Mohon tunggu...
Cupi Valhalla
Cupi Valhalla Mohon Tunggu... -

A traveling lover, An environmentalist, and An ordinary person who has many extraordinary passions. Having been learning the subject of the environmental safety and health at Technische Hogeschool te P.V.J

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perjuangan Malam Para Perempuan Tulen & Setengah Perempuan!

7 Agustus 2010   18:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:13 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_219111" align="alignleft" width="290" caption="Lukisan "Kupu-kupu Malam" buah karya Debu Delly"][/caption] Malam merangkak gemerlap. Kehiruk-pikukan malam merambah hingga ke pelosok sudut dan pojokan. Gegap gempita para insan bersimbiosis multi dimensi, bagai membentuk persetubuhan yang unik. Berbagai kesibukan malam merah jambu terkreasi beragam cerita dan makna. Seperti memasuki dimensi baru, merasakan sensasi "keperawanan" rutinitas malam, yang muncul ke permukaan, membuat keingintahuan yang membuncah kuat rasa penasaran, akan aktivitas kemunculan "makhluk aneh" yang bisa diamati dan diselidiki. Aku berjalan menyusuri lorong-lorong kumpulan manusia. Menerawang dan mengeksplorasi histori dan kehiruk-pikukan yang mencuat hadir. Merambah dan mengumpulkan memorial kisah dan hikmah kehidupan malam. Belajar otodidak dari pergulatan dan pergumulan sosialisasi dan toleransi makhluk malam. Mencoba mendapatkan inspirasi dari kejadian malam. Berusaha meningkatkan potensi indera yang terpatri dalam diri. Menemukenali obyek dan sumber pelajaran hidup yang dapat dipetik dan direnungkan. Dan, malam itu aku menemukan obyek pelajaran yang baik 'tuk direnungkan dan dikaji. Kulihat, kuamati, kuperhatikan, dan kuselidiki beberapa makhluk malam di sebuah jembatan. Jembatan Merah namanya. Lalu lalang yang terpancar di sana cukup membahana. Beragam tampilan fisik manusia hadir meramaikan suasana di sana. Tidak sedikit juga yang bernegoisasi dan berdiskusi di sana. Rasa penasaran ku muncul seiring merangkaknya waktu malam. Kuberanikan diri mengendap pelan. Mencoba mengamati aktivitas manusia di Jembatan Merah itu. Ku cari tempat peraduan yang cocok untuk pengamatan. Sebuah warung minuman hangat yang mini, kurasa pas sekali untuk hal demikian. Kupesan salah satu menu minuman. Susu kedelai hangat dipadu dengan ekstrak jahe. Sambil menyeduh minuman itu, kugunakan 'teropong' kecilku, menyelidik manusia yang bertengger di jembatan itu. Beberapa pembeli warung memperhatikanku, namun aku tak perduli dan tetap memenuhi rasa penasaran dalam diri. Ternyata obyek yang kuamati itu kebanyakan bersosok sebagai terusan hawa. Manusia bergender perempuan. Namun, tidak sedikit ada juga yang bewujud setengah perempuan dan setengah laki-laki. Para perempuan tulen dan setengah perempuan itu, kuamati berbalut busana yang tampak mencolok dan cukup mempesona di bawah cahaya sorot lampu malam. Sangat jelas sekali, mereka mencoba menunjukkan sikap pertemanan dan ajakan kepada kaum adam dewasa yang kebetulan melintas melenggang di sana. Malahan, beberapa perempuan dan setengah perempuan ini memaksa dengan lembut. Ada juga yang bersikap centil dan ke-manja-an yang keluar dari karakter wujud manusia setengah perempuan di sana. Sungguh, perjuangan malam yang kurasa bernada ironi dan sedikit simpati. Betapa tidak, kurasa perjuangan malam yang dilakukan oleh para perempuan tulen dan setengah perempuan itu, menimbulkan berbagai kontra dan konflik dalam kehidupannya. Bahkan, konflik dan pergulatan batin yang dihadapinya sendiri. Entahlah, apakah ini takdir dan harga mati bagi mereka atau keterpaksaan yang mengkukung jiwa dan emosinya. Sebagian kita mungkin merasa simpati dan kasihan terhadap profesi itu. Sebagian lagi merasa benci, alergi, dan tidak peduli terhadap jalan hidup mereka. Entahlah... Aku bingung, apa kau harus berdiri di antara keduanya...Dan, aku pun menjadi teringat pada kisah sendu akan profesi yang sama... Sebuah kisah syahdu akan kemalangan ayam-ayam kampus... Malam itu, aku menemukan sumber hikmah dan kajian. Hikmah yang terbendung karena rasa penasaran yang dalam. Sebuah ironi berbalut simpati terkreasi jelas dalam kisah perjuangan malam para perempuan tulen dan setengah perempuan. Bisakah kita mengerti akan hal itu?! [*CV] Note : Sumber gambar ada di sini. ----------------------------- Di kala malam merah jambu, di sisi kota berembun yang multi dimensi Jembatan Merah, Kota Hujan August, 2010 Salam Renungan Positif, [CV]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun