Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan, Catatan Sebuah Buku

27 Agustus 2021   15:20 Diperbarui: 27 Agustus 2021   16:44 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.aksiku.com/


  •  Judul                 : Perempuan
  • Penerbit          :  Lentera Hati
  • Penulis             : M. Quraish Shihab
  • Tahun Terbit : 2010
  • ISBN                  : 9789799048318
  • Jenis Cover     : Soft Cover
  • Bahasa             : Indonesia

Setiap orang, saya kira memiliki cara pandang yang tidak sama ketika melakukan "penilaian" terhadap perempuan. Ada yang menilai berdasarkan jenis kelaminnya, fisiknya, hobbinya, sifatnya, kontribusinya atau bahkan dari aspek partisipasinya dalam setiap proses kehidupan. Saya percaya bahwa setiap individu memiliki hak yang sama atas persepsinya masing-masing. 

Akan tetapi, jika perspektif tersebut menjadi dasar untuk menghakimi seseorang pasti akan timbul perdebatan (baca: masalah). Ada Sebagian kalangan yang menyebut jika perempuan sebagai makhluk yang lebih lemah dibanding laki-laki. Namun tidak sedikit kalangan juga meyakini bahwa setiap individu dengan individu lainnya sejatinya memiliki posisi setara atau sederajat. Dari sini dapat dikatakan bahwa cara pandang terhadap perempuan tampaknya akan terus menjadi diskursus.

Untuk membicarakan perempuan dan cara pandang terhadap perempuan, buku karya M. Quraish Shihab boleh jadi menjadi jawabannya. Bagi anda semua yang penasaran terhadap buku ini saya akan mengulas dengan singkat dan akan mengambil bagian-bagian tertentu yang menarik perhatian saya. Berikut ulasan tentang bukunya.

Dalam buku ini terdiri dari beberapa bab, yaitu; perbedaan laki-laki dan perempuan, bias pandangan lama terhadap perempuan, perempuan dan kecantikan, perempuan dan cinta, harakah dan kemandirian perempuan, nikah dan berumah tangga perempuan, peranan agama dalam membentuk keluarga sakinah, poligami, nikah mut'ah, nikah siri (kawin siri), perempuan dan keluarga berencana, kawin hamil, aborsi, pembentukan watak melalui perempuan, bias cendekiawan kontemporer, kafa'ah dan perkawinan beda agama, kepemimpinan dan politik, perempuan dan aneka aktivitas, perempuan dan olahraga, perempuan dan seni suara, serta perempuan dan eksploitasi seks.

Pada halaman sekapur sirih dibuka dengan kalimat "Perempuan diciptakan Allah untuk mendampingi lelaki, demikian pula sebaliknya. Ciptaan Allah itu pastilah yang paling baik dan sesuai buat masing-masing." Berangkat dari unsur penciptaan yang sama, kalimat ini menjadi pembuka dalam buku tersebut. 

Perempuan dan laki-laki pada prinsipnya sama dalam penciptaan oleh Allah swt. Pada kalimat selanjutnya, berisi untaian kata peneguhan bahwa "Tidak ada ciptaan Tuhan yang tidak sempurna dalam potensinya saat mengemban tugas serta fungsi yang diharapkan dari ciptaan itu". Sungguh sempurna ciptaan Yang Maha Kuasa ini, sehingga ditetapkanlah "ukuran" dimana keduanya saling melengkapi, saling menjaga, saling mengasihi, saling membutuhkan atau bahkan saling menasehati.

Pada bagian pembuka buku tersebut, penulis juga mengungkapkan bahwa sangat sedih bahkan marah jika mendengar seseorang melecehkan perempuan hanya karena dia seorang perempuan. Jadi, betapa pentingnya perempuan dalam kehidupan hingga selama ratusan bahkan ribuan tahun kita "mengupas" tema-tema yang bernuansa perempuan, tetap saja belum selesai. 

Singkatnya, buku ini sungguh-sungguh membedah pemikiran, dan mengaduk-aduk cara pandang "usang" hingga membuat para pembacanya terbius oleh penggunaan analogi dan pemilihan bahasa yang mudah dicerna serta sangat renyah.

Menurut M.Quraish Shihab, alasan pentingnya buku ini hadir adalah untuk menjelaskan kepada pembaca dan kita, bahwa perempuan merupakan makhluk Tuhan yang penciptaannya sempurna, berasal dari jiwa yang sama dari penciptaan laki-laki. 

Terlebih lagi sebab adanya beberapa pandangan yang sebenarnya muncul karena belum benar-benar mengenal perempuan yang sumbernya dari Yang Maha Pencipta, akibatnya lahir pandangan bias terhadap perempuan. Dalam konteks ini buku ini sepertinya ingin mengajak kita agar cepat "bertaubat" atau mengakhiri terhadap cara pandang yang menegaskan "penindasan" terhadap perempuan.

Misalnya, pada pembahasan topik bias pandangan lama terhadap perempuan, menurut M. Quraish Shihab, masih terbelah pendapatnya tentang asal muasal kejadian perempuan yang dianggap tidak sama dengan laki-laki. Pendapat tersebut biasanya bersumber dari sebuah hadis yang artinya; "Saling memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok". (HR. Bukhori, Muslim, dan at-Tirmidzi melalui Abu Hurairah).

Bagi M.Quraish Shihab, hadis di atas bermaksud memperingatkan laki-laki ketika "berhadapan" dengan perempuan agar bijaksana karena ada sifat dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan laki-laki. Menurutnya, tidak ada seorangpun yang dapat mengubah kodrat, termasuk kodrat perempuan. 

Jika ada yang memaksakan perubahan terhadap kodrat tersebut akibatnya bisa fatal sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk bengkok. Menurutnya, kata bengkok tidak perlu dianggap sebagai pelecehan terhadap perempuan karena hanya suatu ilustrasi yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW terhadap pandangan yang keliru dari sementara laki-laki menyangkut sifat perempuan sehingga kalangan laki-laki memaksa meluruskannya.

Dalam hal penciptaan perempuan, tidak ada petunjuk dari Al-Qur'an dan Sunnah yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk. Atau bahwa unsur penciptaannya tidak sama dengan laki-laki, ungkap M. Quraish Shihab. Namun, dalam kesempatan yang sama, penulis buku ini juga merujuk pada kitab perjanjian lama ketika menggambarkan tentang unsur kejadian penciptaan perempuan, yaitu pada Kejadian 2: 21-22 yang berbunyi; (2:21). 

Lalu, TUHAN Allah mendatangkan tidur yang lelap atas manusia itu. Ketika dia tidur, TUHAN mengambil salah satu tulang rusuknya, lalu menutupnya dengan daging. (2:22). Tulang rusuk, yang telah TUHAN Allah ambil dari manusia itu, dibuat-Nya menjadi seorang perempuan dan dibawa-Nya kepada manusia itu.

Melalui buku ini, penulis ingin menegaskan bahwa dalam hal penciptaan, teks keagamaan mendukung persamaan unsur kejadian laki-laki dan perempuan. Kita bisa mencari dan menelusuri firman Allah di dalam surat Ali 'Imron ayat 195 yang artinya: "Sebagian kamu adalah bagian dari sebagian yang lain". 

Dalam pandangan M.Quraish Shihab, kalimat sebagian kamu (hai umat manusia, yakni laki-laki) berasal dari pertemuan ovum dan sperma laki-laki, dan kata sebagian yang lain (yakni perempuan) demikian juga halnya. Artinya, baik perempuan maupun laki-laki tidak ada perbedaan antara keduanya dari asal mula kejadian kemanusiaannya.

Menurut saya, yang membedakan perempuan dan laki-laki terletak pada tampilan biologis organ reproduksinya; sifatnya universal, dibawa sejak lahir dan tidak dapat berubah secara alamiah. Sedangkan untuk konteks lain, seperti peran di ranah domestik, public dan peran pekerjaan sifatnya bisa berubah seiring dengan kondisi dan budaya setempat yang menjadi tempat tinggalnya.

Persoalan di atas untuk saat ini saya pikir sudah mulai berkurang. Selain karena pandangan Sebagian besar masyarakat berubah, juga sudah ada peraturan perundang-undangan dan kebijakan dari negara yang sedikit banyak mengupas tema pengarusutamaan gender. 

Dalam pengalaman kehidupan saya, terkadang masih dijumpai perempuan yang menjadi korban stigma; sebagai penggoda akibat hasutan iblis yang menjadi penyebab Nabi Adam a.s dipaksa keluar dari surga. Meminjam istilah M.Quraish Shihab, "Perempuan adalah senjata setan memperdaya manusia".

Nahasnya, pandangan tersebut di produksi dan hampir selalu dinarasikan tanpa henti yang mengakibatkan posisi perempuan semakin "tidak berdaya". Penyebabnya adalah asal mula kejadiannya. Meskipun sudah ada "perlawanan" dari perempuan melalui kontra narasi, tampaknya anggapan tersebut masih lestari hingga saat ini. 

Menurut pembaharu Islam abad 19, Muhammad Abduh, menyebutkan bahwa di dalam Al-Qur'an tidak ada satu ayat pun yang menyatakan bahwa asal usul manusia adalah laki-laki. Namun, cara berpikir yang berkembang tentang asal perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam di baca sebagai hal yang dianggap baku atau bahkan mutlak. Konsekuensinya, perempuan dilanggengkan posisinya sebagai subordinat laki-laki.

Sebagai catatan penutup saya ingin menyampaikan bahwa buku ini cocok digunakan sebagai referensi menulis atau bahan bacaan bagi kita semua yang memerlukan cara pandang argumentatif dari M.Quraish Shihab. 

Buku ini sungguh layak menjadi bacaan kalangan laki-laki maupun perempuan. Bagi saya, kekurangan dalam buku ini terletak pada hal teknis, yaitu ilustrasi/gambar di dalam buku ini agak buram, mungkin saja karena kertasnya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun