Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Memasak adalah Keterampilan Bertahan Hidup

22 Oktober 2021   22:10 Diperbarui: 23 Oktober 2021   19:00 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan sedang memasak. | Sumber: Thinkstock via Kompas.com

Dalih ini bagi saya merupakan bentuk nyata hegemoni laki-laki yang "haus" ingin dilayani dan tidak ingin berbagi peran. 

Ketiga, masih adanya mitos-mitos yang dipercaya oleh sebagian kecil kalangan yang menyebut bahwa perempuan tempatnya lebih rendah daripada laki-laki atau dalam istilah lain lazim disebut sebagai patriarki, yaitu budaya yang menempatkan bahwa posisi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan di berbagai bidang (politik, ekonomi, sosial, kepemilikan properti dan pada bidang tafsir agama). 

Dampaknya, laki-laki hampir selalu terlihat lebih dominan (cenderung menguasai) peran-peran strategis. Sedangkan perempuan meskipun mendapatkan peran di wilayah publik masih juga diharuskan berperan di wilayah domestik.

Ketika konsep keadilan dan kesetaraan mulai diperkenalkan, kita mengenal istilah pembagian peran (gender) antara perempuan dan laki-laki dengan asas proporsionalitas, bahwa keadilan harus sesuai dengan proporsinya. 

Perempuan dan laki-laki memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai sesama manusia, hanya aspek dan ciri biologisnya saja yang membedakannya yang dibawa sejak lahir dan bersifat universal. 

Sedangkan peran, semestinya tidak disempitkan artinya, apalagi dibatasi di wilayah jenis kelamin. Peran, sifatnya tidak permanen atau dapat diubah sesuai dengan konteks zamannya.

Memasak merupakan peran universal yang dapat dilakukan oleh siapapun. Hendaknya tidak perlu dipertentangkan, karena ketika seseorang melakukan aktivitas memasak, tidak otomatis mengubah jenis kelaminnya. Jika berubah pun hanya tampilan fisiknya saja; mengenakan celemek, mengolah bumbu dan memeragakan keahlian menggunakan peralatan memasak.

Sebagai sesama manusia, kita memiliki peran untuk terlibat aktif dalam mereduksi istilah yang menyebut bahwa memasak sebagai "kodrat" perempuan. Kita telah memahami, bahwa memasak merupakan bakat alamiah setiap individu. Semoga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun