istana Ratu Boko terbagi menjadi empat bagian yang meliputi barat, timur, tengah, dan tenggara. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, candi pembakaran, kolam, batu berumpak, dan paseban. Sekian.