Selanjutnya John Harwood Hick, seorang filsuf yang juga konsen terhadap isu hubungan antar agama. Dalam pengertian dan pemaknaan Hick, pluralisme agama mesti didefinisikan dengan cara menghindari klaim kebenaran satu agama atas agama lain secara normatif.Â
Berbeda dengan Rahner, Hick tidak setuju pernyataan yang menyebut bahwa agama Kristen memiliki kebenaran yang "lebih" dibanding kebenaran agama lain.Â
Oleh karena itu, menurut Hick, kita harus menghindari penggunaan istilah terhadap penganut agama lain sebagai orang Kristen Anonim, Islam Anonim, Hindu Anonim, Buddha Anonim dan sejenisnya.
Agaknya salah satu cara yang relatif bijak untuk memahami kebenaran agama lain dapat dimulai dari kesediaan untuk menerima bahwa kita (semua agama) merepresentasikan banyak jalan menuju ke satu realitas tunggal (Tuhan) yang membawa kebenaran dan keselamatan.Â
Tidak ada satu jalan (agama) pun yang boleh mengklaim lebih benar daripada yang lain karena kita (semua agama) sama dekat dan sama jauhnya dari realitas tunggal tersebut.Â
Realitas tunggal itu adalah realitas yang sama yang kita (semua agama) sedang mencari-nya. Maka dari itu Hick menolak pendekatan "Christocentric" terhadap agama-agama lain yang menurutnya sudah tidak sesuai dengan jaman.Â
Hick mengusulkan pendekatan "Theocentric" dimana Allah menjadi pusat agama-agama lain. Â Dalam istilah lain, pandangan Hick lebih popular disebut "banyak jalan menuju Tuhan".
John Cobb Jr. Cobb. Membangun konsep yang agak berbeda dengan konsep pluralisme agama menurut Hick. Menurutnya, bahwa seseorang tidak dapat mengklaim bahwa agamanya adalah berbicara atau menuju realitas tunggal yang sama seperti yang dinyatakan Hick.Â
Selain itu, Cobb Jr. juga menolak jika dikatakan bahwa kebenaran satu agama sama validnya dengan kebenaran yang dimiliki agama lain. Untuk memahami dan menilai secara sungguh-sungguh agama lain, tampaknya umat beragama perlu mendengarkan apa yang mereka katakan dan mengevaluasinya tanpa berasumsi bahwa apa yang dibicarakan adalah benar-benar tentang hal atau the Real yang sama.
Dalam hal ini, kalau misalnya, beberapa agama bertemu (encounter) satu sama lainnya maka penganut agama-agama tersebut sesungguhnya akan saling diperkaya oleh pengetahuan tentang agama-agama lain. Mereka dapat belajar memahami dari yang lain tanpa meninggalkan kenyataan bahwa terdapat perbedaan-perbedaan di antara mereka.
Raimundo Panikkar. Seperti juga Cobb, Panikkar menolak semua definisi pluralisme agama yang menyimpulkan bahwa agama-agama men-share common essence (hal-hal esensial yang sama).Â