Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Loh, Ternyata Bertamu Juga Ada Adabnya

25 April 2022   14:26 Diperbarui: 25 April 2022   14:38 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://galamedia.pikiran-rakyat.com/

Bertamu atau mengunjungi rumah orang lain merupakan kegiatan positif. Dengan bertamu akan terjalin silaturahmi dengan pemilik rumah. Selain itu, bertamu juga dapat mempererat pertemanan, persaudaraan atau bahkan menjadi media healing (penyembuhan) ketika sedang merasa tertimpa masalah. 

Dengan bertamu, kita dapat lebih dekat dengan orang apalagi kalau sudah lama tidak bertemu. Meskipun begitu, bertamu juga sebaiknya tidak dilakukan secara sembarangan agar tidak menimbulkan masalah. Oleh karenanya, ada etika atau adab bertamu yang perlu kita ketahui.

Saya membayangkan ketika seseorang sedang bertamu ke rumah orang, lalu melihat kondisi seisi rumah tersebut "berantakan", boleh jadi kesan pertama yang muncul adalah kata "kemproh" (tidak rapi). Di satu sisi, sekilas tampak wajar dan tidak ada yang salah dari kata tersebut. Namun di sisi lain jika pemilik rumah mendengar atau mengetahuinya sangat mungkin tersinggung.

Apalagi lagi di zaman yang sudah serba digital seperti sekarang ini. Hampir semua aktivitas keseharian sering kali diunggah di kanal-kanal media sosial. Jika sudah berniat bertamu, lalu merasa tidak "sreg" dengan suasana keadaan rumah si pemilik, yang kebetulan tidak rapi namun tidak mampu menahan diri mengomentarinya atau bahkan menjadikannya sebagai konten media sosial bukankah rentan menjadi bahan ghibah online?

Ada beberapa etika atau adab bertamu yang bisa kita jadikan rujukan, yaitu: Pertama, jangan lama-lama. Memang, sepengetahuan saya belum ada aturan detil secara tertulis yang terpampang di dinding tembok rumah yang mengatur durasi waktu bertamu. 

Meskipun begitu, sebagai tamu kita juga perlu memperhatikan waktu. Jika bertamu terlalu lama dan tidak ada alasan untuk menginap, saya khawatir pemilik rumah dapat terganggu karena ada agenda kegiatan lain.

Kedua, hindarilah bertamu di malam hari atau di jam-jam orang beristirahat. Coba kita bayangkan sendiri ketika sedang enak beristirahat tiba-tiba datang tamu; misalnya hanya mengajak ngobrol santai tanpa topik. Mungkin masih dapat dibenarkan jika tamu datang untuk membawa berita genting dan penting serta mendesak.

Oleh karenanya, ketika ingin bertamu di malam hari alangkah baiknya memberi kabar terlebih dahulu kepada tuan/nyonya pemilik rumah.

Ketiga, ketika bertamu janganlah membicaran hal-hal negatif setelah pulang. Ketika kita bertamu ke rumah seseorang sudah pasti akan melihat kondisi dan keadaan pemilik rumah. Meskipun pemilik rumah biasakan akan bilang "anggap saja rumah sendiri", bukan berarti kita dapat melakukan sesuatu seenaknya. 

Kita mesti ingat rumah yang dikunjungi bukan rumah milik sendiri, kita hanya bertamu saja. Coba pikirkanlah, sebelum mencoba "mengeksplorasi" setiap barang/benda yang ada di rumah tersebut. Hindarilah menggunakan barang-barang pribadi pemilik rumah tanpa izin.

Keempat, hindarilah meminta sesuatu yang tidak dihidangkan di atas meja. Jika anda tidak disediakan makanan/minuman tidak perlu menyindir dengan kalimat "wah sumurnya kering". Kalimat ini akan membuat empunya rumah tidak enak. 

Atau sebaliknya, jika disediakan makanan/minuman silahkan anda nikmati sekedarnya untuk menghormatinya. Di tempat tinggal saya misalnya, propinsi DIY umumnya ketika kita bertamu dan dihidangkan segelas/secangkir teh maka adabnya jangan diminum sampai habis karena bisa dianggap tidak etis.

Kelima, berterima kasihlah kepada empunya rumah. Jangan sampai ketika kita bertamu ke rumah orang lain tidak mengucapkan terima kasih. Memang, kata terima kasih terlihat sederhana, akan tetapi dapat menjadi penanda bahwa tamu mengapresiasi atas sambutan pemilik rumah.

Sebagai catatan penutup saya ingin menggaris bawahi satu hal bahwa sebagai makhluk sosial, tampaknya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. 

Bertamu dan menerima tamu merupakan salah satu aktivitas yang sulit dihindari, hampir selalu terjadi pada setiap orang karena dapat menumbuhkan kasih sayang antara yang mengunjungi dan yang berkunjung. Namun ingatlah kata bijak yang menyatakan; jika bertamu tutuplah matamu dan kunci mulitmu ketika pulang. Semoga bermanfaat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun